Oleh: Muhammad Lugas Pribady
Sepakbola memang tentang sebuah permainan yang mementingkan kemenangan. Namun, demi bisa mencapai kemenangan, ada banyak faktor yang harus disiapkan. Salah satunya adalah kesehatan mental.
Kesiapan mental menjadi salah satu faktor penting dalam sebuah pertandingan sepakbola. Terlebih lagi saat pemain jelang menghadapi sebuah pertandingan.
Saking kompetitifnya sebuah pertandingan sepakbola, kadang membuat pesepakbola melupakan sisi mental. Para pemain lebih mendahulukan faktor teknis, taktik, dan lupa bahwa mental juga perlu ditata lebih baik. Sering kali tekanan yang begitu besar terjadi pada pesepakbola dan terkadang tidak bisa mereka kendalikan.
FIFPro (Asosiasi Pesepakbola Profesional) dalam risetnya memaparkan lebih dari tiga pesepakbola profesional mengalami permasalahan dengan kesehatan mentalnya (depresi, gangguan kecemasan, dll). Hal ini di awali dengan pembahasan kesehatan mental yang tabu untuk diperbincangkan dalam ranah sepakbola, padahal dalam praktiknya, seorang pesepakbola perlu bimbingan untuk menjaga kesehatan mental. Hal ini dikarenakan tekanan yang begitu banyak bisa membuat kesehatan mental pemain anjlok.
Ambil contoh saat Robert Enke, penjaga gawang klub Hannover 96 yang sekaligus kiper timnas Jerman memutuskan untuk mengakhiri hidupnya pada tahun 2009 dengan menabrakkan ke kereta api setelah mengalami depresi semenjak kematian anaknya Lara pada tahun 2006. Padahal, saat itu Enke sedang dalam puncak performa bersama Hannover 96, namun depresi membuat sang kiper kalap.
Dan beberapa pemain yang pernah bergulat dengan kesehatan mental, seperti: Agostino Di Bartolomei, Paul Gascoigne, Garry Speed, Sebastian Diesler, Chris Kirkland, Tony Adams, Gianluigi Buffon, Aaron Lennon, Andreas Iniesta, Danny Rose, Emmanunel Eboue, Michael Carrick dan pemain lainnya lagi.
Sepakbola memang menjadi olahraga paling populer di kolong langit, namun ternyata juga menyimpan catatan yang menyedihkan. Kurangnya perhatian tentang kesehatan mental membuat pemain enggan untuk menceritakan kesedihan yang sedang dialami. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Bek Chelsea, Ben Chilwell sempat menulis di akun Twitter pribadinya, “Tahun lalu saya mengalami periode di mana kepercayaan diri saya terpukul dan itu memengaruhi hidup saya. Semua orang pernah mengalami sesuatu dan semoga siapa pun yang melihat tweet ini. (Semoga) mereka dapat berbicara dengan seseorang tentang sesuatu yang mengganggu mereka, yang mana mereka merasa tidak bisa sebelumnya. Saya akhirnya berbicara dengan seseorang tentang hal tersebut dan itu sangat membantu.”
Ronald Reng seorang ahli Psikologi dalam bukunya yang berjudul A Life Too Short, membahas mengenai tekanan yang dirasakan oleh pesepakbola. Menurut Reng, selama ini masalah depresi di sepakbola selalu ditutup-tutupi.
“Orang bertanya kepada saya, apakah para pemain sepakbola lebih banyak mengalami depresi. Saya jawab tidak, depresi bisa mengenai siapa saja. Hanya saja, pemain sepakbola harus berlatih setiap hari dan harus menyembunyikan perasaannya. Ini yang sangat bahaya bagi mereka,” ujar Reng kepada kantor berita Reuters.
Pentingnya menjaga kesehatan mental membuat beberapa orang yang bergelut di dunia sepakbola mulai memikirkan hal ini. Seperti salah satunya Tony Adams yang tergerak mendirikan Sporting Chance Clinic yang bertujuan untuk membantu para atlet atau orang yang terlibat dalam olahraga mendapatkan penanganan untuk kesehatan mental yang tepat. Tony mendirikan Sporting Chance Clinic karena ia memiliki masa lalu yang pelik. Ia sempat mengalami masalah terhadap kesehatan mentalnya.
Ditambah lagi dengan beberapa federasi sepakbola dan klub-klub sudah mulai mendukung mengenai kesehatan mental ini. Terkhusus untuk sepakbola di Inggris, mereka mulai mengampanyekan mengenai kesehatan mental.
Misalnya saja saat tajuk final Piala FA berganti nama menjadi Heads Up FA Cup. Hal ini dilakukan karena ingin mempromosikan tentang pentingnya menjaga kesehatan mental yang diinisiasi oleh Pangeran William selaku Presiden FA. Dilansir dari laman resmi FA, menurutnya, final Piala FA mampu menjadi puncak dari kampanye kesehatan mental dan menyebarkan isu tersebut agar semakin akrab dengan public.
Semoga isu ini merambat ke negara-negara lain dan lebih memperhatikan pemainnya. Kesehatan fisik memang penting, namun kesehatan mental juga tak kalah pentingnya. Karena kondisi mental merupakan hal yang penting untuk seorang pesepakbola.
Mari kita tutup tulisan ini dengan sebuah pernyataan dari J.K. Rowling:
“Sangat sulit menggambarkannya (depresi) kepada orang-orang yang tidak pernah mengalaminya karena itu bukan kesedihan. Lebih kepada ketiadaan perasaan, dingin, perasaan yang benar-benar hampa.” - J. K. Rowling.
* Penulis merupakan seorang fresh graduate.
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar