Karya Yullianto Lin
Real Madrid CF memulai musim 2015/2016 dengan cara yang buruk. Salah satu skuat termahal di dunia itu ditahan imbang 0-0 oleh kesebelasan promosi La Liga, Spanyol Sporting de Gijón. Mengingat ketatnya persaingan perburuan titel La Liga, tentu hasil ini tidak bisa dianggap remeh. Apalagi sang seteru utama, FC Barcelona, berhasil meraup tiga poin di pekan pertama.
Kurangnya ketajaman dan kreativitas Real Madrid terlihat benar pada pertandingan tersebut. Total Los Galácticos melakukan 12 tendangan dan hanya setengahnya yang menemui sasaran. Sebanyak 18 kesempatan yang mereka ciptakan menemukan jalan buntu. Sepanjang pertandingan, kesebelasan ibukota Spanyol itu juga mencatatkan 23 umpan silang yang gagal menemui rekan. Sebuah jumlah yang sangat fantastis dalam konotasi negatif.
Tumpulnya serangan El Real sebenarnya sudah mulai terlihat sejak laga pramusim. Empat kali mereka gagal menceploskan satu gol pun ke gawang lawan. Pertandingan melawan AS Roma, AC Milan, FC Bayern Munich, dan VÃ¥lerenga Fotball berakhir dengan melempemnya lini serang Los Merengues.
Sayangnya, gejala-gejala penyakit ini seperti tidak tampak di mata sang entrenador, Rafael BenÃtez. Layaknya seorang dokter yang mengabaikan Sumpah Hippocrates, BenÃtez membiarkan gejala penyakit Real Madrid terus menggerogoti si pasien hingga akhirnya berbuah kerugian fatal ketika melawan Gijón. Entah benar tak terlihat atau ternyata pura-pura tak melihat, BenÃtez seakan terus begitu percaya diri menghadapi musim tanpa berusaha melakukan pembenahan sama sekali.
Keadaan bertambah parah ketika pemain yang paling sering berposisi sebagai penyerang tengah, Karim Benzema, mengalami cedera. Striker asal Perancis tersebut mengalami gangguan pada lututnya sehingga harus istirahat ketika Real Madrid menghadapi Sporting Gijón.
Musim lalu, Benzema berhasil mencetak 15 buah gol dan 10 buah assist di La Liga. Perannya sangat vital di lini depan Real Madrid sebagai pencetak gol dan juga penyuplai bola bagi Cristiano Ronaldo.
Benzema adalah sepertiga bagian yang tidak bisa diremehkan dari kesatuan trio BBC (Bale, Benzema, dan Cristiano). Berposisi alami sebagai seorang penyerang tengah membuatnya begitu leluasa menjalankan peran-perannya di Madrid. Penyerang utama kesebelasan negara Perancis itu tak canggung mencetak gol, menciptakan peluang, dan memecah konsentrasi lini belakang lawan-lawan El Real.
Cederanya Benzema disikapi dengan begitu santai oleh BenÃtez. Atau paling tidak begitu yang terlihat dari geliat Madrid di bursa transfer musim ini.
Tidak ada pergerakan intens dan agresif khas Madrid di bursa transfer. Tidak ada pengejaran striker beken kelas dunia ala Los Galácticos. Alih-alih mencari striker baru, BenÃtez justru menyiapkan produk akademi El Real, Jesé RodrÃguez, sebagai striker pengganti Benzema.
Gelagat ini diperkuat dengan pernyataan BenÃtez seperti yang dikutip dari sportmole.co.uk: âSebelumnya dia cedera. Ketika Anda memiliki konsistensi, seperti yang kami lihat padanya, itu meningkatkan kebugaran Anda, dan kualitasnya telah mengalami peningkatan.â Ia melanjutkan, âJesé menunjukkan hasrat untuk terus berkembang dan itu adalah hal yang penting. Kemampuan pemain-pemain kami bermain di berbagai posisi membuat kami semakin kuat. Anda memerlukan sikap yang bagus, dan dia memiliki itu.â
Dengan segala hormat kepada Jesé, tentu semua tahu bahwa kualitasnya masih jauh di bawah seorang Benzema. Semua pasti setuju kalau Jesé adalah seorang pemain muda yang penuh potensi, tapi tentu belum siap untuk menjadi penggedor utama kesebelasan sekelas Real Madrid. Apalagi, posisi asli Jesé sebenarnya adalah seorang pemain sayap.
