Array
(
[article_data] => Array
(
[artikel_id] => 214430
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/214430/PFB/210702/belgia-vs-italia-duel-tim-dengan-rekor-terbaik-di-piala-eropa-2020
[judul] => Belgia vs Italia: Duel Tim dengan Rekor Terbaik di Piala Eropa 2020
[isi] => Perempat final Piala Eropa 2020 mempertemukan Belgia vs Italia di Fussbal Arena, Muenchen pada Sabtu (3/7/2021) dini hari WIB. Laga ini mempertemukan dua tim dengan tren performa paling impresif sejauh ini. Sejak pembukaan fase grup, Belgia dan Italia adalah dua tim yang bisa mempertahankan rekor 100%.
Belgia mengeliminasi Portugal di babak 16 Besar lalu. Gol semata wayang Thorgan Hazard memaksa juara bertahan Piala Eropa angkat koper. Sedangkan di pihak Italia, anak asuh Roberto Mancini mesti bekerja ekstra menyingkirkan Austria. David Alaba dan kawan-kawan menahan imbang Gli Azzurri hingga babak tambahan waktu.
Total, empat kemenangan beruntun telah diraih Belgia maupun Italia. Jika dihitung dengan hasil babak kualifikasi, rekor mereka lebih impresif lagi. Masing-masing tim juga menorehkan rekor 100% di kualifikasi Piala Eropa.
Tidak ada tim yang bisa memenangkan semua pertandingan Piala Eropa 2020, mulai kualifikasi hingga putaran final, kecuali Belgia dan Italia. The Red Devils menjadi penampil terbaik kualifikasi, mengemas 40 gol dan hanya kemasukan tiga. Torehan gol Italia lebih sedikit tiga angka dan kemasukan dua lebih banyak.
Mengingat tren performa masing-masing, kedua tim patut menyongsong perempat final dengan percaya diri. Mancini telah membawa Gli Azzurri ke level baru sejak menjabat pada 2018 silam. Sedangkan Roberto Martinez sukses memimpin anak asuhnya menempati ranking satu FIFA tiga tahun belakangan.
Ancaman Lukaku, Kontrol Verratti, dan Pembuktian Para Pembeda
Belgia mendapatkan kabar buruk jelang menghadapi Italia. Mereka terancam tidak diperkuat dua pemain kunci, Eden Hazard dan Kevin De Bruyne, setidaknya sejak menit pertama. Dua pemain ini menderita cedera di pertandingan lawan Portugal dan dipastikan tidak 100% fit untuk perempat final.
Martinez kemungkinan besar akan menurunkan 11 pertama tanpa Hazard dan De Bruyne. Yannick Carrasco dan Dries Mertens pun sepertinya akan dipasang sang pelatih di belakang Romelu Lukaku.
Sementara itu, di pihak Italia, Giorgio Chiellini dilaporkan telah pulih dan berpeluang kembali ke 11 utama. Bek Juventus itu dapat menggeser pos yang sebelumnya ditempati Francesco Acerbi. Selebihnya, Mancini diprediksi tetap mempertahankan line-up seperti ketika menghadapi Austria.
Kehilangan De Bruyne dan Hazard tentu kerugian besar bagi Belgia. Keduanya selalu menjadi starter dalam dua pertandingan terkini lawan Finlandia serta Portugal. De Bruyne menjadi pembeda ketika timnya buntu dan kesulitan menghadapi Denmark di pertandingan kedua fase grup.
Akan tetapi, The Red Devils membawa banyak talenta penyerang yang seharusnya bisa menambal peran dua pemain tersebut. Apalagi, Belgia masih diperkuat Romelu Lukaku, penyerang terbaik yang pernah memperkuat timnas.
Lukaku menyempurnakan permainannya di bawah Antonio Conte di Inter Milan. Striker berusia 28 tahun ini berperan krusial dalam kampanye Nerrazzurri mengkudeta dominasi Juventus. Pada akhir 2020/21, Lukaku dinobatkan sebagai pemain terbaik Serie A.
“Dua tahun di Italia telah membuatnya [Lukaku] berkembang. Kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan Antonio Conte telah membuatnya lebih kuat. Dia adalah tank, pencetak gol natural, dia tak pernah hilang dalam pertandingan,” tulis pelatih kawakan Italia, Claudio Ranieri di kolomnya untuk La Gazzetta dello Sport.
Di Piala Eropa 2020, penyerang Inter Milan itu telah mengemas tiga gol. Lukaku sendiri terbiasa menghadapi para pemain bertahan Italia di Serie A. Di Derbi Della Madoninna, ia telah mencetak empat gol dari empat laga ke gawang Gianluigi Donnarumma, kiper utama Gli Azzurri.
Lukaku dapat memberikan ancaman dengan berbagai cara. Selama membela Inter, ia terbiasa bermain membelakangi gawang dan menautkan permainan timnya secara brilian. Eks Chelsea ini juga bisa memecah organisasi lawan dengan pergerakan disruptifnya.
Sang pemain pun dapat menjadi outlet serangan balik mumpuni. Meskipun berpostur besar, ia memiliki kecepatan yang tak bisa diremehkan. Lukaku memadukan kemampuan fisik dan intelegensi yang membuatnya menjadi penyerang komplet papan atas.
Di Timnas Belgia, Lukaku sendiri cenderung bisa mempertahankan level performa. Eks penggawa Everton ini telah mencetak 46 gol dari 45 pertandingan terakhir di bawah asuhan Roberto Martinez.
Selain itu, dua gelandang serang yang menjadi tandem Lukaku pun mesti diwaspadai Italia. Kendati De Bruyne dan Hazard absen, dua gelandang serang Belgia dapat memberi masalah serius bagi Gli Azzurri. Secara posisional, dua pemain itu bisa merepotkan Jorginho yang sering dijadikan pivot tunggal.
Jika Mancini hendak memasang Marco Verratti, gelandang Paris Saint-Germain itu sepertinya harus rela bermain lebih defensif. Ini untuk menanggulangi Jorginho yang rawan dikepung dua gelandang serang, kemungkinan Carrasco serta Mertens.
Verratti sendiri amat berpengaruh di fase menyerang Italia dalam dua pertandingan terkini. Baru pulih saat Italia menghadapi Wales, eks Pescara tersebut rutin membuat peluang bagi para penyerang. Di Piala Eropa 2020, ia rata-rata membuat 5,29 umpan kunci dan 1,18 umpan yang masuk ke kotak penalti per pertandingan.
