Pertandingan klasik antara dua kesebelasan besar tradisional Perancis â AS Saint-Ãtienne dan Olympique de Marseille â di Stade Geoffroy-Guichard berakhir sama kuat 2-2, dalam sebuah drama yang memunculkan para pemain pengganti sebagai bintang utama.
Eksekusi penalti Max-Alain Gradel, mengiringi pelanggaran yang dilakukan Jérémy Morel terhadap Romain Hamouma, membawa Saint-Ãtienne unggul di menit ke-54. Selepas menit ke-60, Marcelo Bielsa melakukan pergantian ganda yang terbukti mampu mengubah peruntungan kesebelasannya.
Michy Batshuayi yang masuk menggantikan André-Pierre Gignac mencetak gol di menit ke-64; dan ia melakukannya hanya 56 detik setelah masuk sebagai pemain pengganti. Empat menit berselang, kombinasi umpan silang mendatar Romain Alessandrini dari sayap kiri dan satu sentuhan kaki kanan Batshuayi membawa Marseille berbalik unggul. Sebagai catatan, Alessandrini juga masuk sebagai pemain pengganti; menggantikan Alaixys Romao.
Penampilan gemilang Alessandrini dan Batshuayi pada akhirnya tetap gagal membawa Marseille meraih kemenangan tandang pertama sejak 4 Oktober 2014, karena Mevlüt Erdinç (juga pemain pengganti) mencetak gol kedua Saint-Ãtienne di menit pertama masa injury time, memanfaatkan kekacauan di lini belakang Marseille (masalah klasik yang sampai saat ini belum berhasil diatasi). Bagaimanapun, keputusan Bielsa dalam pergantian ganda patut membuatnya menerima pujian.
Gignac, ujung tombak yang lebih sering bersentuhan dengan bola di area sebelah kanan pertahanan Saint-Ãtienne ketimbang di wilayah tengah, bermain kurang efektif. Tak sekalipun Gignac melepas tendangan, dan ia selalu kalah dalam duel udara. Ayew yang bermain sebagai penyerang sayap kiri pun sama tidak efektifnya. Poin-poin positif yang ia torehkan di pertandingan ini terjadi di wilayah permainan sendiri; sama sekali tidak mengancam. Alih-alih menarik keluar keduanya, Bielsa hanya mengganti Gignac, sementara Ayew diminta bermain sebagai gelandang tengah bersama Gianelli Imbula.
Keputusan Bielsa terbukti tepat. Ayew bermain lebih baik sebagai gelandang tengah. Ia lebih sedikit melakukan kesalahan umpan, dan lebih mengancam di area pertahanan lawan. Chalkboard Ayew ketika memainkan peran penyerang sayap kiri (kiri) dan ketika ia bermain di samping Imbula (kanan) menggambarkan perbedaan tersebut dengan cukup jelas.
Alessandrini yang menggantikan peran Ayew di sisi kiri serangan Marseille pun mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Bermain dengan durasi yang lebih pendek ketimbang Ayew, Alessandrini mampu menebar lebih banyak ancaman lewat dua umpan kunci dan satu buah assist; plus satu kemenangan duel udara di dalam kotak penalti Saint-Ãtienne.
Marcelo Bielsa sudah lama masyhur sebagai pelatih dengan ide-ide gila, sampai-sampai ia juga dihuluki Si Gila alias El-Loco. Simak beberapa kisah tentang gaya melatih Bielsa:Antara Ayew, Labrune dan Marcelo Bielsa
Batshuayi, bagaimanapun, menarik lebih banyak perhatian. Kembali ia berhasil membuktikan kepada Bielsa, bahwa kepergian Gignac di akhir musim nanti (karena kontrak yang habis, sama dengan Ayew) tak perlu diratapi. Tenang, ada Batshuayi. Begitulah kira-kira.
Memiliki kemampuan melindungi bola yang terhitung baik dan kaki-kaki yang cukup lincah, Batshuayi berhasil menyingkirkan semua pemain yang berusaha merebut bola darinya di dalam kotak 16 Saint-Ãtienne. Ruang sempit bukan masalah, begitu juga dengan tekanan besar yang mengikutinya. Dengan tenang Batshuayi menemukan ruang untuk menempatkan bola di gawang kawalan Stéphane Ruffier.
Gaya bermain Batshuayi yang dipenuhi pergerakan aktif juga menimbulkan masalah tersendiri bagi Saint-Ãtienne. Tidak seperti Gignac, Batshuayi adalah penjelajah lapangan. Sedikit banyak, gol keduanya tercipta karena ia terus bergerak mencari ruang. Batshuayi praktis tidak menerima gangguan berarti ketika menyambut umpan Alessandrini; ia sudah meninggalkan semua lawan, yang hanya menjadi penonton ketika Batshuayi membobol gawang Ruffier untuk kedua kali.
Kedua gol Batshuayi, tak dapat dipungkiri, adalah buah pemikiran jenius Bielsa. Pelatih berjuluk Si Gila pantas mendapat pujian karenanya. Entah ia bersedia menerimanya atau tidak; standar tinggi yang ia miliki rasanya akan membuat hasil imbang ini terasa seperti kekalahan.
Komentar