Ricardo Rodriguez kembali memainkan peran penting. Pemain belakang kesebelasan nasional Swiss tersebut mencetak gol tunggal dalam leg pertama lewat tendangan penalti. Pada leg kedua (12/11), satu sundulannya, tepat di garis gawang dan pada injury time, membatalkan peluang gol Irlandia Utara. Pertandingan tidak harus berlanjut ke tambahan waktu. Swiss lolos ke Piala Dunia 2018 dengan agregat 1-0.
Swiss merayakan keberhasilan lolos ke Piala Dunia keempat mereka dalam empat edisi terakhir (sekaligus kesebelas secara keseluruhan). Irlandia Utara, sementara itu, meratapi nasib. Satu gol yang sangat menentukan dalam keberhasilan dan kegagalan pada dua leg pertandingan play-off ini dicetak dari keputusan kontroversial.
“Saya tidak mengerti kenapa (penalti) ini menjadi topik yang besar, saya juga tidak mengerti kenapa orang-orang terus membahasnya. Saya rasa kita lupakan sajalah itu. Itu keputusan wasit dan bukan urusan kita,” ujar Granit Xhaka, gelandang kesebelasan nasional Swiss, dalam jumpa pers pra pertandingan, sebagaimana diwartakan Guardian. “Kami kesebelasan yang lebih baik dan kami ingin menunjukkannya lagi besok, dan lolos ke Rusia.”
Ucapan Xhaka terbukti. Persentase penguasaan bola menunjukkan bahwa Irlandia Utara mendominasi pertandingan (Swiss 40%-60% Irlandia Utara), namun dengan keterbatasan penguasaan bola, Swiss tetap dapat melepas lebih banyak tembakan. Sepanjang pertandingan Swiss memiliki 13 peluang mencetak gol, sementara Irlandia Utara hanya delapan. Itu secara keseluruhan. Soal tembakan tepat sasaran, kedua kesebelasan sama-sama memiliki empat.
Bagi Irlandia Utara, itu adalah bukti kemauan mereka. Pada leg pertama, Irlandia Utara sama sekali tidak melepas tembakan tepat sasaran. Kemauan saja, toh, tidak cukup. Hanya gol yang bisa membawa Irlandia Utara ke Rusia. Mereka tidak mencetak satu pun.
“Buruknya keputusan membuat kami kehilangan peluang lolos ke Piala Dunia. Itu kekejaman yang sebenarnya” ujar Michael O’Neill, pelatih kepala Irlandia Utara, dalam jumpa pers pasca pertandingan sebagaimana diwartakan Guardian. “Kami harusnya sekarang masih bertanding di tambahan waktu, itu kenyataan. Benar, Swiss kesebelasan yang lebih baik pada leg pertama namun selain dari penalti, mereka tidak mencetak gol.”
“Kami kesebelasan yang lebih baik malam ini,” lanjut O’Neill. “Bagi kami gagal karena kesalahan itu, di level ini, dan dengan sekelompok pemain yang sudah memberi segalanya, jelas terasa sangat kejam. Kami harusnya masih di lapangan saat ini, berjuang untuk satu tempat di Rusia.”
Namun nyatanya tidak. Irlandia Utara tersingkir. Kesempatan berikutnya akan datang dalam empat tahun. Namun semuanya, kemungkinan besar, akan sama sekali berbeda.
“Setelah lima setengah tahun, ini adalah momen yang menghancurkan namun dilihat dari karakter pemain, ini adalah titik penting,” ujar O’Neill. “Kami bersaing ketat melawan kesebelasan yang lolos ke 16 besar Piala Eropa terakhir dan Piala Dunia terakhir, dan hasil akhir ditentukan oleh penalti yang tidak harus terjadi. Para pemain begitu emosional dan kecewa. Beberapa pemain menangis. Semua orang kesulitan menahan emosi. Bagi beberapa pemain, Piala Dunia mungkin tak akan datang lagi.”
Komentar