Memberi Verratti tanggung jawab defensif yang lebih dapat mengurangi kreativitasnya di sepertiga akhir. Namun, tiga penyerang Belgia wajib diwaspadai dan ruang antara lini tengah dan lini belakang mesti dijaga untuk membatasi daya serang lawan. Opsi lain bagi Mancini adalah menurunkan Manuel Locatelli yang terbiasa bermain lebih defensif di Sassuolo.
Di lain sisi, laga ini dapat menjadi ajang unjuk gigi para pembeda dari bangku cadangan. Di babak 16 Besar lalu, lolosnya Italia tak bisa dilepaskan dari peran pemain pengganti mereka. Mancini mengganti empat pemain di lini tengah dan lini serang pada waktu normal.
Dua pemain pengganti, Federico Chiesa dan Matteo Pessina mencetak gol kemenangan Italia atas Austria. Pessina dapat memberi masalah dengan late run cerdasnya ke kotak penalti. Gelandang Atalanta itu telah mencetak dua gol sepanjang turnamen.
Sementara itu, Chiesa dapat mengekspose lini pertahanan Belgia dengan kecepatannya. Memasukkannya di babak kedua, ketika energi bek veteran lawan (Toby Alderweireld dan Jan Vertonghen) telah terkuras, dapat menjadi strategi jitu Mancini.
Di pihak Belgia, para pemain non-starter juga berpeluang mendapatkan kesempatan. Absennya Hazard dan De Bruyne membuka peluang bagi Carrasco atau Mertens. Selain dua pemain ini, Leandro Trossard atau Jeremy Doku dapat mengisi posisi tersebut.
Doku memiliki kecepatan dan kelincahan yang bisa memicu disorganisasi pertahanan lawan. Winger Stade Rennais ini juga cakap mengatasi adangan bek. Di Ligue 1 2020/21, ia mencatatkan rata-rata 5,91 dribel per pertandingan dengan persentase kesuksesan 59,1%. Hanya ada tiga orang dengan menit bermain reguler yang mencatatkan rata-rata dribel lebih tinggi di Ligue 1.
Reuni Martinez vs Mancini
Perempat final Piala Eropa 2020 kembali mempertemukan Roberto Martinez vs Roberto Mancini. Dua pelatih ini sudah delapan tahun tidak beradu taktik. Mereka sempat bersaing di Premier League. Waktu itu, Mancini melatih Manchester City sedangkan Martinez mengasuh Wigan Athletic.
The Cityzens hampir selalu tampil superior atas Wigan. Di ajang liga, Mancini selalu mengalahkan The Latics asuhan Martinez. Namun, di pertemuan terakhir, Martinez berhasil menorehkan kejutan dengan mengalahkan Man City. Laga yang dimenanginya pun amat prestisius, yakni final Piala FA.
Pelatih asal Spanyol itu memimpin Gary Caldwell dan kawan-kawan membungkam Man City yang berstatus runner-up liga. Gelar yang diberikan Martinez itu adalah satu-satunya trofi mayor yang pernah diraih Wigan Athletic.
Selama melatih Wigan, Martinez bermodalkan skuad yang lebih inferior dibanding Mancini. Kali ini, ceritanya berbeda. Ia membawa skuad berpengalaman dengan kualitas individual yang mumpuni. Bersama Timnas Belgia, sang pelatih meraih 23 kemenangan dari 27 laga terkini.
Di lain sisi, Gli Azzurri bermodal tren 31 pertandingan tanpa kekalahan. Mereka terakhir kali kalah lawan Portugal pada September 2018 lalu. Kini, anak asuh Mancini mesti menghadapi tim nomor satu FIFA sekaligus tim yang mengeliminasi Portugal.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/FEATURE-IMAGE-BELITA.jpg
[tanggal] => 02 Jul 2021
[counter] => 2.033
[penulis] => Ikhsan Abdul Hakim
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/Ikhsan
[penulis_desc] =>
[penulis_initial] =>
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => analisa-pertandingan
[kategori_url] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
[user_url] =>
[user_fburl] =>
[user_twitterurl] =>
[user_googleurl] =>
[user_instagramurl] =>
)
[tags] => Array
(
[0] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 214430
[tag_id] => 64
[tag_name] => Roberto Mancini
[tag_slug] => roberto-mancini
[status_tag] =>
[hitung] => 39
)
[1] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 214430
[tag_id] => 150
[tag_name] => Italia
[tag_slug] => italia
[status_tag] =>
[hitung] => 253
)
[2] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 214430
[tag_id] => 304
[tag_name] => belgia
[tag_slug] => belgia
[status_tag] =>
[hitung] => 23
)
[3] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 214430
[tag_id] => 939
[tag_name] => Roberto Martinez
[tag_slug] => roberto-martinez
[status_tag] =>
[hitung] => 9
)
[4] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 214430
[tag_id] => 1015
[tag_name] => Piala Eropa
[tag_slug] => piala-eropa
[status_tag] =>
[hitung] => 25
)
[5] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 214430
[tag_id] => 1095
[tag_name] => Romelu Lukaku
[tag_slug] => romelu-lukaku
[status_tag] =>
[hitung] => 16
)
[6] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 214430
[tag_id] => 7574
[tag_name] => Piala Eropa 2020
[tag_slug] => piala-eropa-2020
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
[7] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 214430
[tag_id] => 4503
[tag_name] => Marco Verratti
[tag_slug] => marco-verratti
[status_tag] =>
[hitung] => 5
)
)
[related_post] => Array
(
[0] => Array
(
[artikel_id] => 972
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/972/PFB/130925/post-match-analysis-malaysia-u-23-0-2-central-coast-mariners
[judul] => Post-Match Analysis: Malaysia U-23 0-2 Central Coast Mariners
[isi] => In the second match-day of Menpora Cup Group A, Central Coast Mariners firmly put their foot in the road to final after their victory against Malaysia U-23. Mariners’ two goals were scored by their strikers, Matthew Simon and Mitchell Duke. Meanwhile, Malaysia was unable to play their maximum ability and hardly penetrate Mariners defensive line, to put the ball in the back of the net.
