Kekalahan Madura United atas Persita Tangerang pada akhir seri dua Liga 1 2021 menjadi momentum dipecatnya pelatih Rahmad Darmawan (RD). Anak asuh RD itu tidak mampu mempertahankan keunggulan Madura di menit kelima berkat Rafael Silva. Babak kedua, skor Madura disamai oleh sundulan pemain Persita, Herwin Tri di waktu tambahan.
Pendukung Madura sudah jengah dengan penampilan yang kerap kali buruk. Mereka ramai-ramai mendatangi Kantor Madura United, Jl. Raya Panggeleur No. 10, Pemekasan pada Minggu (7/11) untuk berunjuk rasa. Unjuk rasa tersebut mendesak RD dan asisten pelatih, Rasiman untuk angkat kaki dari Laskar Sape Kerrab.
Anggota Madura Bersatu, Mimit sering memperingati Laskar Sape Kerrab untuk selalu evaluasi. “Ketika kami konfirmasi, mereka bilang akan evaluasi. Kalau sudah evaluasi, harusnya ada perubahan,” ungkapnya kepada Pandit Football pada Selasa (9/11).
Gelagat bertanding para pemain Madura juga dinilai setengah hati. “Etos kerja mereka buruk. Mereka lupa bahwa klubnya membawa nama Madura,” lanjut Mimit.
Hingga pekan kesebelas, Madura hanya bisa bertengger di peringkat ke-14 klasemen. Mereka mencatat sebelas poin dengan torehan 13 gol dan kebobolan 15 gol. Ini menjadi capaian terburuk Madura jika dibandingkan tiga musim sebelumnya.
Pada musim 2017, Laskar Sape Kerrab meraih 21 poin dengan torehan 22 gol dan sembilan kebobolan. Pada 2018 menoreh 19 poin dengan 20 gol dan 18 kebobolan. Sedangkan 2019 mendapat 24 poin dengan 22 gol dan delapan kebobolan. Adapun musim 2020 terpaksa berhenti disebabkan pandemi Covid-19.
RD sendiri berbesar hati kehilangan jabatan. Ia menyadari insting melatihnya menurun. Terhentinya laju kompetisi akibat pandemi menjadi salah satu penyebab. “Saya merasa keputusan saya dalam melakukan pergantian pemain dan respons untuk mengamati pertandingan berkurang,” ujar dirinya, Rabu (10/11).
Kesulitan RD
Pada laga pembuka musim ini melawan Persikabo 1973, RD memasang skema 4-2-3-1. Hal ini terpaksa dilakukan akibat cedera yang diderita oleh gelandang bertahan Zulfiandi. Padahal, rencana awal RD adalah menggunakan skema 4-1-4-1 dengan Asep Berlian bermain sebagai nomor enam, Jaja sebagai nomor delapan, Slamet Nurcahyono sebagai nomor sepuluh, dan Rafael Silva sebagai striker tunggal.
Laga melawan Persikabo berakhir seri 1-1. Sama halnya dengan laga kedua melawan PSM Makassar yang juga berakhir dengan masing-masing tim mencetak satu gol.
Skema permainan lantas diubah menjadi 4-3-3 saat bersua dengan Bhayangkara FC. Pelatih berusia 54 tahun tersebut mengaku berani mengubah formasi berkat kehadiran pemain baru dari Korea Selatan, Kim Jun-song.
Kim berposisi sebagai gelandang bertahan. Ia dinilai punya pengetahuan bagus dalam bertahan karena posisi awalnya sebagai bek tengah. Duet Slamet dan Jaja dibebankan untuk menyerang demi menyokong Rafael untuk cetak gol.
“Saya tetap melakukan hal serupa [formasi], tetapi dengan sentuhan yang berbeda,” sebut coach RD kepada Pandit Football. Sayangnya, Madura justru kalah 0-1 dari Bhayangkara.
Pada laga keempat lawan PSS Sleman, formasi 4-3-3 masih diadopsi. Perbedaannya, Rafael bukan berada di posisi penyerang pada babak pertama. Babak kedua, masuknya pemain seperti Ronaldo Kwateh yang mengisi penyerang kedua, membuat Rafael kembali ke posisi depan. Hasilnya, Madura menang 1-0.
Sayang, situasi ternyata tak berubah banyak. Madura hanya mampu meraih satu kemenangan lagi dan menelan tiga kekalahan dalam tujuh pertandingan berikutnya.
Minimnya waktu berlatih dan uji coba karena pembatasan kegiatan di era pandemi turut menjadi faktor kegagalan RD mengeluarkan kemampuan terbaik para pemainnya. Akhirnya, adalah RD yang keluar dari Madura setelah dua tahun menjadi pelatih.
Sosok yang juga pernah menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia itu menyatakan masih membuka pintu bagi klub yang tertarik untuk menggunakan jasanya. “Kalau ada tim yang menawarkan hari ini, saya akan terima. Bagi saya penting untuk melupakan hal yang sudah terjadi,” pungkasnya.
Komentar