Oleh:Â Fikri Haikal Abdurakhman*
Kesebelasan negara Hungaria pernah mengalami masa kejayaan pada periode 1950-1956. Kala itu, mereka mendapat sebutan The Magical Magyars karena segala rekor yang pernah ditorehkan. Selama periode tersebut, The Magical Magyars meraih 42 kemenangan, tujuh hasil imbang, dan sekali kalah.
Atas torehan tersebut, kesebelasan negara Hungaria pun menempati peringkat kedua All-time highest ratings national team berdasarkan Elo Rating System dengan 2166 poin pada 1954. Capaian tersebut hanya di bawah kesebelasan negara Jerman dengan 2200 poin pada 2014.
Kala itu, kesebelasan negara Hungaria disebut-sebut sebagai The Golden Team. (Aranycsapat: Bahasa Hungaria). Mereka seperti membawa suasana baru pada sepakbola kala itu. Hungaria mengubah sepakbola yang dimainkan dengan mengedepankan kemampuan individu, dengan kekompakan dan kerja sama tim untuk mencetak gol. Hal ini pun diiringi dengan berjayanya Hungaria yang disertai sejumlah rekor fantastis.
Pada periode tersebut, Hungaria ditangani oleh Gustav Sebes. Banyak yang bilang kalau Sebes menampilkan apa yang disebut dengan socialist football, sebuah versi awal dari Total Football di mana setiap pemain mempunyai bobot yang sama dan bisa bermain di semua posisi. Sebes mendorong para pemainnya untuk menjadi versatile yang bisa fleksibel bermain di posisi manapun.
âKetika kita menyerang, semua menyerang. Sama halnya ketika kita bertahan,â ungkap andalan Hungaria kala itu, Ferenc Puskas.
Formasi 2-3-3-2 dan Penggunaan Deep Lying Centre-Forward
Kala itu, mayoritas kesebelasan menggunakan formasi WM atau 3-2-2-3, di mana terdapat lima pemain yang mengisi lini belakang, dan lima lainnya di lini serang. Di belakang, tiga fullback berdiri sejajar sementara dua halfback berdiri di depannya. Di depan, dua winger dipasang sejajar dengan centre-forward, sementara dua inside forward menusuk dari dalam.
Di sisi lain, Sebes justru menggunakan formasi yang berbeda. Ia menganggap kalau formasi tersebut lebih fleksibel baik dalam menyerang maupun bertahan. Hal paling penting dalam formasi ini adalah transisi dari menyerang ke bertahan dan sebaliknya menjadi lebih cepat. Paling menonjol dari formasi ini adalah ditariknya dua winger ke lini tengah sehingga saat melakukan transisi mereka bisa fleksibel ke depan atau ke belakang.
Di lini serang, formasi ini pun membuat posisi centre-forward lebih dalam. Ia berperan menarik pemain belakang lawan untuk menciptakan lubang di lini belakang. Posisi ini pun dikenal sebagai deep lying centre-forward. Posisinya kala itu diisi Nandor Hidegkuti yang perannya amat vital. Ia berperan sebagai pencetak gol, pembuat peluang, dan pengontrol arus serangan. Ia pun berperan penting membuka ruang penyerangan karena membuat lubang pada pertahanan lawan. Hidegkuti pun dipasang di belakang duet Ferenc Puskas dan Sandor Koscis yang punya torehan gol fantastis. Sepanjang 1945-1958, dari 69 pertandingan yang dilakoninya, Hidegkuti berhasil mencetak 39 gol.
Mesin Gol, Puskas dan Kocsis
Keberhasilan Hungaria tentu tak lepas dari peran Puskan dan Koscis. Pada Piala Dunia 1954 misalnya, keduanya berhasil mencetak 15 dari 27 gol yang disarangkan The Magical Magyars di turnamen itu.