Graham Arnold, Mariners’ coach, changed his starting line-up from the game against Sriwijaya by playing 7 different players altogether. And it instantly changed Mariner’s style of play. At the first match, Mariners used both of their wingers to break the Sriwijaya’s defensive organization, and it was obvious that their lateral players were the fulcrum of the attack. But yesterday, Mariners often play direct passes through the middle of the pitch.
Malaysia themselves couldn’t impose their style on the game. Two Malaysian wingers, Saarvindran and Ibrahim Syahrul, who become Mariner’s main threat against Persib, were also ineffective and couldn’t do much to help Malaysia’s attack. Furthermore, Ibrahim Syahrul was substituted in beginning of the second half.
McGlinchey – Fitzgerald as Chances Creator
One of Mariners’ strengths in this game was their two midfielders: Michael McGlinchey and Nick Fitzgerald. Repeatedly both of them took turns to help Mariner’s attack with their through-pass. This is the kind of play that was absent at the first match, since they always spread the passes whenever they entered the final third of the pitch.
Fitzgerald especially keep on barging the penalty box to try to put the ball in the net. Whilst McGlinchey played deeper to send the through-ball.
(1) McGlinchey Send The Throughball for Matthew Simon
(2) Fitzgerald barge the penalty box to receive passes from Matthew Simon
This strategy was effective. Within the first 15 minutes, golden chances were created by Mariners. Initially, Nick Fitzgerald played through a ball for Simon, but Izham Tarmizi was quick off his line to collect the ball. Minutes later, Mitchell Duke darted down the byline before flicking a cross into the box. Fitzgerald made contact with it but his header unfortunately rattled against the bar.
In the second half, Fitzgerald was also able to cut through Malaysia’s defensive line and entered the penalty box to test Izham Tarmizi.
Unfortunately, Mariners ability to retain possession and to dominate the match was not completed by their ability to use the chances effectively. From 5 chances that were created within the first half, only three find the target, and 1 become goal.
To Use Height
The difference in height has vastly become a tiresome cliche that used to analyze a football match. But, yesterday, Mariners showed us how to cleverly use their strength in the air. To their merit, they didn't do it by using long-ball all the time, but with using short-crosses in front of the net.
Using their aerial ability, Mariners were able to threaten Izham’s net three times. One of it become goal, one hit the bar, and one was off target.
Mariners’ High Defensive Line
Being able to dominate the game and possession gave Mariners the chances to use a really high defensive line. They even only left two players at the back that was their two center backs, Zac Anderson and Hayden Morton. It is as if their keeper, Liam Reddy, played as the third defender, or sweeper. In the first half, Reddy already come out 4 times from the penalty box to collect the ball.
Mariners High Defensive Line – Only Two Centerbacks Leaved at The Back
This strategy of using a high-defensive line was helped by the presence of John Hutchinson. Often spotted helping Mariner’s defense in their own half, his role helped other Mariners midfielders to move forward in an attacking scheme using a 2-3-2-3 formation. Playing with such composure, Hutchinson himself read the game well and often break Malaysia’s counter attack.
Saiful’s passes for Malaysia’s attacking line, which was the main source of Malaysia’s threat, was often intercepted in the middle of the pitch. It’s no wonder that within the first 30 minutes, not once did Malaysia created an attempt. The very first time Harimau Muda entered the last third of the pitch come was the effect of their forward act, when they intercept Mariners’ center-back’s pass.
The rest of the time, Mariners was able to anticipate the long-pass sent by Malaysia’s defenders to their forwards.
The Death of Malaysia’s Wing-Play
Besides Malaysia’s inability to match Mariners midfielders, one of the reason of the lack of threat from Harimau Muda was because their wing-play didn't play as lively as the first game.
When they face Persib, both of Malaysia wingers repeatedly moved inside to the middle of the pitch and added numbers of players in midfield. This strategy was not seen against Mariners. Both of Saarvindran and Ibrahim Syahrul often waited for passess, near the side-line in the final third of the pitch.
In the first 45 minutes, Malaysia gave Syahrul more passes than Saarvindran, hence the use of the right-side for the majority of the game. Syahrul then used his pace to cut through Mariners defensive line. It was noted that Syahrul once, after dribbling the ball to the end of the pitch, send a short crosses that become the golden chances for Malaysia to score. But Mr. Ong then substituted by Mohd. Ridzuman Abduloh in the second half.
The Rise of Mitchell Duke
In our match preview, we mentioned Mitchell Duke’s name for several times, for his good form in these past times. Furthermore, Duke has completed a week-training with West Ham United players. Unfortunately, against Sriwijaya, the player that was often used as a right forward in a 4-2-3-4 scheme didn't gave performance that we could rave about.
But that was not the case against Harimau Muda. In this game, Duke’s record looks like this: one goal with a measured shot directed to the bottom corner of the net, one key-passes for Simon’s goal, and he was central in almost Mariners’s attacking scheme. As a right-forward, Duke was often cutting into the inside of the penalty box and he was also became the bridge between Fitzgerald-McGlinchey and Matthew Simon.
Duke’s movement was also important in the creation of Mariners’ first goal. Moving to the left side area of the pitch, Duke sent a high diagonal cross to the penalty box. Fitzgerald than send Duke’s ball to Simon by flicking it with his head.
Meanwhile in the second goal, Duke has the ability to spot the open spaces left by Malaysia’s center back, and quickly shot the ball whilst Izham Tarmizi was not ready.
If Graham Arnold’s purpose to the enter the tournament is to create bond between the new players with the old one, then we dare to say that it will happened first with the attacking line. It could be said that both Matthew Simon and Mitchell Duke has begin to understand each role and movement. Simon will play as target-man, whilst Duke become the second striker who will actively find spaces and send that killer pass.
But, in Mitchell Duke, Arnold got a complete player who could also play the role of a lone striker. It was seen when Simon was substitute at minute 75. For several times Duke successfully received through-passes from the midfield and convert them in to attempts. One of it became Mariners’ second goal.
Duke himself has a different style from Simon. He’s effective when given a through-pass and spaces, for which he could use his acceleration to get through the opponent defenders. Whilst Simon is a forward who could play in small spaces in the penalty box. With one or two touches, Simon usually shot the passes he received, without much dribbles.
