Mesin Serbaguna Napoli di Era Conte

Mesin Serbaguna Napoli di Era Conte
Font size:

Scott McTominay melepaskan tendangan voli akrobatik yang indah yang membawa SSC Napoli unggul atas Cagliari. Ini merupakan gol ke-12 McTominay selama Serie-A 2024/25. Tapi yang lebih penting, gol itu mengamankan kemenangan sekaligus mengklaim gelar Serie-A keempat Napoli. Musim ini telah menjadi pembuktian bagi McTominay. Setelah bertahun-tahun dianggap sebagai gelandang pelapis di Manchester United (MU), ia menjelma menjadi sosok sentral di lini tengah Napoli. 

 

Perannya sangat vital dalam membawa Gli Azzurri menjuarai Serie A untuk kedua kalinya dalam tiga musim terakhir. Penghargaan MVP pun jadi ganjaran yang pantas bagi McTominay. Pemain kelahiran 8 Desember 1996 ini memiliki performa yang stabil. Ratingnya dari laga ke laga tidak jauh berbeda dan selalu menjadi salah satu pemain dengan rating tertinggi di kesebelasannya. 

 

"Saya tidak bisa berkata-kata. Sungguh luar biasa, Anda tahu pengorbanan yang dilakukan setiap pemain untuk tujuan ini. Dan masyarakat pantas mendapatkannya karena mereka telah mendukung kami sejak hari pertama dan bagi saya mengalami ini seperti mimpi," ujarnya setelah menjadi MVP, seperti dikutip dari BBC. 

 

Pembelian Jenius yang Tidak Glamor

 

Meninggalkan MU tempat ia menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk negara baru sejak musim panas 2024, adalah langkah yang berani. McTominay sudah bersama MU selama lebih dari 20 tahun sejak usia lima tahun di sekolah sepak bola klub tersebut. "Bagaimana Anda bisa menjual Scott, itu di luar nalar saya," imbuh Ole Gunnar Solskjaer, mantan pelatih MU, seperti dikutip dari BBC. 

Screenshot 2025-06-16 143928

Scott McTominay saat gabung SSC Napoli dari Manchester United

 

Sebetulnya penjualan McTominay bukan datang dari keinginan manajer saat itu, Erik ten hag. Ia secara terbuka menyatakan tidak ingin kehilangan McTominay. "Saya tidak ingin ini terjadi tapi inilah aturan yang harus dihadapi klub. Dia sangat penting bagi tim, tapi situasinya memaksa kami untuk mengambil keputusan itu," imbuh Ten Hag seperti dikutip dari Mirror. 

 

Aturan Profitabilitas dan Keberlanjutan (PSR) Liga Primer Inggris memaksa MU untuk menjual pemain homegrown demi menyeimbangkan neraca keuangan. Maka McTominay dianggap sebagai aset yang bisa dilepas sebagai keuntungan murni saat itu. Kepindahan pemain berusia 28 tahun ini ke Napoli pun hampir tidak terjadi. Sebab pilihan pertama Antonio Conte adalah Marco Bresciani dari Frosinone. 

 

Namun pemain yang dimaksud justru pindah ke Atalanta BC dan McTominay berlabuh di Napoli. Banyak yang memandang transfer ini sebelah mata ketika Gli Azzurri mendatangkannya. Namun pada akhirnya, transfer senilai 18 juta euro ini terbukti sebagai investasi brilian. Conte memang selalu membutuhkan pemain yang “setia secara taktik”, dan McTominay memenuhi itu. Apalagi Conte sering melahirkan gelandang besar dalam sejarah kepelatihannya. 

 

Pada tahun pertamanya di Juventus langsung melahirkan Claudio Marchisio, memoles Arturo Vidal, dan membangkitkan kembali kemampuan Andrea Pirlo. McTominay bukan hanya pemain penting, tetapi menjadi wajah baru Napoli dalam transisi dari era Spalletti ke era Conte. Pada akhirnya, kesuksesan McTominay justru menyisakan luka bagi MU terutama dengan posisinya yang sedang terpuruk.