Belum ia berkembang memenuhi potensi terbaiknya sebagai pemain sayap, sudah disodorkan tugas baru sebagai penyerang tengah. Pastilah butuh waktu yang tidak sebentar untuk bertumbuh dan beradaptasi lagi di posisi yang baru.
Baca juga: Masalah-masalah yang Dihadapi Rafael BenÃtez
Benar saja, penampilan Jesé biasa-biasa saja sepanjang pra-musim. Bahkan, cenderung tidak memuaskan. Puncaknya adalah ketika pertandingan melawan Gijón. Jesé hanya melakukan dua kali percobaan tendangan. Satu gagal menemui serangan dan yang kedua dapat diantisipasi oleh kiper Sporting Gijón, Iván Cuéllar.
Yang lebih menunjukkan bahwa Jesé tidak cocok bermain sebagai penyerang tengah adalah fakta bahwa ia tiga kali kalah dalam empat kali percobaan duel udara.
Perkara posisi Jesé
Karakteristik Jesé memang menunjukkan ia lebih cocok sebagai seorang pemain sayap. Ia cepat dan memiliki dribel yang bagus. Jesé juga tak canggung berhadapan satu lawan satu dengan lawan dan mampu melewati pemain bertahan lawan dengan baik. Terbukti dengan catatan 27 kali melewati pemain lawan selama dua musim terakhir.
Tinggi Jesé yang hanya 178 cm dan badan yang tidak atletis-atletis amat tidak terlalu menguntungkan Jesé untuk bermain sebagai penyerang tengah. Posisi penyerang tengah seringkali mengharuskan si pemain untuk berduel, terutama duel bola-bola udara.
Baca juga: Adaptasi yang Harus Dilewati Jesé RodrÃguez
Walaupun begitu, seharusnya Jesé tak berkecil hati. Ia bisa mengambil contoh Tim Cahill yang memenangkan 61 kali duel udara dengan persentase mencapai 49,19% persen dengan tinggi badan yang sama.
Naluri gol yang menjadi syarat utama bagi seorang striker belum terlalu dapat ditunjukkan oleh pemuda asal Las Palmas ini. Jumlah tembakan per 90 menit permainannya saja kalah dengan seorang James RodrÃguez yang notabenenya berposisi sebagai gelandang. Sungguh nggak striker banget.
Statistik juga kembali menegaskan jika Jesé tidak cocok ditempatkan sebagai penyerang tengah. Total duel Jesé hanya 38,96% tiap 90 menit. Coba bandingkan dengan Karim Benzema yang mencapai 49,44% atau Cristiano Ronaldo yang menyentuh angka 54,97%.
Perbandingan beberapa statistik Jesé, Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, Gareth Bale, dan James RodrÃguez sepanjang musim lalu (sumber: Squawka)
Jesé cenderung menghindari duel dengan pemain lawan. Entah kurang berani atau kurang agresif, tapi statistik duel udara juga tidak mentereng. Jesé sama sekali tidak pernah melakukan duel udara sepanjang musim lalu. Itulah kenapa di statistik memenangkan duel udaranya tercatat 0%. Karena memang Jesé tidak pernah berduel udara sama sekali.
Mari kita lihat aspek yang selama ini dianggap sebagai kemampuan utama Jesé, yaitu kemampuan melewati pemain lawan. Kemampuan yang juga bisa menjadi nilai lebih tersendiri bila dimiliki oleh seorang penyerang tengah. Mengingat di era-era sebelumnya striker-striker macam Ronaldo Luiz dan Thierry Henry pun piawai berlari dan melewati pemain belakang lawan.
Kesuksesan Jesé dalam melewati pemain lawan berada di angka 46,15%. Masih kalah dengan James RodrÃguez, yang sekali lagi saya tekankan adalah seorang gelandang. Tak perlulah kita bandingkan dengan CR7, Gareth Bale atapun Benzema. Level Jesé memang masih berada di tingkat pemain muda potensial. Jesé belum mencapai level pemain kelas dunia dan karena itu, kemampuannya sebagai deputi di lini depan Madrid masih perlu dipertanyakan.
Opsi untuk membeli penyerang baru
Penyerang tengah yang ideal adalah penyerang yang mampu berduel melawan pemain belakang lawan. Pemain yang mampu berduel dengan kaki dan kepala sama baiknya. Lebih bagus lagi jika fisiknya mumpuni, relatif tinggi, dan kekar. Tentu kualitas tersebut akan memudahkannya mendapat bola dan menahan bola guna menunggu rekan-rekannya dalam membangun serangan.
