Seblak Ottmar Hitzfield

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Seblak Ottmar Hitzfield

Karya Dani Suryadi

Seblak adalah cemilan khas masyarakat bandung. Saya pribadi adalah “ultras seblak”. Hampir seluruh tempat penjualan seblak terpopuler di kota Bandung sudah saya datangi. Tak hanya saya datangi, beberapa chef pembuat seblak pun saya wawancarai untuk hanya mendapat resepnya.  Tentu saja banyak yang menolak untuk berbagi resep, namun banyak juga yang berbaik hati berbagi resep dengan saya untuk saya praktikkan di rumah.

Walaupun telah banyak variasi seblak saat ini, buat saya seblak basah berbahan kerupuk tetap yang terfavorit. Jenis kerupuk merk sumber sari atau kerupuk aci (kanji/tapioka) yang sering dipakai untuk bubur ayam, lotek, nasi goring atau lainnya biasa berwarna merah, orange, atau kuning. Kerupuk untuk seblak adalah yang masih mentah atau belum digoreng kemudian direbus atau biasa direndam air panas saja agar tidak terlalu lembek.

Seblak apapun kuncinya adalah bumbu. Ini adalah bumbu terbaik versi saya hasil bertanya jawab dengan puluhan chef profresional seblak: haluskan 2 butir bawang merah, 2 siung bawang putih, ½ ruas jari kencur, 6 buah cabe rawit (selera), garam dan penyedap secukupnya, komposisi tersebut hanya untuk 2ons kerupuk.

Seperti yang sudah saya tulis di atas, banyaknya variasi seblak, seblak basah berbahan kerupuk adalah yang ternikmat. Ini rupanya sama dengan jawaban beberapa teman saya yang juga “ultras seblak”, terutama jika kita sudah mempunyai pakem akan bumbunya.  Apapun variasinya, selera pembuat bumbu adalah kuncinya.

Bahkan rekan saya @Dadanresmana meyakini teori yang unik tentang seblak. Seandainya kau sedang mendekati perempuan, dan perempuan itu penikmat makanan pedas terutama seblak, bawalah perempuanmu itu di kencan pertama ke tempat seblak terbaik menurut selera lidahmu. Jika dia menyukai kepedasannya, seperti halnya dirimu, bahkan hingga meneteskan air mata saking menikmati pedasnya, niscaya tak mungkin kau akan menemui kesulitan di kencan-kencan selanjutnya.

Beberapa cerita mengenai kuliner dan makanan serta sepakbola bisa anda telusuri di sini:

Sepakbola dan Kuliner


Tak berbeda jauh dengan pakem si pembuat bumbu seblak, seorang pelatih sepakbola pun wajib mempunyai pakem akan bumbu utama timnya. Tak peduli bagaimanapun bahan dasarnya, selama bumbu itu sesuai selera lidah, variasi akan tercipta.

Tidak banyak pelatih yang bumbunya teresap dalam beberapa tim, terutama tim dengan liga yang sama. Sejauh ini yang masih aktif melatih dan bumbunya bekerja hingga akhirnya meraih trofi Liga Champion di tim berbeda hanya Carlo Ancelloti bersama AC Milan dan Real Madrid serta Jose Mourinho bersama FC Porto dan Inter Milan.

Namun ada satu nama yang menarik perhatian saya adalah pelatih yang berhasil memberikan trofi Liga Champions untuk dua tim berbeda namun satu liga. Hanya satu orang yang bisa melakukan itu: Ottmar Hitzfeld.

Ottmar memulai karir kepelatihannya di sebuah klub Swiss, FC Zug. Kemudian ia melatih FC Arau dan bersama Arau dia berhasil meraih trofi pertamanya sebagai pelatih. Itu terjadi pada 1985. Kemudian ia memutuskan pindah ke klub rival, Grasshoper Zurich, pada 1988. Ia mengantar Grasshoper Zurich juara liga dua musim berturut-turut.

Borussia Dortmund akhirnya meminang Ottmar di musim 1991/1992.  Sebelum kedatangan Ottmar, Borussia Dortmund saat itu sedang berkutat di papan tengah. Bukan hanya saat kedatangan Ottmar saja, namun selama bertahun-tahun memang berkutat di papan tengah Bundesliga. Jangankan juara, sekadar bersaing untuk berebut juara dengan Bayern Munchen pun sulit sekali.

Di sinilah komposisi dari bumbu terbaik selera Ottmar Der General Hitzfeld mulai ternikmati. Entah karena selera bumbu buatan Jerman hanya untuk lidah Jerman, yang pasti di musim debut pertamanya bersama Dortmund itulah Ottmmar langsung membawa anak asuhnya menempati peringkat dua klasemen akhir Bundesliga. Plus “menciptakan” striker muda asal Swiss, Stephane Chapuisat.

Dua musim berikutnya Dortmund dibawanya menjadi finalis piala UEFA pada 1993. Setelah 1993, saya kira bumbu Ottmar semakin nikmat dan semakin sesuai selera, apapun variasinya. Buktinya di musim 1994/1995, Ottmar Hitzfeld membawa Dortmund menjuarai Bundesliga. Semusim kemudian, mereka pun berhasil mempertahankan gelar juara.

Bumbu racikan Ottmar semakin sempurna. Dortmund dibawanya menuju final Liga Champions 1996/1997. Lewat dua gol Karl Heinz Riedle dan Lars Ricken, Der Borussia  mempermalukan juara bertahan, Juventus, dengan skor meyakinkan  3-1 di Olympiastadion Munich. Juve yang saat itu dinahkodai Marcello Lippipun harus tertunduk di hadapan Dortmund yang untuk pertama kalinya merasakan nikmat menjadi jawara Eropa..

Pada 1998, Ottmar Hitzfeld akhirnya memilih pindah untuk melatih tim rival, Bayern Munchen. Kepindahan itu dipicu perselisihan sengit dengan pihak manajemen Dortmund.

Selama bumbu itu sesuai selera lidah, apapun bahan dasarnya, niscaya tetap saja akan nikmat. Itu pula yang terjadi dengan Ottmar di Bayern. Selama enam musim di Munchen, Hitzfield berhasil memberikan beberapa trofi: menjuarai Bundesliga sebanyak empat kali, DFB Pokal sebanyak dua kali, puncaknya adalah saat Bayern Munchen menjuarai Liga Champions 2001 dengan menumbangkan salah satu generasi terbaik Valencia di bawah asuhan Hector Cuper lewat adu penalti.

Sesungguhnya komposisi bumbu ala selera lidah Ottmar Hitzfeld untuk Borussia Dortmund, Bayern Munchen atau bahkan timnas Jerman tak pernah berubah jika kita perhatikan dengan baik. Hanya variasi bahan utama saja yang membuatnya terlihat berbeda. Ottmar Hitzfeld  adalah chef Jerman yang selera komposisi bumbunya hanya untuk lidah Jerman, dari Jerman oleh Jerman untuk Jerman.

Bumbu yang tepat dan racikan yang pas membuat “masakan” Ottmar terasa “nyambung” dengan lidah Jerman. Kiranya, jika diizinkan membuat hipotesis, Ottmar memang chef spesialis lidah Jerman.

Sumber foto: harnas.co

Penulis bekerja sebagai analis kimia. Dapat dihubungi melalui akun twitter: @dnsryd.

Komentar