Serigala bernama Ramón Rodríguez Verdejo alias Monchi yang terkenal di Sevilla itu telah bertransformasi. Sekarang ia telah menjadi serigala AS Roma sejak awal April lalu. Kedatangan Monchi ke Roma sebagai Direktur Olahraga banyak disambut sukacita oleh kalangan suporter dari ibu kota Italia di manapun berada. Padahal bergabungnya Monchi dengan Roma bukanlah untuk mendapatkan scudetto dalam waktu dekat.
James Pallotta sebagai presiden AS Roma seperti memiliki maksud agar Monchi mampu memburu bibit muda atau pemain berharga murah agar dijual mahal. Visi itu tidak beda jauh dengan apa yang dilakukan Walter Sabatini yang menjadi Direktur Olahraga Roma sebelumnya, salah satunya yaitu merekrut dan menyulap pemain biasa menjadi bintang untuk dijual kemudian. Tapi saat ini terbilang lebih ekstrem bersama serigala yang kini sudah bertransformasi itu.
Tidak tanggung-tanggung, sudah tiga pemain penting Roma dijual pada bursa transfer yang sama. Antonio Rudiger, Leandro Paredes dan Mohamed Salah dijual pada bursa transfer musim panas 2017 yang baru berjalan satu pekan lebih ini. Total, uang 100 juta euro sudah dikantongi kesebelasan berjuluk I Lupi (Si Serigala) tersebut. Terbaru, Mario Rui dilepas ke Napoli dengan harga 9,25 juta euro. Monchi seolah hendak mempreteli Roma dan mencoba membangun skuat dari nol.
Terhitung sejak dengan tegasnya ia memastikan bahwa Francesco Totti akan pensiun pada akhir musim 2016/2017. Padahal saat itu Monchi baru beberapa pekan resmi bergabung dengan Roma dan langsung terang-terangan menentukan masa depan pangeran yang sudah 25 tahun menjadi ikon di sana. Tapi keputusan dan kebijakan transfer Monchi seolah menunjukkan bahwa ia adalah serigala baru di ibukota dengan taring yang lebih tajam.
Semuanya berubah bagi Roma sejak Monchi memenuhi pemanggilan James Pallotta di London pada Juni lalu untuk merumuskan pelatih baru dan kebijakan transfer. Kemudian, terjadilah eksodus besar-besaran di skuat utama Roma yang dijual ke kesebelasan lain dan Roma mendapatkan sangat banyak pundi-pundi euro. Tapi langkah ekstrem itu tidak lepas dari dua faktor yang sedang menjadi situasi Roma saat ini.
Pertama adalah ekonomi Roma harus terbagi dengan pembangunan Stadion della Roma yang diperkirakan menghabiskan uang 300 juta euro. Belum lagi ditambah dengan politik-politik yang membuat pembangunan sejak adanya proposal pada Maret 2014 itu terhambat.
Pembangunan stadion yang menyebabkan minimalisasi dana pembelian pemain itu mengingatkan dengan apa yang terjadi pada Arsenal selama membangun Stadion Emirates selama periode 2004 sampai 2006.
Pada tahun perdana pembangunan Emirates, pembelian termahal adalah Manuel Almunia dari Celta Vigo seharga 5 juta euro. Tapi belum ada penjualan pemain bintang yang signifikan kala itu. Barulah pada tahun berikutnya Arsenal harus menjual Patrick Vieira yang merupakan kapten kesebelasan tersebut, yang digantikan oleh Aleksandr Hleb dari VfB Stuttgart dengan harga 15 juta euro sekaligus paling mahal pada bursa transfer musim panas 2005.
Stadion Emirates pun berdiri kokoh pada 2006. Tapi kehematan Arsenal dalam membeli pemain tidak berhenti di situ. Baru pada 2011/2012 Arsenal bisa lagi menghabiskan dana transfer sampai lebih dari 50 juta euro. Pada saat itu Arsenal menghabiskan dana transfer dalam satu musim penuh sampai 65,48 juta euro. Terakhir mereka berbelanja sampai lebih dari 50 juta euro sebelum itu terjadi pada musim 2000/2001.
Memang dengan membeli pemain muda dan berpotensi, tetap membuat Arsenal tetap bertengger di papan atas, namun banyak juga yang harus dijual untuk menutupi keuangan klub. Thierry Henry yang dijual ke Barcelona dengan harga 24 juta euro pada musim panas 2007 adalah salah satu korbannya. Tapi Roma tentu tidak ingin seperti Arsenal yang masih terkena dampak ekonomi pembangunan stadion sampai sekitaran 2011.
Maka dari itu Roma mencoba menyeimbangkan neraca keuangannya dengan menjual pemain lebih dini saat ini. Bahkan hawa-hawa penjualan pemain bintang sudah terasa sejak era Sabatini dalam dua musim terakhirnya. Alessio Romagnoli, Andrea Bertolacci, Gervinho dan Miralem Pjanic adalah beberapa korban terakhir pada saat itu. Di sisi lain, penjualan pemain-pemain penting Roma juga tidak lepas dari kekhawatiran dengan adanya ancaman hukuman Financial Fair Play (FFP).
Gali dan Tutup Lubang Serigala Ibu Kota Italia
Roma mendapatkan kabar buruk pada akhir September 2014 karena masuk ke dalam klub yang dicurigai melanggar peraturan FFP. Lalu pada Mei 2015, Roma dinyatakan telah melanggar dan dikenakan sanksi finansial dengan membayar 20 juta euro dan pembatasan skuat untuk kompetisi Eropa 2015/2016. Sanksi akan lebih berat jika Roma mengalami kerugian lebih dari 30 juta euro pada musim 2016/2017.
Hukuman itu akan dicabut jika Roma mampu memenuhi langkah-langkah operasional dan keuangan yang disepakati dengan UEFA setelah musim 2016/2017. Maka dari itulah Roma begitu getol menjual pemainnya setelah musim 2016/2017 berakhir. Bahkan sampai harus mengakalinya dengan mendatangkan dan mengincar pemain-pemain yang tidak memiliki nama besar walaupun sebenarnya cukup berkualitas. Mereka adalah Hector Moreno (PSV Eindhoven), Lorenzo Pellegrini (Sasuolo), Maxime Gonalons (Olympique Lyonnais) dan Rick Karsdorp (Feyenoord). Di antara seluruh pemain tersebut, Rick Karsdorp didatangkan dengan biaya paling mahal yakni seharga 14 juta euro.
Bersambung ke halaman berikutnya
Komentar