Sebagai pencinta dan pengamat Real Madrid, saya percaya dan yakin bahwa Si Putih masih memerlukan seorang striker yang cakap dan dapat menjadi tumpuan di lini depan. Entah ketika Madrid menemui jalan buntu dalam pertandingan atau mungkin ketika salah satu dari trio BBC mengalami cedera.
Menyimak statistik pada saat melawan Gijón di mana dua puluh tiga kali umpan silang El Real tidak dapat disambut dengan baik, saya berkesimpulan bahwa tim ini masih memerlukan seorang striker yang jago dalam duel-duel bola udara. Seorang penyerang yang berani dan mampu bertarung melawan bek-bek kekar di kubu lawan.
Berdasarkan statistik di La Liga musim lalu, mayoritas gol Real Madrid bersumber dari permainan terbuka. Sangat jarang Los Merengues mencetak gol melalui situasi bola mati. Jumlahnya sangat minim, hanya 19 gol saja. Bandingkan dengan kesebelasan sekota yang sangat apik memnafaatkan situasi bola mati, yakni Atlético Madrid. Rival sekota itu berhasil menceploskan 30 buah gol melalui situasi bola mati. Hampir dua kali lipat perolehan Real Madrid.
Padahal situasi bola mati bisa jadi sumber gol yang sangat menguntungkan bagi sebuah tim. Dalam kasus Real Madrid, situasi-situasi bola mati bisa sangat berguna ketika tim menemui jalan buntu untuk mencetak gol melalui permainan terbuka.
Seorang striker yang lihai dalam menanduk bola boleh jadi opsi yang efektif. Kesebelasan ibukota ini perlu seseorang yang mampu menjadi âPlan Bâ ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.
Perbandingan beberapa statistik Jesé, Karim Benzema, Graziano Pellè, Zlatan Ibrahimovi?, dan Aritz Aduriz sepanjang musim lalu (sumber: Squawka)
Setidaknya ada tiga pemain yang bisa menjadi solusi bagi persoalan Real Madrid. Satu digosipkang ingin dijual oleh kesebelasannya, satu pernah dikaitkan dengan Madrid oleh media, satu lainnya bisa jadi kejutan yang selama ini tak tercium oleh media. Yang jelas, ketiganya adalah striker-striker andalan untuk melahap bola-bola atas.
Graziano Pellè adalah striker asala Italia yang sudah membuktikan ketajamannya di liga-liga lain. Mantan top skorer Eredivisie ini berhasil mencetak 12 gol di Liga Primer Inggris musim lalu.
Menurut situs metro.co.uk, penampilan Pellè yang belakangan kurang tajam dalam beberapa bulan terakhir membuat pleatih Southampton gerah. Kabarnya Ronald Koeman, manajer Southampton, siap untuk mendengarkan tiap tawaran yang datang untuk memboyong Pellè dari St. Mary Stadium.
Menurunnya ketajaman Pellè beberapa bulan terakhir bisa jadi hanyalah persoalan teknis dan gaya bermain. Pria 30 tahun kelahiran San Cesario di Lecce sejatinya memiliki track record yang tak perlu diragukan lagi dalam persoalan mencetak gol. Dalam dua musim di Belanda, dia mencetak 50 gol dalam 57 pertandingan. Fantastis.
Baca juga: Pellè dan Keberuntungan Bersama Koeman
Statistik pun mendukung pemain hasil produk akademi Lecce ini. Musim lalu ia melakukan 123 kali percobaan tembakan. Ia juga berani berduel dengan catatan total duel sebanyak 44,98%. Pellè juga sangat kuat di udara. Statistiknya begitu mentereng, 170 kali menang duel udara sepanjang musim dengan persentase kemenangan di angka 50%.
Harga seorang Pellè menurut situs transfermarkt.com adalah sekitar 11 juta Euro. Harga yang pantas untuk seorang striker sekaliber Pellè. Angka itu juga relatif sangat murah bagi Florentino Pérez yang hobinya menghambur-hamburkan fulus di meja transfer.
Melihat kualitas dan usia mantan pemain Feyenoord itu, Pellè adalah opsi bagus yang bisa dipakai hingga beberapa tahun ke depan.
Kurang rasanya apabila pemain sekaliber Zlatan Ibrahimovi? mengakhiri karir tanpa pernah sekalipun merasakan nikmatnya mengangkat trofi Liga Champions UEFA yang termahsyur itu. Dan Los Galácticos adalah tempat yang lebih menjanjikan untuk meraih prestasi tersebut ketimbang bertahan di ibukota Perancis.