The Complete Chalkboards
Attempts CCM and Malaysia U-23 within the first 45”
Attempts CCM and Malaysia U-23 within the second 45”
Mariners Defensive Indicator Within the First 45”
Mariners Defensive Indicator Within the Second 45”
Malaysia Defensive Indicator Within the First 45”
Malaysia Defensive Indicator Within the Second 45”
Mariners Passes in Final Third Within the First 45”
Mariners Passes in Final Third Within the First 45”
[gambar] => http://www.panditfootball.com/wp-content/uploads/2013/09/Defence-MAL-def-2nd.png
[tanggal] => 25 Sep 2013
[counter] => 1.899
[penulis] => PanditFootball
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball
[penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com
[penulis_initial] => PND
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
)
[1] => Array
(
[artikel_id] => 13892
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/13892/PFB/140430/match-analysis-bayern-munich-0-4-real-madrid
[judul] => [Match Analysis] Bayern Munich 0-4 Real Madrid
[isi] =>
Perubahan Taktik Pep dan Kesalahan Mendasar Bayern dalam Bertahan
Saya menyukai penguasaan bola. Alasan mengapa kita (Bayern Munich) kalah malam ini adalah karena kita tidak mendapatkan penguasaan bola," ujar Pep Guardiola, sang arsitek Bayern Munich, setelah timnya kalah telak 0-4 dari Real Madrid di leg kedua semifinal Liga Champions, dan sang juara bertahan tersingkir.
Pendapat Pep itu, hingga batas tertentu, ada benarnya. Pada babak pertama, seolah menyerah pada kritik yang bertubi-tubi datang, Pep mengubah gaya permainan anak-anak asuhnya. Ia meninggalkan ball possession dan memaksa Bayern bermain dengan umpan-umpan vertikal secara cepat.
Bahkan, pada 10 menit pertama seluruh pemain Bayern nyaris tak pernah berlama-lama menguasai bola. Kecuali Arjen Robben dan Franck Ribery, seluruh pemain Bayern hampir tidak pernah memegang bola lebih dari 3 sentuhan.
Tapi sayang, perubahan gaya bermain tersebut tak dibarengi dengan perbaikan koordinasi lini pertahanan mereka, khususnya dalam antisipasi bola mati.
Dalam waktu 45 menit saja Real Madrid sudah menjebol gawang Manuel Neuer tiga kali, yang dua di antaranya dari bola mati. Ya, Pep bisa saja menyatakan bagaimana para kritikus salah tentang pentingnyaball possession. Tapi nyatanya Bayern kalah karena kesalahan-kesalahan mendasar dalam bertahan.
Kondisi berbeda terjadi pada Real Madrid. Mereka datang tanpa beban, meski sang lawan pasti akan bermain kesetanan untuk mengejar defisit gol.
Namun, kondisi tersebut tak membuat Carlo Ancelotti gugup. Don Carlo menginstruksikan anak didiknya untuk tetap disiplin menjaga pertahanan, dan sesekali menyerang lewat serangan balik, persis seperti yang dilakukan pada pertemuan pertama. Hanya saja ia kini memiliki amunisi lebih tajam karena Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale sudah pulih total.
Terbukti, pilihan taktik pelatih asal Italia ini berhasil membuat Bayern malu bukan kepalang di depan pendukungnya sendiri.
Demi menjawab kritik, Pep Guardiola mengubah gaya bermainnya. Sejak awal ia menginstruksikan anak didiknya untuk tak berlama-lama dengan bola. Namun, perubahan gaya permainan tersebut tak dibarengi dengan adanya perbaikan koordinasi lini belakang.
Sama halnya dengan pertemuan pertama, Ancelotti menginstruksikan anak asuhnya untuk tetap disiplin menjaga posnya masing-masing. Mereka sengaja membiarkan pemain-pemain Bayern mengusai bola. Layaknya pertemuan pertama, serangan balik yang cepat tetap menjadi andalan.
Namun, dengan taktik yang nyaris sama dengan pertemuan pertama ini, Ancelotti justru mampu menundukkan Bayern 4-0 di kandangnya sendiri. Tak hanya itu, Don Carlo pun sukses mengantarkan Real Madrid ke final setelah 12 tahun lamanya Los Galacticos tak pernah mencicipi aroma partai puncak Liga Champions.
Analisa selengkapnya klik disini
[gambar] => http://www.panditfootball.com/wp-content/uploads/2014/04/bayernelreal.jpg
[tanggal] => 30 Apr 2014
[counter] => 3.959
[penulis] => redaksi
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/redaksi
[penulis_desc] => contact: redaksi[at]panditfootball.com
[penulis_initial] => RDK
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
)
)
[prev_post] => Array
(
[artikel_id] => 214429
[slug] => https://panditfootball.com/article/show/cerita/214429/PFB/210702/dua-chiesa
[judul] => Piala Eropa: Dua Chiesa, Satu Cerita
[isi] => Tak seperti ketika melalui fase grup, Italia cukup kesulitan di partai 16 Besar lawan Austria. Anak asuh Roberto Mancini direpotkan oleh permainan solid dan pressing agresif tim lawan. Skuad besutan Franco Foda bahkan sempat unggul via Marko Arnautovic, tetapi dianulir karena offside.
Mancini pun mesti melakukan dua kali pergantian untuk menjaga intensitas permainan anak asuhnya. Matteo Pessina dan Manuel Locatelli dimasukkan. Kemudian, Federico Chiesa serta Andrea Belotti diturunkan untuk menjaga kebugaran lini serang.
Skor kacamata membuat pertandingan dilanjutkan ke babak tambahan waktu. Di babak pertama tambahan, Gli Azzurri baru bisa mengoyak gawang Daniel Bachmann. Menerima bola di sisi kanan kotak penalti, Chiesa mengontrol bola dengan tenang dan mengirim sepakan setengah-voli ke sudut gawang. Pessina kemudian menggandakan keunggulan Italia. Austria sempat membalas via Sasa Kalajdzic. Namun, skor 2-1 bertahan hingga bubaran dan Italia lolos ke perempat final.
Chiesa mencetak gol pertamanya bagi Timnas Italia di turnamen besar. Sejauh ini, ia telah mengemas dua gol dari 29 penampilan bersama Gli Azzurri. Ia selalu bermain dalam empat pertandingan Piala Eropa 2020, tiga kali sebagai pengganti. Dalam laga kontra Wales, Minggu (20/6/2021), satu-satunya pertandingan di mana sang pemain menjadi starter, Chiesa tampil apik dan diganjar penghargaan man of the match.
