Font size:
Sangat menarik memerhatikan kisah-kisah kerajaan di Nusantara zaman dahulu, di mana kerajaan-kerajaan di Nusantara (Indonesia) pernah mengalami masa kejayaan ketika dipimpin oleh seorang raja yang termasyhur. Kerajaan seperti Majapahit, Sriwijaya, Aceh, Demak, dan Tarumanegara pernah mengalami puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh raja yang sangat berkharisma, seperti Raja Hayam Wuruk (Majapahit), Raja Balaputradewa (Sriwijaya), Sultan Iskandar Muda (Aceh), Sultan Trenggono (Demak), ataupun Raja Purnawarman (Tarumanegara).
Raja-raja tersebut dapat membuat kerajaan yang mereka pimpin menjadi kerajaan yang disegani dan tercatat dalam sejarah. Namun, sejarah juga mencatat bahwa setelah mundurnya raja-raja yang termasyhur itu, kerajaan mengalami sebuah kemunduran. Bisa juga disebut kerajaan mengalami sebuah kejatuhan yang cukup luar biasa setelah raja-raja itu memutuskan mundur dari takhtanya. Kerajaan menjadi kacau, situasi tidak menentu, dan tentunya sulit untuk mengulang kejayaan yang pernah terjadi, karena memang takkan pernah ada raja yang sama. Ini jugalah yang terjadi di tanah Liverpool, di mana pernah ada suatu masa Liverpool FC, klub berseragam merah yang beristanakan Stadion Anfield, dipimpin oleh raja masyhur yang membuat 'kerajaan' Liverpool begitu disegani. Seorang raja dari tanah Skotlandia, raja yang membawa Liverpool ke masa kejayaan. Dia adalah Kenneth Mathieson Dalglish atau yang dikenal dengan Kenny Dalglish. Masa awal dilantik menjadi raja Dalglish pertama kali dinobatkan menjadi raja bagi para pendukung Liverpool pada musim 1985/1986, tepat setelah terjadi tragedi Heysel di Belgia dan mundurnya Joe Fagan, manajer yang membawa Liverpool maju ke final Piala Champions 1985. Mewarisi semangat dari para raja pendahulu seperti Bill Shankly, Bob Paisley, dan Joe Fagan, Dalglish yang kemudian disebut sebagai King Kenny memimpin Liverpool dengan semangat yang sama. Di musim pertamanya itu, sang raja bertindak sebagai player-manager. Hukuman tidak boleh bertanding di Eropa selama 5 tahun membuat sang raja hanya fokus dalam membawa kerajaannya meraih kejayaan di tanah Britania. Hasilnya memang luar biasa. Ia berhasil meraih mahkota Football League First Division sebanyak tiga kali (1985/1986, 1987/1988, 1989/1990), mahkota Piala FA dua kali (1985/1986, 1988/1989), dan tameng FA Charity Shield empat kali (1986, 1988, 1989, 1990). Sebuah kejayaan yang luar biasa yang dibawa sang raja untuk kerajaannya. Walhasil, saat itu Liverpool menjadi salah satu kerajaan yang disegani di tanah Britania. Awal kemunduran Tragedi Hillsborough 1989, seperti halnya Perang Bubat bagi kerajaan Majapahit, mulai sedikit memberikan pengaruh bagi sang raja. Sang raja mulai sedikit stres, dan dia merasa bertanggung jawab atas kejadian yang terjadi di Hillsborough karena dia tidak mampu menyelamatkan para suporter yang juga bagian dari rakyat kerajaannya. Dia mulai memimpin kerajaan dengan pikiran yang berat, dan negativitas itu terus berlanjut. Derby Liverpool dan Everton di Goodison Park pada babak ulangan kedua Piala FA tanggal 20 Februari 1991 menjadi penanda mundurnya sang raja dari tahta Liverpool. Derby itu sendiri berlangsung dengan sangat menegangkan, di mana menghasilkan skor 4-4. Everton sendiri berhasil memenangkan pertandingan setelah babak ulangan ketiga dilangsungkan tanggal 27 Februari 1991 dengan skor akhir 1-0 di Anfield. Sebuah drama yang menegangkan untuk laga sekelas derby Merseyside dan dianggap juga sebagai salah satu derby Merseyside terbaik di era 90-an. Drama sang raja tidak hanya berhenti sampai di situ. Tepat dua hari setelah hasil imbang di Goodison Park, King Kenny memutuskan untuk melepas tahtanya sebagai raja di kerajaan Liverpool. Tentunya ini berita mengejutkan bagi semua khalayak, tak terkecuali masyarakat Liverpool itu sendiri. Seakan belum berhenti ketegangan selepas derby Merseyside 4-4, mereka kembali dikejutkan oleh berita tiba-tiba mundurnya King Kenny dari posisinya sebagai raja Liverpool. Spekulasi mundurnya sang raja pun bermunculan. Ada yang mengatakan bahwa dirinya berselisih dengan salah satu jenderalnya di lapangan, yaitu Peter Beardsley. Ada juga yang mengatakan bahwa dia berselisih dengan para petinggi kerajaan Liverpool saat itu dan ketidaksamaan visi dengan pengurus. Malah, ada juga spekulasi yang menyebutkan bahwa sang raja mundur karena sudah tidak kuat akan tekanan yang datang sebagai raja Liverpool akibat tragedi Hillsborough yang pernah dia alami. Namun, King Kenny menyatakan bahwa dia berhenti karena memang hasil di Goodison Park lah pemicu mundurnya dia dari jabatannya."Orang-orang mungkin menganggap alasanku berhenti ini aneh. Tapi memang itu kenyataannya. Aku berhenti karena aku merasa bersalah atas hasil buruk yang kuterima di Goodison Park," ujarnya.
