Kiriman dari Adhitya Resna
Lihatlah sosok Sir Alex Ferguson, Jose Mourinho, atau Josep Guardiola. Semua tahu mereka manajer-manajer yang bergelimang dengan prestasi. Gelar demi gelar prestisius mereka kumpulkan selama kariernya. Merekalah yang kemudian akan dikenang oleh para penggemar, juga oleh publik, sebagai contoh manajer yang sukses di muka bumi.
Namun dalam setiap kisah sukses seorang manajer, tentulah ada peran asisten manajer di balik kesuksesannya. Tanpa peran dan jerih payah para asisten manajer itu, mungkin ada banyak hal yang luput dari sang manajer itu sendiri. Para asisten manajer, dengan caranya masing-masing, dan sesuai dengan porsi yang digariskan dalam job-desk pekerjaannya, memberi peran yang tidak boleh diabaikan -- walau memang sering dilupakan.
Asisten manajer sering diidentikkan sebagai nomer dua dalam jajaran kepelatihan sebuah kesebelasan. Tidak salah juga memang. Rata-rata penghasilan asisten manajer pun cuma separuh dari gaji yang diterima sang manajer.
Nama-nama mereka pun jarang terdengar di telinga penikmat sepakbola. Kita sudah tidak asing dengan nama-nama seperti Jürgen Klopp, Joachim Löw, ataupun Vicente del Bosque. Namun siapa yang hafal dengan nama seperti Zeljko Buvac, Thomas Schneider, atau José Antonio Grande? Mungkin cuma segelintir yang familiar.
Asisten manajer memang tidak terlalu sering mendapat perhatian media. Media tentu lebih doyan menyoroti para pemain maupun manajer/pelatih kepala. Namun jangan sangsikan peran asisten manajer dalam sebuah tim. Karena bisa dibilang tugas mereka sama beratnya dengan sang manajer.
Sejatinya asisten manajer adalah tangan kanan dari seorang manajer. Di sesi latihan ia bertugas memberikan instruksi spesifik terkait apa yang diinginkan manajer kepada para pemainnya. Terkadang ia sendiri yang menyiapkan peralatan-peralatan untuk latihan.
Di beberapa kesebelasan, ada juga peran yang dinamai "pelatih kepala", yang berbeda dengan manajer. "Pelatih kepala" biasanya adalah orang yang bertanggungjawab dalam sesi-sesi latihan. Merekalah yang menerjemahkan program sang manajer dalam keseharian di pusat latihan. Di beberapa kesebelasan, kadang "pelatih kepala" ini yang menjadi asisten manajer.
Asisten manajer kudu memiliki pemahaman taktikal yang baik. Karena dalam sebuah pertandingan, tidak jarang sang manajer meminta pendapat maupun saran akan taktik yang harus diterapkan pada tim.
Contoh tugas asisten manajer yang lainnya adalah menghadiri konferensi pers, memberikan laporan perkembangan pemain, mengurus pemain yang rewel, maupun memberikan motivasi pada pemain yang mentalnya sedang down.
Dalam praktiknya asisten manajer dalam sebuah tim tidak melulu berisi satu orang. Bisa juga lebih. Seperti duet Antonio Gómez - Fabio Pecchia di Real Madrid, trio Steve Holland - Rui Faria - Silvino Louro di Chelsea, ataupun trio Y?ld?r?m Uran - Fuat Buruk - ?sa Turan di Galatasaray.
Dalam sepakbola terdapat istilah caretaker manager. Caretaker manager adalah seseorang yang mengemban tugas temporer untuk menangani sebuah klub. Lazimnya karena sang manajer sedang sakit, berobat, dipecat, mengundurkan diri, atau pergi ke klub lain. Dan yang paling sering ditunjuk sebagai caretaker manager adalah seorang asisten manajer.
Namun bukan berarti seorang caretaker manager tidak mampu berprestasi dalam waktu singkat tersebut. Ada beberapa asisten manajer cum-caretaker manager yang mampu menorehkan hasil positif bersama tim yang dibesutnya.
Ambil contoh pada musim 2007 manajer Sepahan, Luka Bona?i?, terpaksa meninggalkan Sepahan pada pertandingan leg kedua final Piala Hazfi (FA Cup-nya Iran). Sang asisten, Mansour Ebrahimzadeh, bertindak sebagai caretaker manager dan memenangkan pertandingan tersebut sekaligus merengkuh trofi Piala Hazfi.
Contoh lainnya datang dari Norwegia. Pada musim 2006, Per-Mathias Høgmo absen dari tugasnya sebagai manajer Rosenborg BK di pertengahan musim karena masalah kesehatan. Saat itu Rosenborg BK sedang tertinggal 10 angka dari sang pemuncak klasemen, SK Brann. Sang asisten manajer, Knut Tørum, pun diangkat sebagai caretaker manager hingga akhir musim. Hebatnya, Tørum mampu membawa Rosenborg BK menyalip SK Brann serta meraih titel juara Liga Norwegia saat kompetisi masih menyisakan satu pertandingan.
Kisah sukses seorang asisten manajer cum-caretaker yang paling gemilang barangkali adalah kisah Roberto Di Matteo yang kala itu bertindak sebagai tangan kanan Andre Villas-Boas. Di tengah-tengah musim AVB dipecat karena terseok-seok di kancah Liga Primer Inggris. Di Matteo pun maju sebagai caretaker manager dan secara mengejutkan mampu menyabet trofi Liga Champions Eropa mengalahkan Bayern München di hadapan para pendukungnya sendiri.
Atas pencapaian ini pula mereka akhirnya diganjar posisi permanen sebagai manajer di akhir musim. Selain nama-nama di atas, terdapat pula beberapa manajer yang mengawali karirnya dengan terlebih dahulu menjadi asisten, di antaranya Louis van Gaal, Antonio Conte, dan Aitor Karanka.
Tali persahabatan yang amat kuat pun acapkali terjadi antara seorang manajer dengan asistennya. Seperti hubungan yang terjadi antara Pep Guardiola - Tito Vilanova di Barcelona. Keduanya memang sudah berkawan sejak masih menjadi siswa di akademi La Masia. Atau kisah legendaris pasangan Brian Clough - Peter Taylor, dimana Clough hanya bertahan 44 hari menukangi Leeds United tanpa bantuan Taylor.
Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, peran asisten manajer dalam sebuah tim amatlah krusial. Kesuksesan seorang manajer pun tidak bisa dilepaskan dari peran asistennya. Karena tidak akan ada manajer yang sukses jika tanpa bantuan asisten yang hebat di belakangnya.
Penulis adalah siswa SMKN 1 Cimahi. Bisa dihubungi melalui akun twitter: @adhityaresna.
Komentar