Tendangan Bola Mati, Senjata Bagi Mereka yang Putus Asa dan Kehabisan Akal

Tendangan Bola Mati, Senjata Bagi Mereka yang Putus Asa dan Kehabisan Akal
Font size:
Kualitas pemain tak bisa dipungkiri bisa menentukan keberhasilan sebuah kesebelasan. Memiliki banyak pemain berkualitas mumpuni, meski tidak selalu, akan bisa meningkatkan kans sebuah kesebelasan untuk menjadi pemenang dalam sebuah pertandingan. Lebih menentukan dari kualitas pemain, terdapat skema dan taktik seorang pelatih atau manajer sebuah kesebelasan yang dapat menyempurnakan sebuah kesebelasan. Dengan skema dan taktik jitu dari pelatih, para pemain berkualitas bisa dimaksimalkan dan kemungkinan untuk menang akan menjadi lebih besar. Tapi tak setiap kesempurnaan seperti yang sudah disebutkan di atas selalu berhasil bisa menghasilkan kemenangan. Selain kemenangan, dalam sebuah pertandingan sepakbola terdapat juga seri dan kalah. Kadang meski memiliki pemain dengan kualitas mumpuni dan pelatih yang kaya akan pemahaman taktik, hasil imbang bahkan kekalahan bisa kapan saja menimpa kesebelasan tersebut. Itulah yang saat ini dialami Chelsea, Manchester United, Juventus, dan kesebelasan papan atas Eropa lainnya yang tampil tak sesuai harapan pada musim ini. Agak mengherankan bagi kita saata kesebelasan-kesebelasan tersebut sangat kesulitan meraih kemenangan. Sebenarnya ada satu kesamaan yang terlupakan oleh kesebelasan papan atas yang melempem tersebut. Bukan kualitas pemain atau kualitas taktik sang pelatih, melainkan soal pemanfaatan kesempatan dari bola-bola mati.

