Oleh: Gede Leo Satria Wijaya*
Seabad yang lalu, Qatar tentu hanya sebuah negara kecil yang terletak di Teluk Persia dan masuk dalam protektorat Inggris. Mata pencaharian masyarakat Qatar masih didominasi sebagai nelayan, setelah merdeka pada 1971. Keadaan negara ini berubah 180 derajat ketika ditemukannya salah satu cadangan gas alam cair terbesar di dunia dengan kapasitas mencapai 900 triliun kubik.
Tentu hal ini menjadi keuntungan yang signifikan bagi Qatar di mana penerimaan dari minyak dan gas membuat pendapatan per kapita di negara ini mencapai 127 ribu dolar Amerika Serikat atau yang tertinggi di dunia menurut data World Bank pada 2017.
Capaian yang mentereng di bidang ekonomi membuat pemerintah Qatar melakukan banyak investasi dan pembangunan di segala bidang. Salah satunya adalah di bidang olahraga. Pemerintah Qatar membangun sebuah akademi olahraga yang bernama Aspire Academy yang berlokasi di Aspire Zone, distrik Al Waab, Qatar.
Di akademi ini para atlet diberikan fasilitas bintang lima, mulai dari metode latihan dengan standar yang profesional, hotel, makanan, sopir pribadi, hingga pakaian bermerek.
Pemerintah Qatar mengeluarkan sekitar 1 miliar dolar AS demi proyek ambisius yang sudah beroperasi sejak 2004 ini. Hasilnya? Di bidang sepakbola, Tim Nasional U19 Qatar berhasil meraih gelar juara pada kompetisi AFC U19 di Myanmar pada 2014. Timnas senior mereka juga menjadi juara Piala Asia 2019 di Uni Emirat Arab.
Sedangkan di bidang atletik, terdapat nama Mutaz Essa Barshim yang merupakan alumni Aspire dan pemegang medali emas untuk cabang olahraga lompat tinggi pada kompetisi IAAF 2017. Ada pula Ashraf Amgad Elseify yang merupakan pemegang medali emas untuk cabang olahraga tolak peluru pada Asian Games 2018 lalu.
Pada Akademi Aspire, sepakbola merupakan cabang olahraga yang diutamakan. Terdapat sebuah kesepakatan antara Akademi Aspire bersama dengan Asosiasi Sepakbola Qatar (QFA) dan Liga Bintang Qatar (QSL) yang memungkinkan pemain lulusan Akademi Aspire untuk dapat bermain dan berkompetisi di kompetisi tingkat tertinggi, yakni QSL, ataupun bermain di kesebelasan luar negeri.
Selain itu Akademi Aspire sendiri sudah mengakuisisi dua kesebelasan di luar Qatar, seperti Cultural y Deportiva Leonesa yang bermain di Segunda División B Spanyol dan KAS Eupen yang bermain di kompetisi tingkat tertinggi Belgia dengan dimanajeri Claude Makélélé.
Selain memiliki dua kesebelasan di luar Qatar, Aspire Zone Foundation juga memiliki kerja sama dengan beberapa kesebelasan lain, seperti Atlético Astorga di Spanyol dan Leeds United di Inggris. Aspire Academy bahkan sudah menjadi destinasi umum bagi kesebelasan-kesebelan Eropa untuk menjadi pemusatan latihan, terutama pada musim dingin (gambar di bawah ini adalah Rangers yang berlatih di sana).
Baca juga: Aspire Academy, Tujuan Favorit Kesebelasan Eropa Saat Winter Break
Hal-hal tersebut dilakukan sebagai bentuk keseriusan dari Akademi Aspire untuk mampu menelurkan pemain yang berkualitas bagi Tim Nasional Qatar dan khususnya agar mampu bersaing secara maksimal di Piala Dunia 2022. Ini juga dilakukan agar Aspire menjadi akademi olahraga dan sepakbola terbaik di dunia.
