Kontrak Alexis Sanchez di Arsenal akan berakhir pada 30 Juni 2018. Karena belum ada tanda-tanda darinya untuk memperbarui kontrak, maka isu kepergiannya dari Arsenal semakin berembus pada bursa transfer musim dingin kali ini. Jika Sanchez tidak dijual sekarang, maka Arsenal akan kehilangan Sanchez tanpa kompensasi pada akhir musim nanti.
Awalnya Sanchez dikaitkan dengan Manchester City. Tapi belakangan, beredar kabar bahwa tetangga sekota mereka, Manchester United, juga tertarik mendatangkannya. Kedua kesebelasan konon sudah mengajukan biaya transfer untuk memboyongnya. Jika ini bukan isapan jempol belaka, maka menarik melihat kesebelasan mana yang nantinya dipilih Sanchez.
Pindah ke City ataupun United sama-sama akan memperbaiki karier Sanchez yang bisa dibilang mandek di Arsenal. Apalagi untuk saat ini, City dan United merupakan dua kesebelasan yang paling berpeluang menjuarai Liga Primer karena keduanya berada di dua teratas klasemen (walau City unggul jauh). Belum lagi City dan United masih berlaga di Liga Champions (sementara Arsenal di Liga Europa). Namun sepertinya ada beberapa pertimbangan yang akan membuat Sanchez hati-hati dalam memilih pelabuhan barunya.
Pertama, target trofi Liga Primer. Jika Sanchez ingin meninggalkan Arsenal karena mengincar trofi bergengsi yang mulai menjauh dari Arsenal, maka City berada dalam pilihan utama baginya. Di Liga Primer musim ini, City belum terkalahkan dan sedang unggul 15 poin dari United di posisi kedua. Liga Primer tinggal menyisakan 14 laga, ini artinya City sudah setengah jalan untuk mengakhiri musim di posisi puncak.
Kemampuan Sanchez jelas bisa menambah peluang atau mempercepat kepastian City meraih gelar juara liga. City juga saat ini masih berlaga di empat kompetisi, tak seperti United yang baru saja tersingkir di Piala Liga setelah kalah dari Bristol City di babak perempat final. Bersama City, penyerang berusia 29 tahun itu sangat berpeluang besar tidak mengakhiri musim dengan nirgelar.
Kedua, target trofi Liga Champions. City dan United sama-sama masih punya kans di Liga Champions. Jika ini yang Sanchez inginkan, faktor Jose Mourinho dan Pep Guardiola patut dilihatnya. Analisis saya, Mou akan unggul dalam hal ini. Keduanya memang sama-sama pernah menjuarai Liga Champions. Tapi patut diingat, Pep mendapatkannya hanya ketika melatih Barcelona. Berbeda dengan Mourinho yang menjuarainya bersama Porto dan Inter Milan.
Belum lagi United musim lalu menjuarai Liga Europa, dan itu menjadi cara United bisa ke Liga Champions musim ini (karena tidak lolos lewat jalur liga). Mou juga memperlihatkan kecerdikannya dalam mengejar trofi Liga Europa dengan mengorbankan Liga Primer. Orientasinya pada target utama berbuah manis setelah mengalahkan Ajax di final. Bisa jadi Mou saat ini sudah mulai merancang skema menjuarai Liga Champions setelah Liga Primer perlahan mulai menjauh dari genggamannya.
Ketiga, target pemain terbaik dunia. Jika Sanchez ingin menandingi Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, atau Neymar sebagai pemain terbaik dunia, hijrah ke Manchester United bisa jadi pilihan yang tepat untuknya. Di United ia akan menjadi pemain terbaik, mengingat kompetitor di lini depan United tak ada yang sekelas dirinya. Ia mungkin hanya akan bersaing dengan Paul Pogba untuk menjadi pemain terbaik United.
Bersambung ke halaman berikutnya
Halaman kedua
Situasi akan berbeda jika Sanchez hijrah ke City, di mana terdapat Sergio Aguero, Kevin De Bruyne, dan David Silva yang punya potensi merebut status bintang tim. Belum lagi jika Gabriel Jesus sembuh, bukan tak mungkin mantan penggawa Udinese ini akan menjadi `korban` rotasi Pep yang membuatnya tidak bisa selalu tampil seperti Messi, Ronaldo dan Neymar sehingga bisa terus memperlihatkan pengaruhnya pada tim yang mereka bela dan melayakkan mereka sebagai kandidat pemain terbaik dunia.
Keempat, target Arsenal mengejar United. Opsi ini ada di tangan Arsenal. Bagaimanapun, Arsenal punya hak ke kesebelasan mana mereka akan menjual Sanchez karena klub yang tertarik mendatangkannya akan terlebih dahulu mengajukan penawaran pada klub sebelum pada pemain.
Dari perspektif ini, City punya keunggulan. Karena jika Arsenal melepas Sanchez ke United, United akan semakin kuat dan menempel ketat City. Tapi jika dilepas ke City, United tetap akan berada dalam jangkauan Arsenal yang tak mau absen lagi di Liga Champions pada musim depan. Ini juga berarti Arsenal menyerah dalam perburuan liga. Saat ini Arsenal tertinggal delapan poin dari United, dan 23 poin dari City.
Kelima, skema paling cocok dengan gaya bermainnya. Alexis Sanchez di Arsenal saat ini kerap ditempatkan sebagai penyerang tengah, terlebih sebelum Alexander Lacazette datang. Walaupun begitu ia bisa ditempatkan sebagai penyerang sayap ataupun gelandang serang.
