Markas Besar UEFA (badan tertinggi sepakbola Eropa) berkali-kali pindah lokasi. UEFA memang dibentuk di Basel, Swiss, pada 1954. Namun markas besar pertamanya berlokasi di Paris, Prancis. Barulah pada Desember 1959, markas besar UEFA pindah ke Bern, ibu kota Swiss.
Di Bern saja lokasi Markas Besar UEFA dua kali pindah, yaitu pada 1962 dan 1974. Setelah 35 tahun bermarkas di Bern, UEFA kembali memindahkan markas besar mereka. Kali ini ke Nyon, sebuah kota yang saat itu berpenduduk 15 ribu jiwa.
Markas besar baru tersebut, walau demikian, hanya kantor sementara. Bangunannya saja milik Providentia, sebuah perusahaan asuransi. UEFA menyewa satu sayap bangunan Providentia sambil menunggu Markas Besar UEFA yang sebenarnya, yang juga berlokasi di Nyon, rampung.
Kesepakatan jual beli lahan La Colline ditandatangani oleh UEFA dan pejabat kota Nyon pada 6 Juli 1993. Di lahan yang terletak di pinggiran kota inilah Markas Besar UEFA dibangun. Secara resmi, UEFA mulai menempati markas besar ini pada 22 September 1999. Hingga sekarang UEFA masih berkantor di sana.
Sedikit banyak, keputusan UEFA untuk tidak menetap di satu lokasi dipengaruhi oleh ketidakmampuan gedung markas besar untuk menampung jumlah karyawan. Jika jumlah karyawan UEFA sudah terlalu banyak untuk markas besar yang sekarang, bukan tidak mungkin Markas Besar UEFA akan kembali pindah.
Markas UEFA (Sumber: UEFA.com)
Transparansi palsu kantor FIFA
Seperti UEFA, Markas Besar FIFA (badan tertinggi sepakbola dunia) juga berlokasi di Swiss. Usianya jauh lebih muda, karena baru diresmikan pada 27 Mei 2007. Tentu saja, seperti UEFA, FIFA juga berkali-kali pindah lokasi markas besar. Berlokasi di salah satu wilayah paling bergengsi di Zurich, Markas Besar FIFA mendapat keistimewaan. Pemerintah kota mengizinkan jalan di mana Markas Besar FIFA berlokasi dinamai FIFA-Strasse – Jalan FIFA, dalam Bahasa Indonesia.
Di permukaan, kantor FIFA adalah sebuah bangunan kaca yang transparan. Sepp Blatter, Presiden FIFA saat itu, mengatakan bahwa bangunan kaca dimaksudkan untuk “memberi jalan masuk kepada cahaya dan menciptakan transparansi yang kita pegang teguh bersama.” Kita tahu itu bohong.
Bangunannya sendiri merupakan kebohongan. Bangunan kaca, seyogyanya, adalah pernyataan transparansi. Namun dengan bertingkat ke bawah tanah, FIFA menjadi organisasi yang tertutup. Ruang Rapat Komite Eksekutif, yang terletak di lantai ketiga bawah tanah, adalah ruang yang sangat tertutup.
Di sana, keputusan-keputusan penting diambil, namun ruangannya sendiri tidak mencerminkan keterbukaan. “Ruang di mana keputusan-keputusan diambil hanya boleh diterangi oleh cahaya tak langsung,” ujar Blatter. “Karena cahaya harus berasal dari orang-orang itu sendiri, dari orang-orang yang berkumpul di ruang rapat itu.” Pembual.
Markas FIFA dan Ruang Rapat Komite Eksekutif yang terletak di bawah tanah (Sumber: FIFA.com)
Kenapa harus Swiss?
Cincin Olimpiade menghiasi nyaris semua bagian kota Lausanne, ibu kota olah raga internasional. Di Lausanne, IOC (Komite Olimpiade Internasional) bermarkas. FIFA dan UEFA bukan satu-satunya badan olahraga yang bermarkas di Swiss.
Sejak IOC mendirikan menetap di Lausanne pada 1915 hingga saat ini, nyaris 50 badan olahraga internasional mendirikan markas besar di Swiss. Badan tertinggi untuk senam, balap sepeda, bola voli, bola basket, bola tangan, ski, hoki es, dan masih banyak lagi, semua berkumpul di Swiss. Bahkan Pengadilan Arbitrase Olahraga berlokasi di Swiss.
“Tradisi menjadi tuan rumah untuk organisasi-organisasi internasional dapat ditarik mundur ke tahun 1920-an, ketika Liga Bangsa-Bangsa didirikan di Jenewa,” ujar Jean-Loup Chappelet, ahli di bidang manajemen organisasi olahraga dari Sekolah Pascasarjana Administrasi Publik Swiss, Lausanne. “Setelah IOC, badan-badan olahraga lain seperti UEFA dan FIFA secara alami melirik Swiss.”
Lausanne sendiri dipilih sebagai lokasi IOC oleh Pierre de Coubertin, salah satu pendirinya. Alasan De Coubertin saat itu adalah: Lausanne terletak di sebuah kota indah di pinggiran Danau Jenewa dan, karena terletak di Swiss, Lausanne jauh dari huru-hara Perang Dunia I.
Swiss, negara netral tertua di dunia, tak ambil bagian dalam Perang Dunia, baik yang pertama maupun yang kedua. Selama lebih dari 200 tahun mereka absen dalam segala jenis perang. Perang terakhir mereka adalah saat menghadapi Napoleon pada 1815.
Ada alasan kenapa negara yang terletak di tengah Eropa ini jarang diajak perang. Meski negara ini dikelilingi oleh negara-negara agresif, seperti Prancis (di sebelah Barat), Jerman (Utara), Austria (Timur), dan Italia (Selatan), Swiss memiliki geografi yang menantang. Di Selatan ada Pegunungan Alpen yang sangat besar yang memisahkan Swiss dengan Italia dan Austria. Sementara di Barat dan Utara ada Pegunugan Jura, sebuah pegunungan yang tidak sebesar Alpen tapi tetap saja lebih dari cukup untuk memisahkan mereka dari Prancis.
Kemudian ada dataran tinggi (plateau) Swiss, Mitteland, di tengah negara mereka yang membentang dari sebelah Barat ke Timur yang berisi perbukitan dengan banyak sungai dan danau. Kawasan ini berisi mayoritas populasi Swiss, termasuk kota-kota besar seperti Jenewa, Bern, dan Zurich.
Peta lansekap dan geografis Swiss (Sumber: All About Switzerland)
Saking amannya, sebagai tambahan, bahkan kalau sekarang ada perang nuklir, Swiss menjadi satu-satunya negara yang aman karena mereka memiliki tempat berlindung (fallout shelter) nuklir yang cukup untuk seluruh populasi mereka (8,5 juta jiwa) dan masih menyisakan ruang yang masih muat menampung sekitar 1,2 juta jiwa lagi untuk yang lainnya.
Negara yang memiliki dimensi bendera unik (1:1) ini juga tidak masuk ke dalam anggota Uni Eropa demi menjaga netralitas. Selain itu, Swiss juga tidak tergabung ke dalam NATO dan bahkan baru bergabung dengan PBB pada 2002.
Sementara itu, Piermarco Zen-Ruffinen, spesialis hukum olahraga di Universitas Neuchatel, Swiss, berpendapat bahwa Swiss menarik karena banyak alasan (beberapa sudah dijelaskan di atas): lokasi geografis, tenaga kerja yang memiliki kecakapan tinggi, stabilitas politik, netralitas, keamanan, kualitas hidup, dan, tentu saja, aturan pajak yang menarik.
Komentar