Font size:
Ketika Aritz Aduriz melesakkan gol ketiganya untuk memperdaya kiper Barcelona, Marc Andre Ter Stegen, papan skor otomatis berubah menjadi 4-0 untuk keunggulan Athletic Bilbao di partai Piala Super Spanyol leg pertama. Skor yang secara akal sehat akan sulit dikejar kesebelasan sebesar Barcelona sekalipun.
Selain rekor buruk Barcelona yang tak pernah mampu membalikkan defisit empat gol, nyata-nyatanya, Barcelona memang bermain tak bagus-bagus amat. Atau, bisa dibilang, menjadi salah satu permainan terburuk sepanjang 2015 ini. Meski begitu, Gerard Pique dan sang pelatih, Luis Enrique, sempat sesumbar bahwa mereka mampu membalikkan keadaan di leg kedua, di Camp Nou. Namun, perkataan Pique dan Enrique nyata-nyatanya hanya angin lalu saja. Athletic Bilbao yang menunjukkan perlawanan sengit meski sudah unggul agregat 4-0 membuat Barcelona tersendat dalam urusan mencetak gol. Skor 1-1 menjadi hasil akhir leg kedua malam itu. Athletic Bilbao resmi mengangkat trofi lagi setelah berpuasa selama 31 tahun lamanya. *** Ketika banyak pendukung Athletic Bilbao sangat optimis menjuarai Piala Super Spanyol pasca menggiling Barca dengan skor 4-0 di San Mames, mereka mendambakan bisa menggelar “La Gabarra” kembali. Eh, apa sih, La Gabarra itu? Secara harfiah, La Gabarra dalam bahasa Basque berarti "tongkang" (kapal besar untuk membawa barang). Kendaraan air ini lazim digunakan di wilayah Basque, khususnya kota Bilbao, yang notabenenya adalah kota industri yang dialiri sungai Nervion. Namun, pengertian La Gabarra menjadi lebih populer ketika sang presiden Athletic Bilbao di tahun 1980-an, Pedro Aurtenetxea, mengusulkan perayaan juara liga Spanyol yang diraih pada musim 1983. Wajar saja sang presiden ingin perayaan yang unik dan meriah, karena sudah lama mereka tak merayakan gelar juara di kota Bilbao. Sebelum tahun 1983, Athletic Bilbao merengkuh gelar liga terakhir kali pada 1956, atau tepatnya 27 tahun sebelumnya. Selidik punya selidik, sang presiden bersama beberapa anggota direksi manajemen ternyata terinspirasi salah satu lirik lagu yang sangat tenar di masa itu. Penggalan lirik lagu tersebut berbunyi; “by the Nervión river barge down …” yang mengacu kepada situasi sungai Nervion yang menjadi urat kehidupan masyarakat kota Bilbao. Lalu lalang La Gabarra menjadi hal yang lumrah bagi siapapun yang menghabiskan separuh hidupnya di tepi sungai tersebut. Singkat cerita, para pemain dan staf Athletic Bilbao ditempatkan pada salah satu kapal tongkang tersebut. Jika perayaan juara kebanyakan menggunakan bis terbuka mengelilingi penjuru kota dan berakhir di stadion, maka yang ini sangat berbeda dan sangat unik. Ketika 1983, perayaan La Gabarra tersebut menuai sukses besar. Beruntung bagi seluruh pendukung Athletic, mereka berkesempatan untuk merasakan perayaan La Gabarra (lagi) setahun kemudian. Athletic Bilbao sang juara bertahan Liga Spanyol pada 1982-83 akhirnya mampu mempertahankan gelarnya pada 1983-84. Lebih spesial lagi, mereka mendapatkan gelar Copa del Rey di musim yang sama.Laga final Copa del Rey 1984 yang mempertemukan Athletic Bilbao dan Barcelona itu berakhir dengan "peperangan" di atas lapangan. Simak kisah kebrutalannya dalam artikel; "Maradona dan Dua Musuh yang Dipopulerkan Dirinya"[caption id="attachment_183881" align="alignnone" width="700"]

Baca artikel kami lainnya tentang Athletic Bilbao;Akhirnya, di sisi lain, kapal-kapal tongkang yang menepi di dermaga teluk sungai Nervion tak sampai untuk beroperasi lagi mengangkut sang jawara. Mereka ditinggal dalam kesepian oleh penduduk Bilbao untuk berkerumun di tengah kota untuk melihat trofi Super Spanyol tersebut. Perayaan La Gabarra harus tertunda entah dalam beberapa masa lagi. Foto: Readeverything.co & Tudeloo.com