Oleh: Kurd Fonsanna
Romelu Lukaku mengambil ancang-ancang, berlari dan langsung menendang bola dari titik penalti. Di saat yang sama sekitar 2,7 juta manajer FPL bersiap bersorak merayakan tambahan 4 poin hasil mencetak gol, dan bila dijadikan kapten maka nilainya menjadi 8. Namun, pekik gembira langsung tertahan di tenggorokan karena Kasper Schmeichel mampu menepis tendangan Lukaku.
Mengapa 2,7 juta manajer memilih Lukaku? Lukaku adalah satu-satunya pemain yang dipilih lebih dari 50% manajer FPL musim 2017/2018. Ia berhasil meraih predikat pemain yang terbanyak dipilih sebagai kapten dalam 3 pekan berturut-turut, dan jumlah yang memilih sebagai kapten juga terus meningkat.
https://twitter.com/OfficialFPL/status/896095391422201856
https://twitter.com/OfficialFPL/status/898900371531288578
https://twitter.com/OfficialFPL/status/901414480789241857
Tiga cuitan di atas menyiratkan dominasi total para penyerang, bahkan Lukaku dan Kane tidak beranjak dari posisinya, sedangkan posisi 3 bergantian diisi Agüero dan Firmino. Di GW1, Lukaku panen poin dengan 13, begitu juga di GW2 dengan 6. Tapi di GW3 poinnya adalah 0, sehingga menjadikannya kapten pun sia-sia.
Selain Lukaku, Kane juga terbilang mengecewakan dengan perolehan poin berturut-turut dari gameweek pertama sampai ketiga adalah 1, 1, dan 2. Begitu pula Firmino di GW2 (2 poin) dan Agüero di GW3 (1 poin).
Mempertimbangkan jadwal pertandingan GW4, kemungkinan komposisi dari pemilihan kapten ini masih akan sama. Kalaupun berubah, saya memprediksi nama Morata yang akan muncul.
Seorang penyerang untuk dijadikan kapten sangat lumrah karena tidak ada penonton yang berharap pertandingan berakhir dengan skor kacamata. Dan beban untuk mencetak gol paling besar bertumpu pada penyerang.
Apakah kapten sebaiknya penyerang?
Pemain yang berhasil meraih poin tertinggi dalam 3 GW adalah ketiga pemain berposisi bek (Ahmed Hegazi, Marcos Alonso, dan Ciaran Clark). Bila dipilah lebih detil lagi, ternyata para pemain yang sudah membukukan 20 poin lebih terbagi manjadi: 2 kiper, 7 bek, 5 gelandang, dan 2 penyerang.
Hasil perolehan poin sementara menunjukkan bek justru lebih berpotensi besar untuk dijadikan kapten. Hal ini akibat perbedaan mekanisme perolehan poin pada setiap posisi, terutama saat bek mencetak gol akan memperoleh 6 poin dan saat bek berhasil menjaga kesebelasannya nirbobol akan memperoleh 4 poin.
Sebagai ilustrasi, penyerang yang berhasil mencetak 2 gol akan memperoleh poin lebih kecil dibandingkan bek yang berhasil mencetak 1 gol dan menjaga nirbobol. Selengkapnya dapat dibaca di sini.
Bila pembaca belum bisa memutuskan apakah lebih baik memilih penyerang atau bek sebagai kapten, tenang saja. Ada alternatif dengan memilih gelandang. Buktinya, pemain yang berhasil mengumpulkan poin tertinggi pada FPL musim 2016/2017 adalah Alexis Sánchez.
Kalau masih bingung, bisa mengingat tip sederhana ini: Saat memutuskan siapa yang akan menjadi kapten, percaya pada diri sendiri saja untuk memutuskan. Jangan memutuskan berdasarkan hasil poling. Alasannya: tidak ada faedahnya bila bonus poin yang diperoleh akan sama dengan mayoritas peserta poling.
Masalahnya, kita tidak tahu siapa bek, gelandang, atau kiper yang akan moncer pada GW tersebut. Itu mungkin alasan umum kenapa kita memilih penyerang yang sudah mainstream seperti Lukaku, karena kita peraya kepada kondisi "biasanya". Jadi, sekali-kali bisa, lah, kita sedikit berjudi.
Trivial minggu ini: apakah perolehan tambahan poin akan lebih optimal bila hanya memilih satu pemain secara konsisten sebagai kapten sampai akhir musim? Bila iya, siapa kandidat paling tepat? Akhir kata #SalamPanahHijau untuk kita semua di GW4.
*Penulis sangat menyukai sepakbola, namun tak memilih satu pun kesebelasan sebagai favoritnya. Berasal dari Kota Bandung.
Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Isi dan opini di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penulis
Komentar