Sebelum Jackson Martinez menjadi produsen gol bagi Porto, Radamel Falcao lebih dulu menjadi penyerang subur Porto. Direkrut kesebelasan berjuluk Dragoes dari River Plate, penyerang timnas Kolombia ini kemudian mencetak 72 gol dari 87 penampilan dalam dua musim.
Perolehan golnya tak surut saat ia hijrah ke Atletico Madrid. 70 gol berhasil ia lesakkan dari total 90 penampilan dalam dua musim. Penampilan gemilangnya selama empat musim di Eropa inilah yang kemudian ia dihargai 60 juta euro oleh kesebelasan asal Prancis, AS Monaco.
Dari Monaco, giliran Manchester United yang menggunakan jasanya. Namun ternyata ketajaman Falcao menurun drastis saat membela  kesebelasan yang bermarkas di Stadion Old Trafford tersebut. Dari 29 penampilan, Falcao hanya mencetak empat gol. Ya, empat gol saja.
Lantas sebenarnya apa yang menyebabkan Falcao sangat begitu kesulitan dalam mencetak gol? Jawabannya adalah cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) yang masih menghantuinya. Kolumnis Backpagefootball bernama Sam Miller, menjelaskan bagaimana ACL mempengaruhi benar performa Falcao.
Falcao menderita cedera ACL pada lutut kirinya saat AS Monaco menghadapi Chasselay Monts dâOr Azargues, Â Januari 2014 lalu. Operasi segera dilakukan, tiga hari setelahnya, karena Falcao berburu waktu agar ia bisa tampil di Piala Dunia 2014 untuk timnas Kolombia.
Normalnya, masa pemulihan cedera ACL akan memakan waktu selama delapan hingga 12 bulan. Namun untuk olahragawan bisa lebih cepat. Jika operasi sukses dan masa pemulihan berjalan sesuai rencana, olahragawan yang menderita ACL bisa pulih dalam enam bulan saja. Inilah yang menjadi harapan Falcao untuk bisa kembali merumput di Piala Dunia 2014.
Namun tak semua operasi ACL berjalan dengan baik. Di samping bisa sembuh lebih cepat, risiko cedera lebih parah pun menghantui. Bahkan lebih buruk, seorang pemain bisa lebih cepat mengakhiri karirnya jika ternyata cedera ACL-nya ini sangat parah.
Falcao sendiri kemudian mempercayakan masa depannya pada seorang dokter bedah berpengalaman bernama Jose Carlos Noronha. Noronha sendiri sebelumnya merupakan dokter yang menangani cedera ACL yang dialami bek asal Portugal, Pepe.
Pepe mengalami cedera ACL pada Desember 2009. Untuk berburu kesempatan merumput di Piala Dunia 2010, ia memiliki waktu pemulihan kurang dari enam bulan. Dan dengan perawatan yang intensif bersama Noronha, Pepe ternyata sembuh total hanya dalam lima bulan 10 hari. Inilah yang diharapkan Falcao saat ditangani Noronha.
Namun ternyata Noronha gagal mengulang "keberhasilan" Pepe pada Falcao. Meski sebenarnya operasi berjalan lancer dan berhasil, masa rehabilitasi Falcao lebih singkat dari Pepe. Jika Pepe mendapatkan perawatan selama (sekitar) 160 hari, Falcao hanya dirawat selama empat bulan 20 hari atau sekitar 140 hari. Kondisi Falcao yang masih meragukan inilah yang membuatnya tak dibawa ke Piala Dunia 2014 oleh timnas Kolombia.
Cedera ACL sendiri bukan hanya sekadar lamanya waktu istirahat dan proses rehablitasi yang berjalan sebagai mana mestinya, dampak yang paling berbahaya dari cedera ini adalah sang pemain masih memiliki trauma atau kekhawatiran akan kembali mendapati cedera serupa.
Sam Miller mencontohkan karir pemain Manchester City era 90-an bernama Paul Lake. Lake tak sanggup menghadapi trauma dari cedera ACL ini dan pensiun pada usia 28 tahun. Cedera ACL-nya sendiri diderita saat Lake berusia 22 tahun.
Beberapa contoh pemain lain yang mengalami penurunan performa setelah ACL adalah Michael Owen, Zdenek Grygera dan Michael Essien. Seperti yang kita ketahui, ketiga pemain ini tak memiliki performa menawan setelah pulih dari ACL.
Inilah yang tampaknya juga terjadi pada Falcao. Meski sudah dinyatakan pulih, penyerang berusia 29 tahun tersebut masih belum bisa mengatasi rasa trauma akibat dari cedera ACL yang pernah dialaminya. Jika memang benar begitu adanya, maka tak heran performanya pada musim lalu selalu mengecewakan.
Falcao sendiri sebenarnya tak menjalani pra-musim yang sesuai pada awal musim 2014-2015. Setelah tak mengikuti pemusatan latihan bersama Kolombia karena namanya tak termasuk ke dalam skuat Piala Dunia, Monaco berniat menjualnya karena sedang mengalami krisis keuangan. Ia pun kemudian tak ikut dalam pemusatan latihan Monaco, dan hanya berlaga di beberapa pertandingan uji tanding. Tak heran dalam tiga pertandingan bersama Monaco sebelum hengkang ke United, Falcao tak pernah bisa tampil selama 90 menit.
Sialnya, ketika kebugaran Falcao belum pulih benar, ia hijrah ke liga yang memiliki jadwal yang cukup padat. Belum lagi kesebelasan yang ia bela, Manchester United, dilatih oleh manajer yang identik dengan latihan kerasnya, Louis van Gaal. Hasilnya, pada Oktober 2014, sebulan setelah ia bergabung dengan MU, Falcao mengalami dua cedera lain.
Hal-hal di ataslah yang sepertinya menjadi penyebab cedera ACL Falcao masih mengganggu karirnya saat ini. United pun akhirnya tak puas akan kontribusinya selama satu musim yang mana kemudian memutuskan untuk tak mempermanenkan Falcao. Dengan Monaco yang tak lagi berminat 'menggaji' Falcao, ia tampaknya harus mencari kesebelasan baru.
Namun apa yang dialami Falcao ini bukan berarti akan membuat Falcao bernasib serupa seperti Owen, Grygera, Essien, atau bahkan Luke. Karena kenyataannya, tak sedikit pula pemain yang tetap memiliki karir cemerlang setelah menderita ACL. Sebut saja Alan Shearer, Alessandro Del Piero, Ruud van Nistelrooy, Roberto Baggio, Robert Pires, dan Mikel Arteta. Selain nama-nama ini, masih banyak lagi pemain yang memiliki karir cemerlang setelah cedera ACL.
Maka pada bursa transfer musim panas ini, ia harus menemukan kesebelasan yang bisa mengembalikan kepercayaan dirinya. Entah itu Chelsea, yang saat ini santer dikabarkan telah menjalin kesepakatan dengan Falcao, atau kesebelasan lainnya, harus memberikan treatment khusus pada Falcao agar ia bisa kembali pada performa terbaiknya dan kembali menjadi penyerang yang siap menggelontorkan banyak gol.
Dan paling penting, Falcao harus bisa mengusir 'hantu ACL' yang masih bersemayam dalam pikirannya.
foto: espnfc.com
Komentar