Siapa yang tak kenal Ferenc Puskas? Namanya kini bahkan diabadikan FIFA untuk penghargaan gol terbaik. Di Piala Dunia 1954, Puskas mengukir namanya sebagai pemain terbaik. Ia pun menorehkan empat gol di turnamen itu. Total, dari 85 pertandingan yang dilakoninya untuk Hungaria, Puskas berhasil menyarangkan 84 gol. Rekor tersebut mencatatkan Puskas sebagai Top International Goalscorer of 20th Century menurut IFFHS. Ia mengalahkan nama lain yang tak kalah hebat macam Pele, Gerd Muller, ataupun rekannya sendiri di kesebelasan negara Hungaria, Sandor Koscis. Selain di timnas, Puskas juga berjaya saat bermain di klub, salah satunya di Real Madrid yang mana ia meraih tiga trofi Eropa, lima trofi Liga Spanyol, dan empat kali tercatat sebagai top skorer Liga Spanyol.
Sandor Koscis pun tak kalah tajam. Di Piala Dunia 1954, ia menjadi pencetak gol terbanyak dengan 11 gol. Untuk rekor Piala Dunia, rekor tersebut hanya di bawah Just Fontaine yang mencatat 13 gol untuk satu turnamen Piala Dunia.
Rasio gol Koscis untuk Hungaria pun fantastis. Dari 68 pertandingan, ia mencetak 75 gol atau 1,1 gol per pertandingan. Dan untuk Top International Goalscorer of 20th Century, torehan 75 gol Kocsis menempati posisi ketiga di bawah Ferenc Puskas dan Pele dengan 84 dan 77 gol.
Pertandingan Penting
Hungaria melawan Inggris
Salah satu pertandingan bersejarah yang dilakoni The Magical Magyars adalah ketika melawan kesebelasan negara Inggris pada 1953. Inggris kala itu tidak pernah kalah oleh kesebelasan di luar Britania Raya saat bermain di Wembley. Namun, kala itu, Inggris dipecundangi 3-6.
Pertandingan itu pun menjadi bukti kalau sepakbola adalah permainan tim. Inggris yang perkasa kala itu amat mengandalkan kemampuan individu. Saat menghadapi Hungaria, terlihat kalau para pemain Inggris seperti tak memiliki visi. Ini pula yang membuat mereka sepanjang permainan terlihat kebingungan dalam membangun serangan. Sementara itu, Hungaria terlihat lebih menguasai pertandingan lewat kerja sama yang apik.
Pertandingan penting lain pun tercatat saat Aranycsapat mengalahkan Brasil di perempat final Piala Dunia 1954 dengan skor 4-2 (Battle of Berne). Lalu, ada pula pertandingan saat mereka mengalahkan kandidat juara, Uruguay, dengan skor 4-2. Pertandingan bersejarah lain pun ditorehkan saat mereka kalah dari Jerman Barat di final Piala Dunia dengan skor tipis 2-3 (The Miracle of Bern).
Trio Hidegkuti, Puskas, dan Kocsis, di lini depan Hungaria tentunya menjadikan Hungaria pada era The Golden Team menjelma menjadi salah satu tim yang sulit dikalahkan. Mereka pun amat sering mencetak gol.
Taktik revolusioner dari Gustav Sebes yang mengedepankan kerjasama dan kekompakan tim dengan ditunjang oleh komposisi pemain yang baik menjadikan Hungaria menjadi salah satu Tim terbaik di Eropa bahkan Dunia pada era 1950-an sebelum Gustav Sebes dipecat pada 1956.
Taktik Sebes banyak diadaptasi oleh kesebelasan lain seperti Belanda dengan Total Football yang memiliki filosofi yang identik dengan taktik dari Gustav Sebes. Ada pula âtiki takaâ yang mengandalkan kekompakan dan kerjasama tim dengan passing passing pendek dari kaki ke kaki, lalu penggunaan deep lying centre-forward dan playmaker juga semakin marak di gunakan oleh juru taktik sepakbola modern hingga saat ini.
Dengan demikian, rasanya Taktik dari The Magical Magyars  pantas disebut sebagai tonggak revolusi taktik dalam dunia sepakbola hingga strategi sepakbola berkembang sampai seperti saat ini. Termasuk, trio Messi-Suarez-Neymar.
foto: footballarchive.tumblr.com
*Penulis berusia 20 tahun , merupakan mahasiswa Politeknik Negeri di Bandung, Pencinta Sejarah, Penggemar Sepakbola, Fans AC Milan. Akun twitter : @fikrihaikala
Komentar