Salah satu program unggulan dari Akademi Aspire ini adalah Aspire Football Dream (AFD). Pada program ini, Aspire mencari mutiara-mutiara sepakbola terbaik di seluruh belahan dunia, utamanya yang berasal dari negara-negara berkembang. Peserta didiknya diberikan beasiswa dan kehidupan yang layak, seperti akomodasi, makanan, pendidikan, hingga biaya bulanan bagi keluarga penerima beasiswa sebesar 5000 dollar dari Pemerintah Qatar.
Di dalam Akademi Aspire ini, mereka akan dilatih oleh para pelatih terbaik yang berpengalaman di kesebelasan-kesebelasan top Eropa dan fasilitas olahraga berstandar tinggi. Tujuan utama program AFD ini adalah untuk meningkatkan kualitas yang ada pada akademi, sehingga pemain berbakat yang berasal dari Qatar mampu bersaing dan menaikkan level kompetisi dengan cara berkompetisi dengan pemain-pemain berbakat dari seluruh belahan dunia.
Pada pagelaran kompetisi Piala Asia 2019, skuat Qatar didominasi oleh pemain muda, dengan rataan usia pemain 25 tahun. Tentu banyak nama muda yang melejit dan diharapkan mampu menjadi tumpuan publik Qatar pada Piala Dunia 2022 mendatang, di mana Qatar adalah tuan rumahnya.
Pemain seperti Tarek Salman, Assim Madibo, Salem Al-Hajri, Akram Afif, hingga Almoez Ali, merupakan alumnus dari Akademi Aspire yang menjadi tulang punggung Qatar saat ini.
Nama yang paling bersinar dari alumnus Aspire ini tentu Almoez Ali. Pemain berusia 22 tahun yang mencetak rekor baru pada Piala Asia 2019 sebagai pemain yang paling banyak mencetak gol dalam satu edisi Piala Asia dengan 9 gol. Capaian ini melampaui legenda Iran, Ali Daei, serta mampu menyabet dua penghargaan sekaligus, yakni Pemain Terbaik dan Top Skor Piala Asia 2019.
Selain itu ada juga nama lain yakni Akram Afif yang mencetak gol di final Piala Asia 2019. Saat ini dia bermain untuk Al-Sadd dan dipinjamkan dari Villarreal. Almoez Ali dan Akram Afif merupakan bukti bagaimana Akademi Aspire mampu menelurkan bakat-bakat potensial dengan segala kualitas dan kelengkapan infrastruktur yang mereka miliki.
Memiliki sejarah yang kurang mentereng pada level Asia dan Dunia, Qatar tentu tidak main-main dalam mempersiapkan diri untuk berlaga di Piala Dunia 2022 nanti. Apalagi mereka berlaga di depan publik sendiri dan untuk yang pertama kali. Dengan perencanaan, pengembangan, serta pembinaan yang berkualitas, sedikit demi sedikit, Aspire mampu menjadi penyuplai pesepakbola berkualitas ke Tim Nasional Qatar.
Apabila kita tengok ke belakang, Qatar sendiri bukanlah salah satu tim elite di kompetisi Asia. Sebab, raihan terbaik mereka selama mengikuti Piala Asia sebelum 2019 ini hanyalah menjadi perdelapan finalis. Bahkan Indonesia pernah mengalahkan Qatar 2-1 di Piala Asia 2004.
Jadi apa yang dicapai Qatar pada Kompetisi AFC U19 2014 dan Piala Asia 2019 ini di luar ekspektasi dan mengejutkan banyak pihak tentunya. Namun hal ini juga menjadi bukti bahwa Aspire berada di jalur yang tepat. Sebab investasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Qatar tidaklah sia-sia.
Indonesia sebaiknya mencontoh perencanaan Qatar. Melalui Aspire Academy, mereka benar-benar terlihat serius memajukan sepakbola dari akar rumput. Hasilnya tentu tidak instan. Setidaknya sudah 15 tahun sejak 2004, Qatar akhirnya mampu menjadi juara Asia pada 2019.
Hal yang patut dinantikan adalah bagaimana kiprah Qatar pada Piala Dunia 2022. Namun mereka sudah berada pada jalur pembinaan yang tepat.
*Penulis merupakan karyawan swasta. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @leowijayaaa
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar