Oleh: Servanda Aprilado Ananda Ganda Budi*
Kuda hitam dapat dimaknai sebagai peserta pertandingan atau kejuaraan yang awalnya tidak diunggulkan dapat menang tetapi akhirnya menjadi pemenang, atau setidaknya bisa bersinar dan merepotkan unggulan. Itulah gambaran performa seorang Aaron Wan-Bissaka di Liga Primer Inggris musim 2018/19 bersama Crystal Palace.
Wan-Bissaka merupakan pemain berkebangsaan Inggris keturunan Kongo yang bermain di posisi bek kanan. Pemain bertinggi 183 cm ini mengawali karier sebagai pesepakbola juga bersama kesebelasannya saat ini, Crystal Palace. Bisa dikatakan dia lahir dan tumbuh di Selhurst Park (kandang Crystal Palace).
Bagi sebagian penggemar sepakbola baik penggemar Liga Inggris atau bukan, namanya mungkin belum terlalu dikenal. Penggemar sepakbola khususnya Liga Primer mungkin lebih mengenal nama-nama bek kanan seperti Trent Alexander-Arnold (Liverpool), Hector Bellerin (Arsenal), Kyle Walker (Manchester City), Kieran Trippier (Tottenham Hotspur), Antonio Valencia (Manchester United), Cesar Azpilicueta (Chelsea), Seamus Coleman (Everton), atau nama-nama lain yang lebih familier.
Tak mengherankan apabila nama Aaron Wan-Bissaka jarang terdengar atau bahkan sama sekali tak terdengar di ruang publik. Dia memulai musim benar-benar dari bawah. Artinya ia tak punya popularitas dan kesebelasan yang dia bela pun bukanlah kesebelasan besar penantang gelar juara, atau setidaknya kesebelasan-kesebelasan yang memiliki tradisi bermain di UEFA Champions League (UCL) atau UEFA Europe League (UEL).
Jika pun ada yang mengetahui siapa itu Wan-Bissaka, hampir dipastikan orang tersebut bermain Fantasy Premier League (FPL). Kenapa demikian? Gim FPL menuntut para manajer FPL memiliki para pemain yang kompetitif dengan bujet sebesar £100 juta. Itu artinya manajer FPL harus bijak menggunakan anggarannya sehingga mau tidak mau di timnya harus terdapat pemain low budget (berharga murah).
Kebetulan harga Wan-Bissaka pada saat dimulainya FPL hanya £4.0 juta! Itu adalah harga pemain paling murah, artinya dia menjadi salah satu properti panas kategori pemain low budget. Imbasnya hampir semua atau bahkan seluruh manajer FPL mulai mengetahui siapa itu Wan-Bissaka. Berkat FPL, kini para penggemar sepakbola mulai mengetahuinya. Setidaknya hanya namanya saja, perihal performanya mungkin tidak. Begitulah kira-kira korelasi antara pengetahuan fans sepakbola gara-gara bermain FPL.
Eits, tapi di sini kita tidak sedang membahas Wan-Bissaka dalam konteks gim FPL, melainkan murni performa yang dia tunjukkan di atas lapangan hijau bersama Crystal Palace walau nanti pada akhirnya juga terdapat korelasi lagi antara performanya di atas lapangan dengan popularitasnya di FPL.
Terhitung pada musim lalu, dia hanya bermain sebanyak 627 menit bersama Palace, jumlah yang terhitung sedikit apabila kita membandingkan dengan nama-nama bek kanan di atas tadi (kecuali Seamus Coleman karena musim lalu dibekap cedera cukup lama). Hal tersebut tak mengherankan jika Wan-Bissaka menjadi tak terlalu populer di kalangan penggemar bola khususnya Liga Primer.
Namun pada musim ini berbanding 180 derajat dari musim lalu. Tercatat hingga memasuki pekan ke-21 Liga Primer, pemain bernomor punggung 29 ini telah mengemas 1784 menit bermain dengan rincian: bermain penuh 90 menit sebanyak 19 pertandingan, 74 menit sebanyak satu pertandingan, dan absen hanya di satu pertandingan.
Dari rincian menit bermain tersebut, dia hanya tidak bermain penuh (74 menit) kala menjamu Liverpool di Selhurst Park akibat dirinya dikartu merah. Hal itu membuatnya absen melawan Watford di pertandingan berikutnya. Artinya di musim ini hanya kartu merah dan hukuman larangan bertanding saja-lah yang dapat menghentikannya bermain penuh selama 90 menit.
