Oleh: Aji Utama
Mari kita mulai artikel ini dengan sebuah pertanyaan. Apakah ada korelasi jumlah penduduk sebuah negara dengan prestasi timnas sepakbolanya?
Dari pertanyaan tersebut tentu tidak terlalu sulit bagi kita bangsa Indonesia untuk menjawab. Pasti banyak yang akan menjawab dengan penuh keyakinan tidak ada korelasi. Terlebih jika melihat fakta kondisi negara sepakbola kita tercinta ini, yang masih kalah secara prestasi jika dibandingkan dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura merujuk dari jumlah trofi AFF.
Selanjutnya bagaimana jika pertanyaannya diubah, apakah ada korelasi jumlah pemain sepakbola sebuah negara dengan prestasi sebuah timnas sepakbolanya?
Dari pertanyaan tersebut apakah kita langsung bisa dengan mudah menjawab seperti pertanyaan sebelumnya? Saya kira untuk pertanyaan ini jawabannya tidak semudah pertanyaan sebelumnya. Hal pertama yang saya ingatkan adalah jangan sampai terjebak dengan angka populasi Indonesia yang berjumlah lebih dari 250 juta.
Baiklah, mari kita telaah satu persatu jumlah pemain sepakbola negara-negara ASEAN yang sudah disebutkan di atas. Angka yang akan disebutkan adalah berdasarkan pernyataan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi akhir Januari kemarin.
Thailand memiliki 1,3 juta pemain sepakbola atau 2,01 persen dari total 64,6 juta jiwa penduduknya. Malaysia memiliki 585 ribu pemain sepakbola atau 2,4 persen dari 24,4 juta jiwa penduduknya, dan Singapura memiliki 197 ribu pemain sepakbola atau 4,39 persen dari total 4,9 juta jiwa penduduk yang ada.
Sekarang bagaimana dengan Indonesia? Menurut pemaparan Edy Rahmayadi Indonesia hanya memiliki 67 ribu pemain sebakbola atau 0,026 persen dari 250 juta jiwa penduduk yang ada.
Melihat angka-angka yang tersaji di atas tentu ungkapan tidak ada hubungan antara jumlah pemain sepakbola Indonesia dengan prestasi tim nasional sepakbolanya bisa jadi salah. Karena Thailand merupakan negara dengan koleksi juara AFF sebanyak lima kali memiliki jumlah pemain terbanyak, kemudian Singapura juara empat kali AFF memiliki presentase sebesar 4,39 persen terbesar diantara negara ASEAN lainnya. Jadi wajar Indonesia belum bisa berprestasi jika melihat presentase jumlah pemain sepakbola yang bahkan masih jauh dari 1 persen.
Pertama sangat tidak relevan jika masih ada ungkapan mencari 11 pemain saja tidak bisa dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia. Kedua angka-angka tersebut tentu merupakan sebuah anomali di balik fakta bahwa sepakbola merupakan olahraga nomor satu di Indonesia. Ketiga hal tersebut semakin menegaskan bahwa Indonesia sangat kekurangan pemain sepakbola. Keempat menunjukan bahwa profesi pemain sepakbola di Indonesia masih kurang diminati.
Ketua Umum PSSI berambisi di tahun 2017 ini jumlah pesepakbola akan naik menjadi 250 ribu pemain. Apabila hal itu tercapai, jika dipresentasekan pun angkanya baru berada di kisaran 0,1 persen. Masih cukup jauh dari ideal. Selagi proses menuju target, program naturalisasi pemain muda yang punya karier cemerlang di luar negeri pun digulirkan.
Selain itu Edy Rahmayadi juga akan membuka kembali Peraturan Menteri tentang pembinaan pemain muda. Adanya wacana tersebut semakin menunjukkan hubungan yang harmonis antara pemerintah dan PSSI. Tampaknya presiden Jokowi sedikit banyak menjadikan Tiongkok menjadi acuan terkait bagaimana pemerintah ikut mendukung secara maksimal pengelolaan sepakbola dalam negeri.