Di United, posisi penyerang tengah diisi oleh Romelu Lukaku dan Zlatan Ibrahimovic. Keduanya memang cedera, tapi untuk jangka panjang, bisa jadi ia akan lebih sering ditempatkan melebar karena Lukaku masih akan menjadi andalan tim setidaknya masih ada musim depan (tak seperti Ibra yang usianya semakin senja). Untuk pos penyerang sayap, Sanchez sudah pasti akan jadi pilihan utama di United.
Di City, Sanchez akan bersaing dengan Aguero dan Jesus untuk posisi penyerang tengah. Di sayap, City punya Raheem Sterling yang terus menunjukkan perkembangan signifikan bersama Pep. Masih ada juga Leroy Sane yang masih berusia muda namun prospeknya menjanjikan. Belum lagi Bernardo Silva yang masih meraba-raba permainan sepakbola Inggris.
Sekilas untuk perebutan posisi, United akan jadi pilihan yang tepat untuk Sanchez karena ia bisa jadi pemain bintang (kans bermain lebih banyak) seperti yang sudah disebutkan pada pertimbangan ketiga. Tapi untuk skema bermain, permainan City lebih cocok dengan Sanchez sebagai penyerang tengah.
Aguero dan Jesus punya postur tubuh yang tidak ideal sebagai striker, yang biasanya tinggi menjulang dan berbadan besar. Tapi hal tersebut disesuaikan dengan cara bermain City yang menekankan pada pressing, umpan kombinasi di kotak penalti lawan, dan kecepatan para pemain depannya dalam menerima umpan-umpan matang dari Silva-De Bruyne atau kedua full-back. Sanchez akan cocok dengan skema tersebut karena gaya bermainnya tak jauh berbeda dengan Aguero dan Jesus.
Gaya bermain Sanchez sebagai penyerang tengah tak sejalan dengan skema permainan United asuhan Mourinho. Lukaku dan Ibra merupakan pemain yang diandalkan kemampuan duel udaranya, mendorong garis pertahanan lawan, dan kekuatan me-lay up bola (pemantul). Belum lagi Marouane Fellaini kerap menjadi solusi kebuntuan United lewat handalnya sang pemain dalam duel udara. Sementara itu Sanchez bukan pemain yang kuat di udara, karena ia bertinggi "hanya" 169 cm, tak seperti Lukaku (191 cm) atau Ibra (195 cm).
Seperti yang dikatakan Pep, Sanchez sendiri lebih ideal ditempatkan sebagai penyerang tengah. Hal itu ia katakan karena keduanya pernah bekerja sama pada musim 2011/12 di Barcelona. Barcelona memang masih dilatih Pep saat mendatangkan Sanchez dari Udinese dengan mahar 26 juta euro.
"Dia masih sangat muda, dia bisa bermain di tiga posisi menyerang," ujar Pep di awal kedatangan Sanchez di Barcelona. "Dia punya intensitas tinggi, dia bisa menjadi pemecah kebuntuan, dan seperti yang sudah saya bilang, dia pemain yang sangat bagus."
Menilik komentar Pep tersebut, karakter Sanchez sangat cocok dengan City yang lebih mengandalkan pressing di garis pertahanan lawan ketimbang United yang memainkan pressing di garis pertahanan sendiri. Walau begitu, saat dilatih Pep di Barca, Sanchez tidak mendapatkan menit bermain yang banyak dan Pep pun mengakui bahwa Sanchez tidak berkembang setelah semusim dilatihnya, sebelum ia memutuskan untuk rehat dari kepelatihan.
"Dia [Sanchez] bermain bagus di Barcelona, tapi normalnya ketika Anda bermain dengan Lionel Messi, semua pemain yang berada di sekitarnya tidak berada di level yang sama dengannya," ujar Pep pada Sky Sports, akhir 2016 lalu. "Saya pikir Arsenal menempatkannya sebagai penyerang, di depan, sempurna untuknya. Di Barcelona mungkin saya tidak banyak membantunya karena ia ditempatkan melebar. Dia bisa bermain melebar, tapi dia memang lebih baik di antara garis pertahanan, lebih dekat dengan gawang."
Satu musim bersama Pep, Sanchez bermain sebanyak 41 kali. Jumlah tersebut kalah dari Messi (60 kali) dan Pedro Rodriguez (48 kali), tapi unggul dari David Villa (24 kali) yang mengalami cedera. Penyerang asal Cile tersebut melesakkan 15 gol dan 6 asis, dan 31 kali bermain sebagai starter. Ia baru cemerlang pada musim ketiga ketika Barca tak lagi dilatih Pep dengan mencetak 21 gol dari 54 laga, yang membuatnya direkrut Arsenal.
Sekarang pertanyaannya, apakah Sanchez masih percaya bahwa Pep bisa membantu kariernya lebih baik, tidak seperti di Barcelona? Secara prestasi tim mungkin iya karena City sangat menjanjikan. Tapi secara individual belum tentu, terlebih di City juga bukan tak mungkin ia akan dirotasi.
Pertanyaan selanjutnya, tapi apakah United juga bisa menjamin kesuksesan yang ia idamkan? Pesan saya untuk Sanchez, kalau masih bingung pilih City atau United, saya punya solusi lain: coba hubungi Florentino Perez.