Musim impresif bersama Juventus membuatnya memenangkan tempat di skuad Italia. Meskipun belum menjadi pilihan utama, Chiesa dapat menjadi opsi pembeda bagi Mancini.
Eks Fiorentina ini mendapatkan debut timnas pada Maret 2018. Chiesa sempat rutin masuk 11 utama ketika Italia melakoni edisi perdana UEFA Nations League. Setelah itu, setahun belakangan, ia lebih sering menjadi pelapis Federico Bernadeschi kemudian Domenico Berardi.
Chiesa selalu cemerlang dalam empat musim terkini di Serie A dan banyak yang menjagokannya masuk 11 utama. Namun, fakta bahwa ia tak menjadi starter di Piala Eropa sama sekali tak mengganggunya. Ia lapang dada menerima peran sebagai supersub.
“Pelatih memilih 11 dari kami, tetapi seperti yang saya katakan pada masa lalu, kami adalah 26 pemain pilihan dan malam ini kami menunjukkannya. Inilah mengapa pelatih meminta para pemain di bangku cadangan untuk mengikuti pertandingan secara cermat: untuk masuk dan membuat perbedaan,” kata Chiesa usai pertandingan kontra Austria.
Golnya ke gawang Austria pun menjadi rekor tersendiri. Sepanjang sejarah Piala Eropa, belum ada ayah dan anak yang mencetak gol di putaran final. Sebelumnya, sang ayah, Enrico Chiesa mencetak gol bagi Italia di Piala Eropa 1996.
Federico berada dalam jalur yang benar untuk mengikuti jejak ayahnya. Enrico adalah salah satu bintang Serie A saat kompetisi ini berjaya pada 1990-an.
Pantang Lena oleh Privilese
Federico Chiesa lahir di Genoa pada 25 Oktober 1997. Saat itu, Enrico sedang membela Parma. Federico kemudian tumbuh besar di Florence, bermain sepakbola untuk Settignanese sebelum masuk ke akademi Fiorentina.
Mewarisi gen pesepakbola terkenal, mudah untuk berasumsi bahwa Chiesa menempuh jalan perkembangan yang lapang dan lurus saja. Ia dibesarkan di keluarga yang, mengutip kata-katanya sendiri, “bernapaskan sepakbola” dan suportif dalam pilihan kariernya. Namun, nama keluarga bukanlah alasan utama dari kesuksesannya menjajaki karier profesional. Faktanya, Chiesa sempat sulit berkembang di level akademi.
Enrico tahu betul bahwa sepakbola adalah pilihan karier yang rawan. Demi masa depan, edukasi sang anak pun mesti dijamin betul-betul. Keluarga memasukkan Chiesa ke sekolah bereputasi mentereng, International School of Florence, di mana pelajaran disampaikan dalam bahasa Inggris. Ini menjelaskan mengapa Chiesa begitu fasih meladeni wawancara berbahasa Inggris. Seandainya gagal di sepakbola, ia mengaku tertarik menjadi fisikawan.
Perkembangan Chiesa di akademi pada mulanya berjalan lambat. Secara teknis, ia tertinggal dari rekan-rekan seusia. Pertumbuhan fisiknya pun tak sepesat rekan sepantaran. Karena gagal bersaing di kelompok usia yang sama, Chiesa sempat diturunkan ke kelompok usia yang satu tahun lebih muda.
“Saya hanya bermain sekali [di Allievi, U16-17], dan bahkan dari awal mereka sering mengirim saya bersama [skuad kelahiran] ’98, yang lebih muda,” kata Chiesa kepada l’Ultimo Uomo.
Kiprah Chiesa mulai menemui titik terang ketika ia diasuh pelatih Federico Guidi dan ditempatkan di posisi yang lebih sesuai. Tadinya, ia sering dipasang sebagai penyerang tengah di formasi 4-4-2. Sang pemain kemudian diakomodasi oleh Guidi yang menerapkan 4-2-3-1, memasang Chiesa sebagai winger.
Federico Chiesa berkembang cepat sebagai winger. Ia mulai rutin diturunkan di tim Primavera (U-19). Tak seperti ayahnya yang merupakan penyerang tengah mumpuni, karakter permainan Federico lebih sesuai di posisi sayap.
Pemain yang kini berusia 23 tahun itu membela tim Primavera hingga 2016. Pada Agustus 2016, pelatih Paulo Sousa memberinya debut senior ketika Fiorentina menghadapi Juventus di ajang Serie A.
Chiesa segera mencuri perhatian bersama La Viola. Sering diturunkan di sayap kanan, ia mengemas 34 gol dan 25 asis selama tiga musim membela Fiorentina. Pada Juli 2020, ia mencetak hat-trick ke gawang Bologna, 17 tahun setelah Enrico mencetak trigol terakhirnya di Serie A bersama AC Siena.
Penampilan impresif bersama Fiorentina membuat Juventus meminjamnya sejak 2020/21 dengan opsi pembelian. Federico mendapatkan sesuatu yang tak didapatkan Enrico dulu, yakni bermain untuk klub besar yang konsisten bersaing mengejar trofi.
Enrico memang menjalani karier gemilang. Namun, tidak bermain untuk “klub besar” adalah satu dari segelintir penyesalannya.
“Saya selalu dekat untuk itu [masuk klub besar]. Simoni [pelatih Inter Milan, 1997-98], menginginkan saya ke Inter. Juve dan Milan meminati saya, tetapi tidak ada yang pernah terealisasi. Saya mungkin bisa berbuat lebih [sebagai pemain],” kata Enrico Chiesa sebagaimana dilansir These Football Times.
Cerita tentang Enrico lebih mirip petualangan yang tak membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Ia memang dikenang sebagai striker hebat, meraih trofi kontinental bersama Parma dan Sampdoria. Ia merupakan tandem maut Hernan Crespo di Parma, menjadi suksesor Gabriel Batistuta di Fiorentina, serta tampil dalam lebih dari 300 pertandingan Serie A.
Akan tetapi, titel Serie A dan Capocanonniere (top skor Liga Italia) selalu lepas dari genggaman Enrico. Ia bermain untuk Teramo ketika Sampdoria juara liga pada 1990/91, kemudian harus puas di posisi runner-up bersama Parma pada 1996/97. Ketika ia mencetak 22 gol pada 1995/96, Giuseppe Signori dan Igor Protti mencetak dua lebih banyak. Saat ia kembali mengemas 22 gol pada 2000/01, Hernan Crespo mencetak empat lebih banyak.
