Makna di Balik "Football`s Coming Home"

Cerita

by Redaksi 18 33011

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Makna di Balik "Football`s Coming Home"

Di pertandingan matchday kedua Grup G Piala Dunia 2018, Inggris sukses meraih kemenangan kedua mereka. Kali ini tim debutan Panama yang dikalahkan oleh Harry Kane dan kawan-kawan. Tak tanggung-tanggung, pada pertandingan yang digelar di Nizhny Novgorod Stadium itu, Inggris menjaringkan total 6 gol ke gawang Jaime Penedo.

Harry Kane mencetak trigol, John Stones membukukan dua gol, dan Jesse Lingard menjaringkan 1 gol. Sementara Panama hanya mampu membalas 1 gol melalui aksi Felipe Baloy pada menit ke-78.

Kemenangan besar yang diraih oleh anak asuh Gareth Southgate tersebut langsung disambut meriah oleh para pendukungnya. Kemeriahan tidak hanya datang dari mereka yang berada di tribun stadion, melainkan juga dari para pendukung Inggris yang daring di media sosial.

Para pendukung Inggris rata-rata menyambut kemenangan besar Inggris itu dengan kalimat “Football’s coming home.” Dari mulai musisi Liam Gallagher, pebisnis Chris Dixon, hingga beberapa akun sepakbola Inggris, menuliskan kalimat tersebut di akun Twitter mereka. Tak ayal football’s coming home pun sempat menjadi trending di Twitter usai Inggris meraih kemenangan besar itu.

Lantas, apa sebenarnya makna di balik kalimat “Football’s coming home” yang kerap digaungkan oleh para pendukung tim nasional Inggris?

Inggris sebagai Tanah Kelahiran Sepakbola

Sebagian besar pendukung Inggris percaya bahwa sepakbola adalah olahraga yang lahir di tanah kelahiran mereka. Walau masih diperdebatkan kebenarannya, anggapan tersebut sebenarnya tidak berlebihan. Inggris adalah negara yang menjadi tempat dirumuskannya peraturan tentang sepakbola atau yang kini biasa dikenal sebagai Laws of the Game.

Pada pertengahan abad ke-19, beberapa sekolah di Inggris melakukan pertemuan guna membuat aturan sepakbola. Dengan adanya peraturan, tindak kekerasan dan kecurangan yang acap terjadi dalam sepakbola kala itu bisa dihindari.

Setelah aturan disahkan, sepakbola semakin berkembang di Inggris. Kemudian pada tanggal 5 Juni 1886, seperti dilansir dari situs FIFA, Inggris, Skotlandia, Irlandia Utara, serta Wales bersepakat untuk membentuk Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB).

Pendirian IFAB ini lebih dahulu dibandingkan FIFA yang baru berdiri pada 1904. Sampai sekarang, IFAB masih menjadi badan yang bertanggung jawab atas peraturan sepakbola yang diterapkan oleh FIFA. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa pendukung Inggris begitu yakin bahwa negara mereka adalah tempat dilahirkannya sepakbola.

Tapi dalam konteks Piala Dunia, sepakbola yang dimaksud pada kalimat “football’s coming home” adalah trofi Piala Dunia. Mereka beranggapan bahwa sudah sepantasnya trofi paling bergengsi di ajang sepakbola itu kembali ke haribaan negara asal sepakbola—ke rumahnya. Inggris sudah paceklik gelar. Trofi Piala Dunia terakhir yang mereka raih terjadi pada lebih setengah abad lalu.

Populer pada 1996

Ketika Inggris menjadi tuan rumah Piala Eropa 1996, grup musik The Lighting Seeds bersama duet presenter acara Fantasy Football League, David Baddiel dan Frank Skinner, menciptakan sebuah lagu berjudul “Three Lions”.

Lagu itu jelas ditujukan untuk menyemangati tim nasional Inggris yang akan tampil di Piala Eropa. Namun tak seperti kebanyakan lagu untuk tim sepakbola lainnya, Three Lions tak berkisah tentang semangat juang pantang menyerah dalam meraih kemenangan. Lagu itu justru berkisah tentang Inggris yang selalu menjadi pesakitan. Setelah menjuarai Piala Dunia 1966, turnamen-turnamen yang diikuti oleh Inggris selalu berakhir dengan kekecewaan.

Namun lagu itu juga menggambarkan tentang kesetiaan pendukung Inggris. Mereka tak pernah berhenti bermimpi untuk mendapatkan gelar, kendati kekecewaan demi kekecewaan terus mereka telan selama 30 tahun lamanya saat itu.

Three Lions on a shirt,
Jules Rimet still gleaming,
Thirty years of hurt,
Never stopped me dreaming.

Lagu Three Lions sangat populer di tengah perhelatan Piala Eropa 1996. Lagu itu sempat menduduki peringkat pertama di tangga lagu populer Inggris pada bulan Mei hingga Juni 1996. Para pendukung Inggris yang hadir di stadion pun selalu menyanyikan lagu ini di akhir pertandingan.

Seiring dengan kepopulerannya, kalimat “football’s coming home” pun turut semakin populer di kalangan para pendukung Inggris. Hal ini dikarenakan dalam pembuka lagu ini, terdapat lirik yang dinyanyikan oleh banyak orang yang berbunyi, "It`s coming home, it`s coming home, it`s coming, football`s coming home.” Lirik pembuka lagu Three Lions tersebut amat akrab di telinga banyak pendukung Inggris kala itu.

***

Kini waktu yang telah dinantikan oleh para pendukung Inggris untuk mendapatkan kembali trofi Piala Dunia bukan lagi 30 tahun, melainkan sudah 52 tahun. Prestasi terbaik yang terakhir kali dicapai Inggris di turnamen besar pun adalah saat menjadi semifinalis Piala Eropa 1996.

Dengan penampilan memukau yang sejauh ini Inggris tunjukkan di Piala Dunia 2018, juga mendapatkan bagan fase gugur yang dianggap lebih ringan, harapan para pendukungnya untuk membawa kembali trofi Piala Dunia ke ‘rumahnya’ semakin meninggi. Seperti pengakuan mereka tentang Inggris sebagai tanah kelahiran sepakbola, harapan itu pun sama sekali tidak berlebihan.

Komentar