Kapten Persiraja Bernama Nakata

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Kapten Persiraja Bernama Nakata

Naskah Pesta Bola Indonesia oleh: Ariful Azmi Usman

Sosok Hidetoshi Nakata dikenal sebagai salah satu pemain Asia tersukses di Eropa. Pemain berkebangsaan Jepang itu pernah menjuarai Serie A bersama AS Roma. Ia pernah juga menjadi rebutan klub-klub Italia. Bersama Tim Nasional Jepang, Nakata pernah menjadi andalan dan idola masyarakat.

Waktu yang tersedia untuk menikmati keindahan sang pemain terlalu singkat. Nakata memutuskan untuk pensiun pada 2006, setelah Piala Dunia Jerman. Usianya saat itu baru 29 tahun.

Diketahui, Nakata memutuskan pensiun karena sepakbola tidak lagi seperti yang ia inginkan. Setelah berhenti menjadi pesepakbola Nakata menjadi model busana di berbagai majalah mode.

***

Waktu itu sore hari, awal tahun 2000an. Cuaca cerah. Sebuah pertandingan antar kampung akan digelar. Sebelum bertanding, para pemain diharuskan melewati gerbang kecil sederhana—seperti gawang—yang terbuat dari kayu. Pesawat sederhana penyeleksi pemain ini menancap di tanah. Satu per satu pemain berjalan melewatinya. Hanya mereka yang kepalanya tak membentur mistar gerbang yang boleh ikut bertanding.

Penonton dari beberapa gampong (desa) sudah memadati lapangan. Tiket pertandingan habis terjual. Para pemain pun mulai memasuki lapangan untuk bertanding dalam turnamen antar kampung (tarkam). Seorang anak, yang usianya belum genap 16 tahun, ikut turun bermain di lapangan kawasan Blang Bintang, Aceh Besar itu.

Sang pemain yang dimaksud melepas tembakan dari luar kotak penalti. Bola yang lepas dari kakinya menghujam gawang lawan. Penonton riuh dibuatnya. “Nakata, Nakata! Ini Nakata!” Gol jarak jauh dan mata yang sipit membuat orang-orang menyamakannya dengan sang pemain ikonik Jepang. Nama sang pemain yang sebenarnya adalah Muklis. Ia kapten Persiraja Banda Aceh dua tahun belakangan.

“Selesai pertandingan, semua memanggil nama saya Nakata. Sampai ke rumah, teman-teman yang mengajak saya main bola, mereka tidak lagi memanggil nama asli saya (Muklis), mereka mencari Nakata ke rumah saya,” ia berkisah kepada saya, dalam perjalanan bus menuju Inalum, Kabupaten Batu Bara, untuk menghadapi PSMS Medan akhir Januari lalu.

***

Di Italia, dalam laga pembuka Serie A 1998/99 melawan Juvenus, Hidetoshi Nakata mencetak dua gol ke gawang Angelo Peruzzi. Meski Perugia harus mengakui keunggulan Juventus dengan skor 3-4, dua gol yang dicetak Nakata dalam tujuh menit langsung menjadi perbincangan dunia. Nama Nakata ternyata juga berhembus sampai ke Aceh dan benar-benar menjadi fenomena.

Muklis Nakata pun menjadi idola antar kampung di Aceh pada masa remajanya. Penikmat si kulit bundar berduyun-duyun datang ke lapangan untuk menonton langsung aksi Nakata dari Aceh. Permainan cepat dan tendangan akurat membuat banyak orang terkagum-kagum melihat Alumni SSB Aneuk Rincong Banda Aceh tahun 2002 itu.

Seiring tahun berganti, pria kelahiran Lambaro, Aceh Besar ini masuk dalam skuat junior Persiraja. Saat itu umurnya sudah menginjak 18 tahun. Muklis, yang lahir pada 12 Mei 1988, pernah pula membela Aceh pada Pra PON di Jakarta dan menjadi pilar Tim Aceh pada PON 2008 di Kalimantan Timur. Sebelum naik kelas ke tim senior Persiraja, Muklis sempat memperkuat PSAB Aceh Besar di Divisi I musim 2009/10.

Dalam perjalanan kariernya, Nakata—yang oleh sebagian orang dipanggil Ali—pernah bermain di beberapa posisi. Meski posisi utamanya adalah gelandang, dia pernah dimainkan oleh pelatih sebagai bek kanan. Saat membawa Persiraja promosi ke Indonesia Super League 2011, Nakata bermain sebagai sayap.

***

Nakata bukan kapten biasa. Perannya begitu vital sejak bergabung dengan Persiraja, baik di dalam maupun di luar lapangan. Ia pemain setia.

“Setelah kami menjadi runner-up Liga Ti-Phone, dan membawa Persiraja lolos ke Liga Super, saat itu saya mendapat banyak sekali tawaran dari sejumlah klub dari pulau Jawa hingga Kalimantan, tapi setelah berdiskusi dengan keluarga, saya memilih tetap di Persiraja," ujar pemain berusia 29 tahun ini.

Mukhlis Nakata dipercaya menjadi kapten oleh pelatih kepala Akhyar Ilyas bukan hanya karena ia putra daerah dan sudah lama membela Persiraja. Muklis pada dasarnya memang sosok pemimpin.

Pemain-pemain muda Aceh maupun pemain luar Aceh yang datang menjadi pilar Persiraja disambutnya dengan cukup baik. Dirinya tak ragu membantu adaptasi pemain. Teranyar, Fiwi Dwipan, mantan pemain timnas U-17, juga mengaku begitu nyaman bergabung dengan Persiraja, karena suasana tim seperti keluarga.

***

Memperkuat Persiraja adalah keinginan Muklis Nakata sejak kecil. Setiap sore ia bermain sepakbola. Terkadang ia membolos, dengan bola di dalam tas sekolahnya. Tamat dari SMK 2 Banda Aceh, Nakata lantas tak melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Dirinya memilih pekerjaan yang ditawarkan sebuah bank daerah dengan garansi dapat terus bermain bola, juga membela Persiraja.

Pada Liga 2 yang dimulai pertengahan Maret 2018, Nakata masih berseragam Persiraja dengan ban kapten melingkar di lengan kirinya. Ini musim ketiganya sebagai kapten.

“Kami akan berjuang kembali, membawa Persiraja ke puncak kejayaan. Saat ini tim kita sudah sangat kompak di dalam maupun di luar lapangan, kita sangat menikmati suasana ini," ujarnya.

Ketangguhan dan fisik yang kuat membuat Muklis mengemban tugas baru sebagai gelandang pemutus serangan lawan, sebelum bola sampai ke garis pertahanan Persiraja. Sejauh ini ia tampil cukup baik, terbantu oleh pengalaman dan jam terbangnya yang lumayan.

Di usianya yang ke-29, peran sebagai pencetak gol tak lagi penting baginya. Bagi sosok yang tegas di dalam lapangan namun begitu menghibur di luar pertandingan, kemenangan tim adalah yang utama.


Penulis berprofesi sebagai jurnalis. Berdomisili di Kabupaten Aceh Besar. Berkicau lewat akun Twitter @ariful76 dan dapat dihubungi lewat alamat surel arfa.pro@gmail.com. Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing, dalam rangka Pesta Bola Indonesia 2018. Isi dan opini tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar