Oleh: Muhammad Hafizhuddin*
Sulit membayangkan apa yang sekarang ini ada di benak Unai Emery, Manajer Arsenal. Kurang lebih, mumet lah pikiran dia. Entah dari mana datangnya petuah menyakitkan ini. Yang jelas, tahun pertama manajer berkebangsaan Spanyol ini sudah lumayan kelam.
Datang dari hingar-bingar Kota Paris bersama amunisi yang mewah kala itu, Emery bagai orang yang selamat dari jentikan jari Thanos di Infinity War setibanya dia di London. Huru-hara yang tersisa harus diperbaiki, kalau bisa secepatnya. Semua harus disegerakan meski kapasitas yang dimiliki seadanya. Tekanan muncul dari segala arah. Sampai kita melupakan hakikat suatu proses. Bahkan, Monkey D. Luffy, protagonis utama serial anime One Piece, belum juga jadi Raja Bajak Laut sampai detik ini. Dalam dunia sepakbola pun, proses betul-betul diagungkan.
Armada tangguh Manchester City komando Pep Guardiola tidak langsung melejit cahayanya. Awal musim mengerikan tanpa sebiji pun trofi pernah dilewati mantan Pelatih Barcelona tersebut. Jürgen Klopp juga perlu tiga musim untuk membangun Liverpool seperti demikian rupa. Bahkan pada musim pertamanya di Anfield, Klopp harus menahan pilu karena anak asuhnya tercecer di posisi kedelapan klasemen akhir Premier League.
Tidak semudah itu, Ferguso!
Memang, peristiwa yang terjadi di kubu The Gunners saat cukup memprihatinkan. Para pemain belakangan ini tampil di bawah standar. Banyak pihak yang menuding Emery terlalu banyak berspekulasi soal taktik. Selain itu, kendala kedalaman skuat yang ada tak bisa diremehkan. Faktor di luar taktik juga bisa jadi memaksa Emery menenggak Baygon karena kepusingan. Pernyataannya beberapa pekan lalu seakan mengindikasikan betapa mengkhawatirkannya kondisi Arsenal sekarang.
Mantan Pelatih Sevilla tersebut mengatakan kalau Januari ini Arsenal sedang “pailit”. Arsenal tidak akan mengeluarkan uang untuk mendatangkan pemain, kecuali lewat kesepakatan peminjaman. Benar saja, Arsenal hanya meminjam Denis Suarez dari Barcelona. Sulit dipercaya kalau kesebelasan besar seperti Arsenal mengalami situasi sepelik ini.
Belum lagi Kepala Pencari Bakat Arsenal, Sven Mislintat, dikabarkan akan meninggalkan kesebelasan beberapa hari ke depan. Sebagai informasi, semasa di Borussia Dortmund, Mislintat bertanggung jawab atas perekrutan pemain seperti Robert Lewandowski, Shinji Kagawa, hingga Christian Pulisic. Tersiar kabar kalau Mislintat enggan melanjutkan kerja sama karena komunikasi yang kurang baik dengan direksi kesebelasan, termasuk Emery. Selain itu, minimnya dana diindikasi menjadi penyebab khusus mengapa ambisinya tak sejalan dengan kesebelasan.
Sabar ya, bang. Namanya juga kesebelasan misqueen.
Semua memang sudah sepatutnya terjadi. Hal ini bermula ketika kesebelasan mulai jor-joran mengeluarkan dana untuk pemain yang andilnya tak terlalu besar. Sebelum Emery tiba, masalah ini sudah menghantui benak Arsène Wenger. Selain itu, beban gaji yang jomplang membuat kesebelasan berpikir seribu kali untuk belanja sesuka hati.
Prestasi yang didambakan pun masih dalam angan belaka. Minim prestasi, otomatis minim pemasukan. Kesebelasan sudah dua musim absen di Liga Champions. Ini berarti pemasukan tak se-ashoy saat mereka bermain di Liga Champions. Ditambah dana yang tersedia hampir 100% buah keringat kesebelasan selama ini. Pemilik Arsenal yang kaya-raya pun tidak sudi mengikhlaskan sebagian hartanya demi kemaslahatan klub.
Bisnis yang bagus, Mr. Kroenke.
Menjadi tidak aneh ketika diketahui pembaruan kontak Aaron Ramsey tiba-tiba mandek. Masa bakti yang cukup lama dan andilnya yang besar sepantasnya diapresiasi lebih dengan menaikkan gajinya. Namun harga yang sudah disepakati entah kenapa diurungkan oleh pihak kesebelasan. Beban gaji pemain yang cukup tinggi pun sudah mulai dipertimbangkan. Pemain yang berkutat dengan cedera tapi bergaji tinggi begitu membebani klub. Diperlukan kepala dingin untuk menuntaskan kesulitan ini.
Jadwal berat sudah menanti di depan. Setelah kalah 1-3 dari Man City (04/02), nasib Arsenal untuk finis setinggi-tingginya di papan klasemen bergantung pada beberapa pertandingan ke depan. Sang entrenador harus segera meracik ramuan tepat untuk laga selanjutnya.
Peluang paling realistis memang finis di zona empat besar. Jika mereka bisa mulai menang lagi, peluang untuk mendekatkan asa agar satu slot lolos Liga Champions musim depan masih terbuka. Akan semakin sulit jika nantinya Aubameyang dan kolega kalah. Pokoknya wajib menang.
Sekali lagi, perlu dimaklumi jika memang musim ini performa Arsenal cukup bobrok. Situasi dan kondisi yang terjadi tidak bisa dikesampingkan mengapa “tragedi” ini bisa terjadi. Tidak perlu menyalahkan siapapun karena semuanya masih dalam proses “revolusi”.
Butuh waktu yang tidak bisa ditentukan tepatnya, kapan semua perencanaan tersebut membuahkan hasil. Jangan pernah juga menganggap remeh kapabilitas Unai Emery. Prestasinya di Spanyol dan Perancis tidak bisa disepelekan.
Yang sebegitu superiornya seperti Real Madrid saja bisa mengalami musim buruk, apalagi kesebelasan yang dari luar saja sudah terlihat tidak memadai soal biaya dibanding kesebelasan besar lain. Harapan selalu ada dalam segelintir penggemar yang terbesit di pikirannya sebuah keraguan. Baik atau buruk, mereka akan selalu berjibaku memberi dukungan sepenuh hati untuk kesebelasan yang mereka cintai. Cepat atau enggak terlalu lambat, Arsenal bakal jadi kesebelasan elite yang disegani lagi. Percayalah!
*Penulis adalah mahasiswa. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @opportunice
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar