Di Estadio Nou Camp (Leon, Meksiko—bukan Barcelona, Spanyol), 20 Oktober 1968, Bulgaria dan Israel saling berhadapan. Kedua negara melawan satu sama lain di pertandingan perempat final Cabang Olahraga Sepakbola Olimpiade 1968. Dari pertandingan ini lahirlah apa yang kini kita kenal dengan adu penalti.
Bulgaria, tim paling produktif di fase grup (11 gol), unggul lebih dulu lewat gol Georgi Hristakiev di menit kelima. Kedudukan bertahan hingga turun minum; kedudukan tetap bertahan hingga memasuki dua menit terakhir pertandingan. Jika terus begitu hingga peluit panjang dibunyikan, Bulgaria akan lolos ke semifinal. Yehoshua Feigenbaum tak membiarkan hal itu terjadi. Di menit ke-89, dia memaksa pertandingan berakhir imbang 1-1.
Adu penalti belum dikenal saat itu. Untuk menentukan pemenang, dilakukanlah drawing of lots.
Drawing of lots masih berlaku di sepakbola, bahkan sampai digelarnya Piala Dunia 2018 di Rusia. Hanya saja, penentuan pemenang dengan cara ini tidak sampai harus dilakukan di edisi terbaru Piala Dunia itu. Di Rusia 2018, drawing of lots adalah cara ketujuh untuk menentukan pemenang jika setelah menggunakan enam cara pertama, tak ada satu pun tim yang mengungguli lawannya.
Enam penentu pertama yang dimaksud adalah: jumlah poin yang diraih di fase grup, selisih gol di fase grup, produktivitas gol di fase grup, jumlah poin di fase grup antara keddua tim yang bersangkutan, selisih gol dari pertandingan fase grup antara kedua tim yang bersangkutan, selisih gol di fase grup antara dua tim yang bersangkutan, dan produktivitas gol di fase grup antara kedua tim yang bersangkutan.
Juru bicara FIFA untuk Piala Dunia 2018 menjelaskan drawing of lots, kepada Forbes, sebagai berikut: “Pengundian yang dimaksud akan mengikuti prosedur standar: bola berisi kertas bertuliskan nama-nama tim yang bersangkutan akan diundi dari sebuah mangkuk. Anggota Organizing Committee akan mengocok dan mengambil sebuah bola lalu menunjukkan kertas yang ada di dalamnya. Tim yang pertama muncul namanya akan dianggap sebagai pemenang.”
Pada drawing of lots untuk menentukan pemenang perempat final keempat Olimpiade Meksiko 1968, Bulgaria yang menang. Yosef Dagan, wasit berkebangsaan Israel (yang saat itu menjabat posisi Sekretaris Federasi Sepakbola Israel), menerima kekalahan itu namun tidak menerima undian sebagai cara menentukan pemenang pertandingan. Dagan kemudian mengajukan sebuah usul kepada FIFA: pemenang dari pertandingan imbang sebaiknya ditentukan dengan adu penalti.
“Kita tahu bahwa itu bukan cara yang benar untuk menentukan hasil pertandingan dan aku sudah tahu cara yang lebih olahragawi dan adil untuk menentukan pemenang jika pertandingan imbang,” ujar Dagan kepada Ben Lyttleton—perbincangan itu dimuat dalam buku karangan Lyttleton, Twelve Yards: The Art and Psychology of the Perfect Penalty Kick. “Olahraga adalah tentang persamaan, dan kita harus memberi kesempatan menentukan pemenang kepada kedua tim.”
Dagan menyampaikan gagasannya kepada Michael Almog, Wakil Ketua Federasi Sepakbola Israel saat itu (dan Ketua untuk periode 1973-1982), dan Almog kemudian mengirim surat kepada FIFA.
“Pendapat saya adalah jika pemenang ditentukan dengan drawing of lots, itu bukan cara yang sportif untuk menjuarai sebuah kompetisi,” tulis Dagan dan Almog dalam surat tertanggal 24 Juli 1969 tersebut. “Saya menyarankan untuk dihentikannya penentuan pemenang dengan drawing of lots, sebuah sistem yang tidak bermoral dan bahkan keji untuk tim yang kalah, dan tidak terhormat untuk tim yang menang.”
Pada 27 Juni 1970, IFAB (International Football Association Board, badan yang mengatur Laws of the Game) menggelar rapat di Inverness, Skotlandia, dan usulan adu penalti Dagan dan Almog diterima. Namanya saat itu: Kicks from the Penalty Mark. Tendangan dari Titik Penalti.
Komentar