 

Dari Gelandang Pelapis ke Pemimpin Permainan

 

McTominay tiba di Napoli dengan ekspektasi moderat. Pemain kelahiran Lancaster ini dianggap sebagai opsi fisik yang bisa menambah kedalaman skuat. Namun Conte melihat potensi lebih dalam sistem baru yang mengandalkan formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3. McTominay diberi peran sebagai gelandang serang bayangan, berbeda jauh dari peran bertahan yang ia emban selama di Old Trafford.

napoli-v-como-serie-a-1024x683

Hasilnya? 12 gol dan 8 asis di Serie A, plus kontribusi penting di fase transisi. Catatan itu membuatnya menjadi gelandang terproduktif di Serie-A musim ini. Sebagai perbandingan, McTominay hanya mengantongi 19 gol dalam 178 pertandingan MU di Liga Primer Inggris. Kesuksesan ini datang dari perannya sebagai gelandang yang lebih menyerang di kepelatihan Conte. 

 

Perannya itu membuat McTominay berada di peringkat kedua untuk gelandang yang menyentuh bola di area penalti lawan. Ia menyentuh bola di area tersebut sebanyak 117 kali yang cuma kalah dari Christian Pulisic sebanyak 128 kali. Sebelumnya, McTominay bermain sebagai gelandang bertahan untuk MU. Bahkan menjadi seorang bek tengah dalam formasi tiga pemain belakang di Tim Nasional Skotlandia. 

 

Bersama Conte, McTominay menjadi jembatan antara lini tengah dan depan, menghubungkan sirkulasi bola, melakukan tekanan tinggi, hingga masuk ke kotak penalti lawan sebagai late runner yang sulit dijaga. Keunggulan gelandang bernomor punggung 8 ini bukan hanya pada kontribusi ofensif. McTominay juga menjadi salah satu pemain dengan jarak tempuh terbanyak di Serie A musim ini. 

 

Dalam catatan statistik, ia mencatatkan rata-rata 11,2 km per pertandingan dengan akurasi tekel 71% dan win rate duel udara 68%. Kombinasi stamina dan kecermatan inilah yang membuatnya jadi pusat pressing Napoli ala Conte. Dalam laga-laga besar—seperti kemenangan atas Juventus, Milan, dan Inter, McTominay menunjukkan kualitas mental yang luar biasa. Ia selalu tampil penuh determinasi dan mampu menjaga tempo permainan ketika Napoli unggul.

 

skysports-napoli-mctominay_6925585

 

Kuncinya adalah disiplin menjaga bentuk permainan, cepat memahami instruksi, dan mampu tampil konsisten di posisi manapun, sebagai gelandang bertahan, box-to-box, hingga trequartista. Peran sentral McTominay juga terlihat dari kepemimpinannya. Ia menjadi komandan lini tengah Napoli di tengah banyaknya wajah baru. Di ruang ganti, kepribadiannya yang tenang namun berkharisma menjadikannya penghubung antar generasi dalam skuad. 

 

Kesuksesan McTominay meraih MVP Serie A musim ini bukan karena statistik mencolok semata, melainkan karena pengaruh menyeluruhnya terhadap identitas permainan Napoli. Ia adalah fondasi dalam sistem Conte yang kokoh dan selalu jadi yang terpenting. McTominay pun sudah resmi menjadi pahlawan Napoli ketika berlutut di tanah sambil menangis bahagia setelah meraih gelar serie-A. 

 

Pemain Skotlandia ini mengukuhkan posisinya sebagai legenda klub tersebut. McTominay memang tidak memiliki bakat segemilang pahlawan Napoli seperti Diego Maradona atau Khvicha Kvaratskhelia, tetapi peran McFratm sangat menentukan. Ia berulang kali tampil gemilang di momen-momen penting bagi Napoli dan telah menjadi sosok yang menjadi sebuah dasar dari seluruh sistem permainan Conte. 

Upaya Uzbekistan Membangun Tradisi Piala Dunia
Artikel sebelumnya Upaya Uzbekistan Membangun Tradisi Piala Dunia
Merayakan Sepak Bola, Cinta, dan Api Perjuangan Bersama Persebaya
Artikel selanjutnya Merayakan Sepak Bola, Cinta, dan Api Perjuangan Bersama Persebaya
Artikel Terkait