***

Di Ligue 1 Prancis, Angers yang merupakan kesebelasan promosi secara mengejutkan bisa bersaing di papan atas. Sebelum menelan kekalahan pada pekan ke-12, Angers sempat berada di peringkat kedua di bawah Paris Saint-Germain yang memuncaki klasemen dengan selisih tujuh poin dan unggul tiga poin atas kesebelasan peringkat ketiga dan keempat, Olympique Lyon dan St. Etienne. Setelah ditelisik lebih jauh, Angers menjadi kesebelasan dengan jumlah gol dari set pieces terbanyak ketiga di Ligue 1 dengan tujuh gol. Lima di antaranya merupakan kreasi dari tendangan bola mati Thomas Mangani, terbanyak di Ligue 1 bahkan di lima top Eropa bersama Tottenham Hotspur. Di La Liga Spanyol, SD Eibar yang hingga pekan ke-10 menempati peringkat keenam, menjadi kesebelasan yang cukup bisa memanfaatkan kesempatan dari tendangan bebas. Eibar bahkan merupakan kesebelasan dengan gol terbanyak dari set pieces di La Liga dengan enam gol bersama Espanyol, Valencia, dan Barcelona. Yang membedakan Eibar dengan Espanyol, Valencia, dan Barca, dua nama terakhir banyak mencetak gol dari tendangan penalti: Barca (4) dan Valencia (3). Sementara Eibar menjadi kesebelasan dengan jumlah gol dari tendangan sudut terbanyak dengan empat kali, terbanyak di La Liga bersama Athletic Bilbao. Nah, bagaimana dengan di Liga Primer Inggris? Manchester City yang saat ini memuncaki klasemen, torehan empat golnya yang berasal dari sepak pojok merupakan yang tertinggi di Inggris. Dengan tambahan satu gol dari tendangan bebas dan penalti, Man City berada di peringkat kedua terbanyak sebagai pencetak gol bola mati di Inggris bersama Crystal Palace, Leicester City, dan West Ham United.
Baca juga: Jamie Vardy, Penerus Kisah Teladan Pemuda Setempat Tangisan yang Melambungkan Karier Riyad Mahrez 
Perlu diketahui, West Ham, Leiceister, dan juga Palace saat ini pun menjadi kesebelasan kejutan di Liga Primer Inggris. Palace dan Leicester berhasil mencetak tiga dan empat gol dari tendangan penalti. Sementara West Ham berhasil mencetak dua gol dari tendangan bebas langsung, dua gol dari tendangan sudut, satu dari lemparan ke dalam, dan satu dari tendangan penalti. Dimitry Payet adalah salah satu eksekutornya. Sekarang bandingkan dengan Manchester United yang hanya tiga kali mencetak gol dari servis bola mati dengan rincian satu tendangan bebas, satu tendangan sudut, dan satu penalti. MU sendiri begitu kesulitan untuk mencetak gol dari permainan terbuka.   Seperti apa statistik set pieces MU, Chelsea, dan Juventus? Baca halaman berikutnya. Halaman sebelumnya MU memang berhasil menempati peringkat keempat dari 12 penampilannya sejauh ini. Namun MU kerapkali buntu dalam menyerang di mana jumlah mencetak golnya saat ini (15 gol) kalah dari Leicester (23 gol), West Ham (22 gol), dan juga Tottenham Hotspur (19 gol) yang merupakan kesebelasan paling banyak mencetak gol dari servis bola mati. Bayangkan jika MU memiliki pemain yang bisa memecah kebuntuan lewat bola mati. Pada masa jaya MU, kita tentunya mengenal nama-nama seperti David Beckham atau Cristiano Ronaldo sebagai eksekutor bola mati. Sedikit banyak, kemampuan mereka dalam set pieces bisa menjadi pemecah kebuntuan yang menghadirkan hasil positif.
Baca juga: Perhitungan Fisika dalam Penebusan Dosa David Beckham
Lihat juga bagaimana Chelsea yang musim ini seringkali diselamatkan oleh tendangan-tendangan Willian dari bola mati. Jika tidak ada Willian, mungkin kesebelasan berjuluk The Blues ini semakin terjerembab di papan bawah klasemen. Chelsea sendiri saat menjadi juara musim 2014/2015 merupakan salah satu kesebelasan yang handal memanfaatkan bola mati. Meskipun hanya terbanyak kelima di Liga Inggris, gol dari sepak pojoknya mencapai 10 kali dari total 19 gol tendangan bola mati. Sementara musim ini, baru sekali Chelsea mencetak gol dari sepakan corner. Berpindah ke Italia, Juventus pun cukup kesulitan meraih kemenangan semenjak hengkangnya Andrea Pirlo, sang eksekutor bola mati, pada awal musim 2015/2016. Saat menjuarai Serie A 2014/2015, enam gol dari tendangan bebas dan tujuh lainnya diciptakan dari sepak pojok. Total 20 gol dari bola mati merupakan yang terbanyak ketiga di Italia pada musim tersebut. Sementara musim ini, Juve justru lebih banyak kebobolan lewat bola mati dan hanya tiga kali mencetak gol dengan skema yang sama yang tiga-tiganya merupakan tendangan penalti. Seandainya masih ada Pirlo, mungkin kesempatan mencetak gol dari bola mati Juventus akan lebih besar dan bisa memperbesar kesempatan untuk menang.
Baca juga: Pirlo Tumpul, Serangan Juve Amburadul
Tengok bagaimana AS Roma yang musim ini cukup konsisten berada di papan atas Serie A. Memiliki Miralem Pjanic membuat Roma menjadi kesebelasan dengan jumlah delapan gol dari set pieces yang merupakan terbanyak di lima liga top Eropa bersama Tottenham, AS Monaco, dan FC Lorient. Meski terdengar sepele atau perbedaan jumlah  gol set piece ini tak terlalu signifikan dengan kesebelasan lain, tak bisa dipungkiri gol dari set piece ini bisa menjadi penting. Skor 0-0 selama 90 menit lalu berhasil mencetak gol dari tendangan bebas atau sepak pojok pada babak tambahan waktu babak kedua akan membuat sebuah kesebelasan meraih tiga poin atau yang asalnya tertinggal kemudian meraih hasil imbang. Tendangan bebas atau sepak pojok rasanya akan selalu terjadi pada setiap pertandingan. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh dipandang sebelah mata oleh kesebelasan manapun. Kesempatan mencetak gol dari bola mati, hampir pasti akan lahir di setiap pertandingan. Sama seperti serangan balik, gol dari set piece pun merupakan cara bertahan hidup yang memesona. Hanya saja jika serangan balik merupakan senjata bagi mereka yang tertekan dan tertindas, maka saya menyebut set piece merupakan senjata bagi mereka yang putus asa dan kehabisan akal. Karenanya memiliki eksekutor handal bisa menjadi keunggulan tersendiri bagi sebuah kesebelasan. Maka saran saya bagi Man United, mereka harus punya Beckham atau Ronaldo baru. Bagi Juve, mereka harus menemukan penerus Pirlo. Kalau untuk Chelsea? Hmm.. mungkin mereka harus memiliki 11 Willian. foto: stokecityfc.com
Marcelino Toral, Perombakan Villareal, dan Pandangannya Tentang Sepakbola
Artikel sebelumnya Marcelino Toral, Perombakan Villareal, dan Pandangannya Tentang Sepakbola
Chicharito dan Takhayul Kacang Jerman
Artikel selanjutnya Chicharito dan Takhayul Kacang Jerman
Artikel Terkait