Di Italia, Enrico Chiesa seolah ditakdirkan untuk tak pernah mencapai tempat teratas. Di tim nasional pun demikian. Ia hanya sempat membela Gli Azzurri dalam dua turnamen akbar, yakni Piala Eropa 1996 dan Piala Dunia 1998. Enrico total mengemas 22 caps dan mencetak tujuh gol. Jumlah penampilannya di tim nasional sudah dilampaui sang anak.
Kini, apa-apa yang belum dicapai Enrico berpeluang ditorehkan anaknya. Mereka memang bermain di posisi berbeda dan menorehkan trek karier berbeda. Federico masih bisa meraih medali Scudetto yang belum ada di lemari trofi keluarga Chiesa.
Karier Federico masih panjang dan Enrico tentu akan mendukungnya dengan penuh kebanggaan. Untuk sekarang, Federico masih fokus membantu kiprah Italia di Piala Eropa 2020; bersama Roberto Mancini, sosok yang pernah bermain bersama Enrico dan sempat melatihnya di Fiorentina serta Lazio dulu.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/FEATURE-IMAGE-duochiesa.jpg
[tanggal] => 02 Jul 2021
[counter] => 8.058
[penulis] => Ikhsan Abdul Hakim
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/Ikhsan
[penulis_desc] =>
[penulis_initial] =>
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
)
[next_post] => Array
(
[artikel_id] => 214431
[slug] => https://panditfootball.com/article/show/analisa-pertandingan/214431/PFB/210703/ukraina-vs-inggris-menanti-siasat-sheva-lawan-pertahanan-terbaik
[judul] => Ukraina vs Inggris: Menanti Siasat Sheva Lawan Pertahanan Terbaik
[isi] => Perempat final Piala Eropa 2020 mempertemukan Ukraina vs Inggris di Stadio Olimpico, Roma pada Minggu (4/7/2021) dini hari WIB. Skuad asuhan Andriy Shevchenko, yang berstatus kuda hitam, mengincar partisipasi semifinal pertama sepanjang sejarah.
Ukraina sendiri belum pernah mengalahkan The Three Lions sejak 2009. Dari tujuh pertandingan Ukraina vs Inggris, negara pecahan Uni Soviet ini baru menang sekali. Namun, telah banyak yang berubah sejak terakhir kali kedua tim bertemu. Mereka terakhir bertanding pada 2013, jauh sebelum Shevchenko dan Gareth Southgate melatih.
Sebelum putaran final, Ukraina adalah salah satu dari lima tim yang berhasil merampungkan kualifikasi tanpa menelan kekalahan. Oleksandr Zinchenko dan kawan-kawan menjuarai Grup B dengan catatan enam menang dan dua imbang. Mereka mengungguli Portugal yang finis di pos runner-up.
Akan tetapi, kiprah Ukraina di fase grup justru terkesan antiklimaks. Setelah tampil berani lawan Belanda, Zhovto-Blakytni menang tipis atas Makedonia Utara. Laga itu berakhir menggelisahkan bagi Ukraina usai Ruslan Malinovskiy gagal mengeksekusi penalti dan tim lawan terus menekan.
Di partai terakhir fase grup, anak asuh Shevchenko tak mampu berbuat banyak lawan Austria. Mereka kalah 0-1 dan hanya membuat lima tembakan sepanjang pertandingan. Untungnya, hasil akhir Grup B dan Grup E bisa membuat mereka bernapas lega. Finlandia dan Slovakia finis dengan selisih gol lebih buruk; sehingga, Ukraina berhak lolos sebagai peringkat tiga terbaik yang “terburuk”.
Oleksandr Zinchenko dan kawan-kawan kembali menunjukkan tajinya di babak 16 Besar. Menghadapi Swedia yang tampil solid sepanjang fase grup, Ukraina menang 2-1 via babak tambahan waktu.
Di perempat final, Ukraina kembali harus menghadapi tim dengan pertahanan solid. The Three Lions merupakan tim dengan rekor pertahanan terbaik di Piala Eropa 2020 sejauh ini. Mereka belum pernah kebobolan di putaran final.
Inggris Selalu Nirbobol
Skuad asuhan Gareth Southgate selalu mempertahankan nirbobol dari empat pertandingan yang dilakoni. Pertahanan solid ini menjadi modal mereka untuk lolos ke perempat final. Inggris bisa menjuarai Grup D meskipun hanya mencetak dua gol.
Di babak 16 Besar, Harry Maguire dan kawan-kawan berhasil menetralisasi serangan Timnas Jerman. Die Mannschaft, mencetak enam gol di fase grup, empat di antaranya lawan Portugal, gagal menjebol gawang Jordan Pickford.
Inggris sukses mengunci gelandang Jerman dan wing-back yang menjadi andalan konstruksi serangan lawan. Dalam laga itu, anak asuh Joachim Loew hanya mencatatkan 113 sentuhan di sepertiga akhir, setengah dari rata-rata sentuhan Jerman di fase grup, serta 20 sentuhan di kotak penalti, juga di bawah rata-rata.
Sejauh ini, The Three Lions tampil apik merusak rencana lawan. Mereka bermain reaktif dengan hasil yang efektif. Kecakapan Inggris mengantisipasi taktik adalah alasan utama keberhasilan mereka ke perempat final.
Permainan responsif Southgate berpeluang menyulitkan Shevchenko. Namun, legenda AC Milan itu juga cakap merespons situasi. Sebagaimana ditunjukkan dalam laga kontra Swedia, Ukraina bisa tampil adaptif.
3-4-3 vs 3-5-2?
Andriy Shevchenko memainkan pola tiga bek ketika membungkam Swedia. Sebelumnya, Zhovto-Blakytni selalu tampil dengan 4-3-3 saat fase grup. Sang pelatih berupaya mengatasi blok rapat Swedia dengan bermain lebih melebar.
Oleksandr Zinchenko dipasang sebagai wing-back kiri setelah sebelumnya selalu bermain di lini tengah. Mykola Matvienko dijadikan bek tengah; Oleksandr Karavayev menjadi wing-back kanan. Di lini depan, Andriy Yarmolenko dijadikan tandem Roman Yaremchuk.
