Popularitas sepakbola kini semakin mantap. Setelah Piala Dunia 2014, sepakbola berhasil melakukan penetrasi besar-besaran ke Amerika Serikat, membuat banyak warga negara tersebut menjadi fans dadakan. Satu hal yang sulit terjadi, mengingat sepakbola bukanlah olahraga favorit di negara tersebut. Popularitasnya masih jauh di bawah American Football dan Baseball.
Tapi ada satu hal yang mencoreng nama sepakbola sebagai olahraga favorit: diving.
Sepakbola memang memasuki lingkungan keras Amerika. Mereka terbiasa menyaksikan pertandingan semacam football di mana benturan antar pemain memang tidak bisa dihindarkan. Maka, cukup aneh bagi mereka jika melihat pemain yang terlihat kokoh macam Arjen Robben, begitu rapuh meski hanya terkena sedikit sentuhan.
Sepertinya, diving telah menjadi masalah serius, sama seriusnya dengan pelecehan rasial. Diving dapat meruntuhkan martabat wasit sebagai pengadil di lapangan. Wasit terkenal sekalipun bisa saja tertipu. Jika yakin sang pemain melakukan diving pun mereka masih saja gusar. Pemain yang melakukan diving mesti diganjar oleh kartu kuning. Tapi keputusan ini bisa saja menjadi blunder karena mungkin saja terjadi kontak dalam momen yang terjadi amat cepat tersebut.
Diving akan menghancurkan segala elemen yang terjadi dalam pertandingan tersebut. Ketika pertandingan Meksiko menghadapi Belanda, misalnya. Pelatih Meksiko, Miguel Herrera telah menyiapkan para pemainnya untuk menghadapi babak tambahan. Tapi tak disangka, Robben melakukan diving dan wasit pun menunjukkan titik putih. Meksiko pun kalah.
Hal lain yang buruk dari diving adalah kemampuannya yang begitu membius, seperti narkoba. Para pemain muda tak ragu untuk mencoba. Kadar kerusakannya sudah begitu laten dan sulit dihindari.
Baru-baru ini, Wakil Presiden FIFA, Jim Boyce menyarankan jika pemain yang diving mesti segera diusir ketimbang hanya diberikan kartu kuning. âSaya pikir kecurangan mesti diberantas dari dalam pertandingan,â ujar Boyce pada BBC. âSaya harap FIFA dapat melihat hal tersebut dengan memberikan kartu merah.â
Meskipun demikian, Boyce menolak jika keputusan ini mesti dilakukan lewat teknologi video. Ia beranggapan, sepakbola tidak ingin terlalu jauh menggunakan teknologi.
Hal ini menjadi perdebatan karena FIFA dianggap masih tradisional dan menolak modernisasi pada sepakbola. Padahal, teknologi garis gawang telah membantu Prancis kala menang 3-0 atas Honduras. Wasit begitu yakin bahwa bola telah melewati garis gawang, karena ditunjang oleh teknologi dengan hasil  absolut yang dihasilkan oleh Goal Line Technology.
Anehnya, pelanggaran macam ucapan rasial, pemukulan yang tidak terlihat wasit, masih diputuskan lewat teknologi video seusai pertandingan. Anda pasti ingat bagaimana Luis Suarez mesti menunggu beberapa jam pasca insiden Uruguay menghadapi Italia.
Komite Teknik FIFA mesti memerhatikan apa yang terjadi sebenarnya lewat rekaman pertandingan. Ini aneh karena FIFA sendiri menyatakan bahwa segala hal yang berlangsung selama pertandingan mesti diselesaikan di dalam pertandingan pula.
Belum lagi jika wasit salah memberi keputusan. Bagaimana dengan pemain yang benar-benar dilanggar tapi malah kena kartu merah? Ya, lagi-lagi keputusan banding akan melibatkan rekaman pertandingan untuk memutuskan.
Lantas, mengapa diving tidak sepenuhnya diberi hukuman yang pantas di luar pertandingan?
Salah satu cara terbaik untuk membuang jamur dari pekarangan rumah adalah dengan mencabutnya hingga ke akar-akarnya, dan membuat sebuah lingkungan kering sehingga jamur tidak bisa tumbuh di sana. Begitu pula dengan diving. Hal memalukan ini akan bisa diatasi jika para pemainnya mendapat balasan setimpal. Hasil pertandingan memang tidak bisa diubah, tapi pelaku diving bisa dihukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Misalnya, dalam pertandingan liga Inggris, anggaplah Alexis Sanchez membuat diving, dan menghasilan tendangan penalti. Wasit pun mengusir bek lawan, karena merasa ia berbuat kasar pada Sanchez. Hasilnya Arsenal menang dan lawan mendapat kartu merah.
FA tidak bisa mengubah pertandingan, tapi bisa memberi pelajaran pada Sanchez. Mereka mesti mempelajari rekaman pertandingan apakah apa yang dilakukan Sanchez benar-benar diving atau bek lawan menjegal mereka. Jika benar-benar diving, FA bisa memberi hukuman tiga kali larangan bertanding, misalnya, dengan tambahan membayar denda sekian ribu pounds.
Jika hal ini benar-benar bisa diterapkan, para pemain yang akan melakukan diving pasti akan berpikir dua kali. Selain merugikan  klub, ini akan merugikan bagi citra dirinya sendiri karena ketahuan diving. Karirnya di sepakbola pun akan terganggu karena hal ini.
Diving memang menjadi penyakit yang memalukan bagi sepakbola. Sepakbola terlihat seperti sebagai permainan bagi orang-orang yang lemah dan tidak memiliki sikap gentleman.
 Baca juga:Dasar Pemain Bola, Hobi Betul Merubungi Wasit!
 Beban Berat sang PengadilJadi Wasit itu Sulit! Cobalah Permainan Ini
Sumber gambar: .sickchirpse.com
[fva]
Komentar