Sudah berusia 33 tahun dan bernilai 15 juta Euro menurut transfermarkt.com, saat ini adalah saat yang paling tepat untuk mendatangkan Ibra. Harga transfernya tak lagi terlalu mahal (seharusnya), meskipun gajinya pasti mahal, kualitasnya masih kelas dunia dan dengan etos seorang pemain sepertinya, dapat dipastikan ia masih mampu berlaga di level tertinggi setidaknya dua-tiga musim ke depan.
Berada di penghujung karir, Ibracadabra masih menggila dan sangat pantas untuk singgah dan mengakhiri karir di Spanyol. Ibra melakukan rataan 4,14 kali percobaan tembakan setiap 90 menit musim lalu. Paling tinggi di antara semua âkandidatâ penyerang baru Madrid.
Kapten kesebelasan negara Swedia ini juga paling unggul dalam soal persentase memenangkan duel udara. Bagi Real Madrid mendatangkan Ibra akan menjadi prestise sendiri mengingat statusnya sebagai pemain bintang. A win-win solution.
Nah, yang terakhir ini adalah pemain yang belum dikaitkan dengan Real Madrid sama sekali. Tapi sesungguhnya apabila Rafa tidak bebal dan menyadari kebutuhan kesebelasan, hampir tidak mungkin pemain yang satu ini lepas dari radar Madrid.
Raja udara La Liga, Aritz Aduriz memenangkan rataan 6,10 duel udara tiap 90 menit musim lalu. Jumlah yang luar biasa tinggi bila dibandingkan dengan âkandidatâ lainnya.
Harganya pun relatif amat murah karena usianya yang tak lagi muda. Tiga juta Euro saja. Pilihan realistis yang bisa jadi paling mudah untuk didapatkan. Pun dengan biaya paling murah. Aduriz setidaknya bisa menjadi andalan bagi Real Madrid untuk satu musim sambil mencari striker baru yang lebih muda. Solusi yang cepat dan murah mengingat bursa transfer yang tak lama lagi ditutup.
Aduriz juga tergolong produktif bagi kesebelasan-kesebelasan yang dibelanya. Kerap mencetak gol melalui sundulan di berbagai ajang sepanjang karirnya, pria asal San Sebastián yang sudah berusia 34 tahun pasti tergiur apabila tawaran datang dari ibukota. Berada di penghujung karir dan belum memiliki deretan gelar yang berkilau akan menjadi pertimbangannya berlabuh ke Los Merengues.
Jika masih tidak ada penyerang baru juga...
Apabila ternyata BenÃtez tak sadar-sadar juga tentang kebutuhan ini, atau justru petinggi Madrid yang menolak mendatangkan striker karena lebih fokus memburu David de Gea, misalnya, sebenarnya ada opsi yang lebih baik daripada memasang Jesé sebagai penyerang tengah. Jadikan Cristiano Ronaldo penyerang tengah ketika Benzema tidak bisa tampil.
Cristiano memiliki semua kualitas yang diperlukan seorang penyerang tengah. Ia cepat, kuat, dan memiliki naluri gol di level tertinggi dunia. Ronaldo pun jago di udara. Musim lalu ia memenangkan 59 kali duel udara dengan persentase 55.66%. Kapten sangara Portugal tersebut juga mencetak 12 gol dari tandukan kepalanya.
Hanya saja, masalah yang mungkin dihadapi BenÃtez adal ego sang bintang. Maukah Ronaldo bermain di tengah ketimbang di sisi kiri yang telah lama menjadi posisi favoritnya?
Tujuh tahun terakhir ini hanya satu kali Piala La Liga mampir ke Santiago Bernabéu. Fakta yang menyedihkan bagi kesebelasan tersukses Eropa sepanjang sejarah. Setelah musim lalu berakhir dengan tangan hampa, sudah pasti dahaga untuk meraih treble membumbung tinggi. Mengembalikan supremasi di tanah matador dengan menjuarai La Liga dan Copa del Rey. Menegaskan kuasa di benua biru dengan menggenapkan hasrat La Undecima.
Jika Rafa BenÃtez ingin lama berdomisili di ibukota, ada baiknya yang bersangkutan segera mengganti kacamatanya. Seorang pria tinggi besar penakluk udara perlu hadir di Valdebebas sebelum bursa transfer ditutup. Bila tidak, bukan mustahil musim depan akan ada wajah baru yang bertugas di sisi lapangan pertandingan Real Madrid.
Penulis adalah peserta kelas menulis di #PanditCamp gelombang ketiga. Akun twitter: https://twitter.com/liantlin">@liantlin.
Komentar