Yarmolenko cenderung bermain melebar kendati di atas kertas dijadikan striker tengah. Bekerja sama dengan Karavayev yang sering overlap, penyerang West Ham ini menebar ancaman dari sisi kanan. Ketika menghadapi Swedia, Yarmolenko menyumbang satu asis untuk gol pertama yang dicetak Zinchenko.
Sementara itu, Zinchenko juga menjadi outlet serangan yang mumpuni dari sayap kiri. Ketika menjadi gelandang, pemain Manchester City ini lebih terlibat dalam konstruksi serangan dari sepertiga pertahanan atau lini tengah. Namun, dari sayap, sang pemain lebih ofensif di sepertiga akhir lawan.
Sepanjang fase grup, ia mencatatkan 59 sentuhan di sepertiga akhir lawan. Ketika menghadapi Swedia, Zinchenko 51 kali menyentuh bola di sepertiga akhir. Pemain berusia 24 tahun ini pun efektif bagi lini serang, mencetak satu gol dan membidani asis yang berbuah gol pemungkas Artem Dovbyk.
Apabila Shevchenko kembali menurunkan pakem tiga bek, serangan sayap mereka dapat melukai Inggris. Sebaliknya, Southgate juga berpeluang kembali memasang formasi tiga bek yang membawa mereka menang atas Jerman.
Pembuktian Yarmolenko dan Set Piece Inggris
Andriy Yarmolenko tak menikmati musim yang cukup baik bersama West Ham United pada 2020/21. Anak asuh David Moyes memang berhasil lolos ke Europa League, tetapi striker Ukraina ini tidak berperan banyak. Eks Dynamo Kyiv ini hanya bermain 15 kali (sekali sebagai starter) di Liga Inggris musim lalu.
Sejak mengadu nasib ke luar negeri, Yarmolenko gagal mereplikasi performanya di Liga Ukraina. Ia mampu tampil prolifik bersama Dynamo Kyiv. Namun, di Borussia Dortmund atau West Ham, sang pemain cenderung gagal menjawab ekspektasi.
Di Piala Eropa 2020, ia menunjukkan kontribusi vital yang tidak ditampilkannya di level klub. Yarmolenko merupakan pemain dengan keterlibatan gol secara langsung tertinggi di Timnas Ukraina. Ia mencetak dua gol dan dua asis dari empat pertandingan.
Dari sayap kanan, Yarmolenko berpeluang menjadi antagonis bagi lini pertahanan The Three Lions. Striker berusia 31 tahun ini bisa menusuk ke dalam dan menembak atau, seperti yang ditunjukkannya di laga kontra Swedia, mengirim umpan matang bagi rekannya.
Di lain sisi, Inggris juga memiliki penyerang sayap yang menjadi andalan di lini serang, Raheem Sterling. Penyerang Manchester City ini mencetak tiga dari empat gol The Three Lions di Piala Eropa.
Apabila beroperasi di sayap kiri, Sterling dapat membuat kombinasi berbahaya dengan Luke Shaw. Bek Manchester United tersebut reliabel dalam mendukung serangan. Sejauh ini, Shaw rata-rata membuat 1,33 umpan kunci dan 2,0 aksi berbuah tembakan per pertandingan; cukup tinggi jika mengingat Inggris hanya membuat tujuh tembakan per pertandingan, terendah ketiga di Piala Eropa.
Selain itu, anak asuh Southgate juga mengandalkan situasi bola mati untuk membuat peluang. Sejak Piala Dunia 2018, Inggris memang menaruh perhatian serius tehadap set piece. Melansir Whoscored, di Piala Eropa 2020, sembilan dari 27 tembakan Inggris (sepertiga dari total) berasal dari situasi bola mati.
Hanya saja, skema set piece Inggris sejauh ini belum membuahkan gol. Southgate tentu berharap strategi bola matinya lebih efektif di pertandingan kali ini.
Mengingat kiprah Ukraina sebelum perempat final, normal saja untuk melabeli mereka sebagai kuda hitam. Pertahanan Inggris sulit ditembus. Namun, sebagaimana ditunjukkan dalam laga kontra Swedia, performa buruk Ukraina di fase grup bukanlah tanda penurunan kualitas.
“Mereka [Inggris] sangat sulit dijebol tetapi kekuatan mereka tidaklah menakuti kami. Itu akan memotivasi kami karena semuanya mungkin di sepakbola sebagaimana dalam kehidupan,” kata Shevchenko sebelum pertandingan.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/FEATURE-IMAGE-UKRENG.jpg
[tanggal] => 03 Jul 2021
[counter] => 2.410
[penulis] => Ikhsan Abdul Hakim
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/Ikhsan
[penulis_desc] =>
[penulis_initial] =>
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
)
[categories] => Array
(
[0] => Array
(
[kategori_id] => 18
[kategori_name] => Editorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial
[status] => 1
[counter] => 203
)
[1] => Array
(
[kategori_id] => 4969
[kategori_name] => Advetorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial
[status] => 1
[counter] => 46
)
[2] => Array
(
[kategori_id] => 6729
[kategori_name] => tentang
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang
[status] => 1
[counter] => 0
)
[3] => Array
(
[kategori_id] => 334
[kategori_name] => Sains
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola
[status] => 1
[counter] => 183
)
[4] => Array
(
[kategori_id] => 454
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
[status] => 1
[counter] => 613
)
[5] => Array
(
[kategori_id] => 6719
[kategori_name] => Terbaru
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru
[status] => 1
[counter] => 0
)
[6] => Array
(
[kategori_id] => 599
[kategori_name] => Berita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita
[status] => 1
[counter] => 3271
)
[7] => Array
(
[kategori_id] => 151
[kategori_name] => Fantasy Premier League
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture
[status] => 1
[counter] => 930
)
[8] => Array
(
[kategori_id] => 1385
[kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi
[status] => 1
[counter] => 2
)
[9] => Array
(
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
[status] => 1
[counter] => 1270
)
[10] => Array
(
[kategori_id] => 5
[kategori_name] => Football Culture
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture
[status] => 1
[counter] => 31
)
[11] => Array
(
[kategori_id] => 2049
[kategori_name] => Nasional
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional
[status] => 1
[counter] => 87
)
[12] => Array
(
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
[status] => 1
[counter] => 3163
)
)
[populer_tag] => Array
(
[0] => stdClass Object
(
[tag_id] => 20
[tag_name] => EPL
[tag_slug] => epl
[status_tag] => 0
[hitung] => 1279
)
[1] => stdClass Object
(
[tag_id] => 7021
[tag_name] => Indonesia
[tag_slug] => indonesia
[status_tag] => 2
[hitung] => 867
)
[2] => stdClass Object
(
[tag_id] => 6143
[tag_name] => Manchester United
[tag_slug] => manchester-united
[status_tag] => 0
[hitung] => 639
)
[3] => stdClass Object
(
[tag_id] => 6502
[tag_name] => Liga Champions Eropa
[tag_slug] => liga-champions-eropa
[status_tag] => 0
[hitung] => 495
)
[4] => stdClass Object
(
[tag_id] => 63
[tag_name] => Chelsea
[tag_slug] => chelsea
[status_tag] =>
[hitung] => 479
)
[5] => stdClass Object
(
[tag_id] => 42
[tag_name] => Arsenal
[tag_slug] => arsenal
[status_tag] =>
[hitung] => 474
)
)
[populer_sidebar] => Array
(
[0] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/taktik/215443/PFB/240317/sekarang-thiago-motta-tidak-akan-diejek-lagi
[judul] => Sekarang, Thiago Motta Tidak Akan Diejek Lagi
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/FI%20BOLOGNSA.jpeg
[tanggal] => 17 Mar 2024
[counter] => 7.470
)
[1] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215427/PFB/240117/indonesia-vs-irak-mengapa-wasit-tidak-menganulir-gol-kedua-irak
[judul] => Indonesia vs Irak : Mengapa Wasit Tidak Menganulir Gol Kedua Irak
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FPL%202023-2024/WhatsApp%20Image%202024-01-16%20at%2010.26.01%20PM.jpeg
[tanggal] => 17 Jan 2024
[counter] => 5.399
)
[2] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215442/PFB/240302/siapa-bisa-hentikan-inter-di-serie-a
[judul] => Siapa Bisa Hentikan Inter di Serie A?
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Italia/FI%20-%20Dominasi%20Inter.jpeg
[tanggal] => 02 Mar 2024
[counter] => 4.889
)
[3] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/215428/PFB/240117/eritrea-dan-kisah-pemain-yang-kabur-dari-negaranya
[judul] => Eritrea dan Kisah Pemain yang Kabur dari Negaranya
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Afrika/FI%20ERITREA.jpeg
[tanggal] => 17 Jan 2024
[counter] => 1.911
)
)
[terbaru_sidebar] => Array
(
[0] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215481/PFB/240923/
[judul] => Penunjuk Jalan Menuju Panah Hijau di FPL
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20PENUNJUK%20JALAN.png
[tanggal] => 23 Sep 2024
[counter] => 277
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[1] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215487/PFB/240918/
[judul] => Simulasi Pemain Timnas Jadi Aset FPL
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20SIMULASI%20PEMAIN%20TIMNAS%20JADI%20ASET%20FPL.png
[tanggal] => 18 Sep 2024
[counter] => 208
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[2] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215482/PFB/240912/
[judul] => Kupas Misteri Naik Turun Harga Aset di FPL
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HARGA%20ASET.png
[tanggal] => 12 Sep 2024
[counter] => 389
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[3] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215480/PFB/240912/
[judul] => Dilema Kepemilikan Erling Haaland: Madu atau Racun?
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HAALAND%20MADU%20ATAU%20RACUN.png
[tanggal] => 12 Sep 2024
[counter] => 618
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
)
[categories_with_count] => Array
(
[0] => Array
(
[kategori_id] => 18
[kategori_name] => Editorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial
[status] => 1
[counter] => 203
)
[1] => Array
(
[kategori_id] => 4969
[kategori_name] => Advetorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial
[status] => 1
[counter] => 46
)
[2] => Array
(
[kategori_id] => 6729
[kategori_name] => tentang
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang
[status] => 1
[counter] => 0
)
[3] => Array
(
[kategori_id] => 334
[kategori_name] => Sains
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola
[status] => 1
[counter] => 183
)
[4] => Array
(
[kategori_id] => 454
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
[status] => 1
[counter] => 613
)
[5] => Array
(
[kategori_id] => 6719
[kategori_name] => Terbaru
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru
[status] => 1
[counter] => 0
)
[6] => Array
(
[kategori_id] => 599
[kategori_name] => Berita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita
[status] => 1
[counter] => 3271
)
[7] => Array
(
[kategori_id] => 151
[kategori_name] => Fantasy Premier League
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture
[status] => 1
[counter] => 930
)
[8] => Array
(
[kategori_id] => 1385
[kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi
[status] => 1
[counter] => 2
)
[9] => Array
(
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
[status] => 1
[counter] => 1270
)
[10] => Array
(
[kategori_id] => 5
[kategori_name] => Football Culture
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture
[status] => 1
[counter] => 31
)
[11] => Array
(
[kategori_id] => 2049
[kategori_name] => Nasional
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional
[status] => 1
[counter] => 87
)
[12] => Array
(
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
[status] => 1
[counter] => 3163
)
)
[meta_title] => Belgia vs Italia: Duel Tim dengan Rekor Terbaik di Piala Eropa 2020
[meta_desc] => Perempat final Piala Eropa 2020 mempertemukan Belgia vs Italia di Fussbal Arena, Muenchen pada Sabtu (3/7/2021) dini hari WIB. Laga ini mempertemukan dua tim dengan tren performa paling impresif...
[meta_keyword] => Roberto Mancini,Italia,belgia,Roberto Martinez,Piala Eropa,Romelu Lukaku,Piala Eropa 2020,Marco Verratti
[meta_image] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/FEATURE-IMAGE-BELITA.jpg
[meta_url] => https://panditfootball.com/article/show/analisa-pertandingan/214430/PFB/210702/italia
[js_custom_page] =>
[socmed_facebook] =>
[socmed_instagram] => Array
(
[id_option] => 26
[name_option] => socmed_instagram
[value_option] => https://www.instagram.com/panditfootball/
[desc_option] => @panditfootball
)
[socmed_youtube] => Array
(
[id_option] => 25
[name_option] => socmed_youtube
[value_option] => https://www.youtube.com/@pandit.football
[desc_option] => @pandit.football
)
[socmed_twitter] => Array
(
[id_option] => 24
[name_option] => socmed_twitter
[value_option] => https://x.com/panditfootball
[desc_option] => @panditfootball
)
)
1