Hal lain yang sudah dilakukan PSSI adalah merekrut pelatih asal Spanyol yang punya rekam jejak dan reputasi mentereng dalam menangani pemain muda yaitu membawa Spanyol U-21 juara Piala Eropa 2011. Luis Milla diharapkan dapat membina skuat muda Indonesia untuk meraih emas di SEA Games 2017 & mencapai Semifinal Asian Games 2018. Target yang sangat sulit akan tetapi tidak mustahil jika melihat kapabilitas Luis Milla yang memang sudah terbukti dalam meracik skuat muda.
Menambah jumlah pelatih dan wasit berlisensi serta membuat lapangan sepakbola juga merupakan prioritas program yang akan dilakukan. Target yang ingin dilaksanakan adalah setiap desa memiliki satu lapangan yang layak pakai. Dengan program tersebut diharapkan minat akan olahraga sepakbola akan semakin meningkat.
Dalam jangka pendek PSSI juga melakukan program naturalisasi untuk mendongkrak performa timnas, tentu apabila memang pemain yang dinaturalisasi benar-benar punya kualitas yang mumpuni. Sejauh ini sosok Ezra Walian merupakan salah satu contoh pemain yang sedang diurus untuk dinaturalisasi. Jika melihat kiprahnya sejauh ini di Eropa, Ezra Walian sangat layak untuk dinaturalisasi.
Kembali ke target ketum PSSI yang ingin menambah jumlah pemain sepakbola Indonesia di tahun ini, untuk mencapai target tersebut tentu bukan hal yang mudah. Terlebih kompetisi tahun ini masih terdiri dalam 3 level yaitu Liga 1, Liga 2 dan Liga 3. Untuk negara sebesar Indonesia tentu tiga level liga sangatlah kurang.
Padahal dari tahun 2008-2014 Indonesia masih memiliki lima kasta kompetisi yaitu Liga Super, Divisi Utama, Divisi Satu, Divisi Dua dan Divisi Tiga. Semakin banyak kompetisi maka akan semakin banyak pemain muda yang muncul dan punya jam bermain yang cukup. Sebagai gambaran untuk Thailand sendiri punya lima level liga di 2017. Thai League 1, Thai League 2, Thai League 3, Thai Regional League, dan Thai Amateur Tournament.
Jika mengacu angka yang disampaikan oleh ketum PSSI bahwa saat ini baru terdapat 67 ribu pemain sepakbola kemudian ingin meningkatkannya menjadi 250 ribu, berarti akan ada kenaikan sekitar 370 persen. Target yang sangat besar mengingat sampai saat ini regulasi untuk Liga 2 dan Liga 3 juga belum jelas. Padahal untuk setiap klub perlu menyusun rencana latihan dan komposisi pemain menyesuaikan dengan regulasi yang ada.
Sebagai gambaran untuk komposisi jumlah peserta Liga 2 dan Liga 3 sangat tidak ideal. Untuk Liga 2 musim ini terdiri dari 61 klub kemudian untuk Liga 3 jumlahnya bisa lebih dari Liga 2 dikarenakan memang level paling bawah. Lebih bijak jika PSSI punya program untuk menambah jumlah level liga di musim mendatang.
PSSI sendiri punya rencana akan mengurangi 36 klub peserta Liga 2, akan tetapi apakah semuanya turun ke Liga 3 atau akan dibuatkan tingkatan lain belum ada keterangan pasti. Apabila memang turun ke Liga 3 tentu akan semakin tidak ideal lagi untuk komposisi level terbawah liga Indonesia tersebut dikarenakan jumlahnya yang terlalu banyak.
Mari kita tunggu saja gebrakan apa terkait target penambahan jumlah pemain sepakbola dan perbaikan liga yang akan dilakukan kepengurusan PSSI dibawah Edy Rahmayadi.
Penulis bekerja sebagai HRD Perusahaan Plastik di Tangerang. Biasa berkicau di @utamaaji
Tulisan ini merupakan bagian dari Pesta Bola Indonesia, menyemarakkan sepakbola Indonesia lewat karya tulis. Isi dan opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.
Komentar