Data-data di atas juga dapat dibaca seperti ini: Wan-Bissaka memiliki kemampuan fisik yang sangat luar biasa dan dia pun juga memiliki kemampuan teknis yang mumpuni sehingga posisinya selama ini di Crystal Palace tak tergoyahkan sama sekali. Padahal saat ini Palace memiliki seorang Martin Kelly, mantan bek Liverpool, yang jelas lebih populer dibandingkan dirinya.
Bermain seintensif itu tentu tak mudah bagi seorang pemuda berumur 21 tahun, terlebih dia bermain di kompetisi yang dianggap paling kompetitif dan dengan intensitas permainan yang tinggi. Ternyata keraguan itu dapat dijawab dengan tuntas oleh Wan-Bissaka pada musim ini, setidaknya dalam 20 pertandingan yang telah dia mainkan.
Statistik menyerangnya mungkin tak seimpresif bek-bek kanan lainnya seperti Trippier (1 gol dan 5 asis), Alexander-Arnold (1 gol dan 3 asis), atau pun Bellerin (4 asis). Tercatat memasuki gameweek 21, Wan-Bissaka hanya menghasilkan sebiji asis tanpa mencetak satu pun gol. Satu-satunya asis yang dia buat adalah kala berhadapan dengan Fulham di pekan pembuka Liga Primer. Kala itu Palace berhasil mengalakan Fulham 2-0.
Berbicara mengenai statistik menyerangnya, mungkin tak terlalu impresif jika dibandingkan dengan bek-bek kanan lainnya yang bermain di kesbelasan papan atas. Namun yang paling perlu diperhatikan bagi seorang defender adalah statistik bertahan dan kedisiplinanya dalam menjaga sektor pertahanan kesebelasannya.
Berkat kedisiplinannya menjaga area kanan pertahanan Palace, kesebelasan yang dilatih oleh Roy Hodgson ini berhasil mencatatkan delapan nirbobol. Berbicara area pertahanan kanan, otomatis Wan-Bissaka berhadapan dengan para pemain sayap kiri kesebelasan lawan, itu berarti dia sudah pernah berhadapan dengan Sadio Mane, Eden Hazard, Leroy Sane, Anthony Martial, ataupun pemain-pemain sayap kelas dunia yang lainnya di Liga Inggris.
Perihal statistik bertahannya, baik secara kualitas atau kuantitas ternyata ia memiliki statistik yang cukup memuaskan bagi seorang pemain yang tidak pernah diangkat namanya sebagai “wonderkid” layaknya pemain-pemain muda lainnya. Wan-Bissaka mampu tampil konsisten selama 90 menit pertandingan dengan disiplin di area pertahanan dan secara konsisten membantu Andros Townsend di sisi kanan penyerangan.
Secara kuantitas, Wan-Bissaka adalah pemain dengan intersepsi terbaik ketiga di Liga Primer dengan catatan 51 kali, dia hanya kalah dari Mathias Jorgensen (57) dan Etienne Capoue (52). Berdasarkan data dari WhoScored, tackles won-nya musim ini mencapai 72 kali, block 10 kali, dan 59 kali melakukan clearances. Catatan tersebut adalah pencapaian yang terbilang memuaskan untuk seorang pemain yang tak pernah masuk dalam hiruk pikuk popularitas sepakbola.
Konsistensi akan menjadi kunci apakah Aaron Wan-Bissaka dapat menjelma sebagai salah satu bek kanan terbaik dunia atau tidak. Apa yang dia lakukan saat ini adalah awal untuk menunjukkan pada dunia bahwa suatu saat akan muncul salah satu bek kanan terbaik dunia dari Selhurst Park. Dia relatif tak terlalu banyak mendapat sorotan media, mencari artikel berbahasa Indonesia yang memuat dirinya saja sangat sulit, atau mungkin bahkan belum ada sama sekali.
Radar Tim Nasional Inggris sepertinya sudah mulai mengarah padanya, namun dia harus bersaing dengan Alexander-Arnold, Trippier, ataupun Walker, yang lebih dahulu mencicipi manisnya mengenakan jersi The Three Lions. Sementara ini statusnya masih “kuda hitam” karena dia bukan termasuk pemain yang diunggulkan, namun dengan etos kerja yang kuat dia akan mengubah sendiri statusnya menjadi “star player” di kemudian hari yang mungkin akan berimbas kenaikan harganya di FPL musim depan. Semangat, Wan-Bissaka! Bayangkan ada banyak Bissaka, karena sejauh ini baru ada satu alias one-Bissaka.
*Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @servandaapril
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar