Array
(
    [article_data] => Array
        (
            [artikel_id] => 186743
            [slug] => https://panditfootball.com/cerita/186743/PFB/151015/bukan-keberuntungan-yang-bawa-albania-ke-piala-eropa
            [judul] => Bukan Keberuntungan yang Bawa Albania ke Piala Eropa
            [isi] => Albania dan Serbia berfoto bersama sebelum pertandingan di Elbasan, 8 Oktober lalu. Seratus pelajar Serbia di Albania pun menonton langsung di Elbasan Arena sebagai tamu undangan Edi Rama, presiden Albania. Semuanya dilakukan sebagai gesture persahabatan dari sebuah pertandingan antara dua kesebelasan yang setahun sebelumnya diwarnai kerusuhan di lapangan.

Semua itu, dan penjagaan ketat pihak keamanan, tidak mengubah satu fakta: kemenangan atas Serbia akan terasa sangat manis bagi Albania. Pertama, karena kemenangan itu akan mengantar Albania lolos ke Piala Eropa untuk kali pertama. Kedua, karena Albania memastikan kelolosannya di atas kekalahan Serbia. Sebagai catatan: Albania dan Serbia berada di sisi yang berseberangan mengenai kemerdekaan Kosovo. Konflik politik terbawa ke sepakbola.

Skenario sempurna sudah ada di depan mata. Namun semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Albania batal berpesta di Elbasan. Serbia mencetak kedua gol kemenangan mereka setelah menit ke-90; lewat Aleksandar Kolarov 90+0.19 dan Adem Ljajic 90+3.12. Serbia merayakan pesta kecil di atas batalnya pesta besar Albania. Namun kekalahan di Elbasan pada akhirnya terbukti tidak lebih dari pesta yang tertunda tiga hari saja.

Sepanjang putaran kualifikasi, Albania tampil rapat di pertahanan dalam formasi 4-5-1. Karenanya, tidak pernah Albania menang dengan selisih lebih dari satu gol. Bahkan hanya dalam satu pertandingan saja Albania mencetak dua gol; saat menang kandang melawan Armenia, 29 Maret 2015. Pada pertandingan terakhir Grup I, Albania menang tiga gol tanpa balas melawan Armenia.

Tiga hari setelah gagal mengunci kelolosan dengan mengalahkan Serbia di Elbasan, Albania berpesta setelah menang meyakinkan atas Armenia di Yerevan. Karenanya Albania lolos ke Prancis sebagai runner-up Grup I, di belakang Portugal dan di atas Denmark.

“Ketika saya katakan Albania akan lolos, orang-orang menertawakan saya,” kata Gianni De Biasi, pelatih kepala Albania. Wajar orang-orang berpikiran demikian. Albania memang kesebelasan kecil. Memiliki sejarah nyaris lolos pun tidak. Ditambah lagi mereka berada satu grup dengan Portugal, Denmark, dan Serbia yang di atas kertas jauh lebih kuat.

Yang lebih wajar dari pesimisme terhadap Albania adalah luapan emosi kapten kesebelasan, Lorik Cana. “Walau mengalahkan kami, mereka (Serbia) akan menonton kami di Prancis sambil minum bir di depan teve,” ujar Cana. Ia termasuk beberapa pemain Albania yang dapat membela Kosovo, negara yang kemerdekaannya tidak diakui Serbia.

Orang-orang berhak berargumen Albania beruntung. Karena memang demikian. Tiga dari 14 angka yang mereka raih berasal dari pertandingan yang tidak selesai. Kerusuhan di Beograd membuat UEFA menjatuhkan hukuman pemotongan tiga angka kepada Serbia dan menghadiahi Albania dengan kemenangan 3-0. Tanpa tiga angka dari Beograd, Albania hanya akan menduduki peringkat ketiga, satu angka di belakang Denmark.

Namun jelas tidak sepenuhnya Albania lolos karena keberuntungan. Faktor keberuntungan kecil sumbangannya; hanya 21,43% saja. Sebelas angka lainnya Albania raih dengan permainan disiplin yang membawa mereka menang kandang di Portugal, dua kali bermain imbang dengan Denmark, dan dua kali menang atas Armenia. Tinggal kita nantikan saja sejauh mana permainan serupa membawa Albania melaju di putaran final nanti.
            [gambar] => http://panditfootball.com/wp-content/uploads/2015/10/Albania.jpg
            [tanggal] => 15 Oct 2015
            [counter] => 2.892
            [penulis] => Taufik Nur Shidiq
            [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png
            [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/Taufik
            [penulis_desc] => 
            [penulis_initial] => TNS
            [kategori_id] => 392
            [kategori_name] => Cerita
            [kategori_slug] => cerita
            [kategori_url] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
            [user_url] => 
            [user_fburl] => 
            [user_twitterurl] => 
            [user_googleurl] => 
            [user_instagramurl] => 
        )

    [tags] => Array
        (
            [0] => stdClass Object
                (
                    [artikel_id] => 186743
                    [tag_id] => 2595
                    [tag_name] => albania
                    [tag_slug] => albania
                    [status_tag] => 
                    [hitung] => 8
                )

            [1] => stdClass Object
                (
                    [artikel_id] => 186743
                    [tag_id] => 4443
                    [tag_name] => Piala Eropa 2016
                    [tag_slug] => piala-eropa-2016
                    [status_tag] => 0
                    [hitung] => 86
                )

        )

    [related_post] => Array
        (
            [0] => Array
                (
                    [artikel_id] => 4236
                    [slug] => https://panditfootball.com/cerita/4236/PFB/140411/bocah-kolombia-ini-menangis-terharu-saat-bertemu-falcao
                    [judul] => Bocah Kolombia Ini Menangis Terharu Saat Bertemu Falcao
                    [isi] => Falcao memang masih diragukan untuk tampil di Piala Dunia nanti, terkait cedera ligamen yang dideritanya. Striker tim nasional Kolombia tersebut cedera saat membela Monaco di Liga Prancis.

Meski masih menjalani terapi agar mempercepat penyembuhan lututnya di kota Madrid, Falcao masih menyempatkan diri bertemu penggermarnya.

Bocah asal Bogota Kolombia yang akhirnya berhasil bertemu dengannya memang bukan sembarangan, melainkan penggemar berat yang memiliki lebih dari 130 foto dan kliping koran terpajang di dinding kamarnya.

Berkat bantuan Revel Foundation, bocah 13 tahun bernama Michael Steven akhirnya meledak tangisnya saat bertemu langsung dengan sang idola. Kerasnya tangis seru sempat membuat heran anak - anak lain yang memang juga berkesempatan bertemu dengan El Tigre.

Pada akhir pertemuan tersebut Steven juga sempat memegang lutut Falcao sambil mendoakan agar dirinya dapat sembuh dengan cepat. Steven berharap agar di Piala Dunia nanti negaranya Kolombia dapat diperkuat mantan striker Atletico Madrid tersebut.

Falcao memang belum dapat dipastikan pulih total saat Piala Dunia nanti. Namun dokter yang menanganinya, Jose Carlos Noronha optimis kesembuhan Falcao dapat terjadi lebih cepat.

Get well soon El Tigre!

 

[video id="SHYpZoNLV9o" site="youtube"][/video]

 

(amp)
                    [gambar] => http://www.panditfootball.com/wp-content/uploads/2014/04/falcao.jpg
                    [tanggal] => 11 Apr 2014
                    [counter] => 2.619
                    [penulis] => PanditFootball
                    [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
                    [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball
                    [penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com
                    [penulis_initial] => PND
                    [kategori_id] => 392
                    [kategori_name] => Cerita
                    [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
                )

            [1] => Array
                (
                    [artikel_id] => 1930
                    [slug] => https://panditfootball.com/cerita/1930/PFB/140201/kisah-bir-dan-sepakbola-ala-papua
                    [judul] => Kisah Bir dan Sepakbola ala Papua
                    [isi] => 

Oleh: Paul Cumming

"Pak Paul! Pak Paul!" Terdengar teriakan keras dari lantai atas sebuah hotel di Bekasi. Mulanya saya masih mengabaikan teriakan itu. Tapi intonasi teriakan itu membuat saya sedikit panik. Lalu terdengar lagi teriakan yang lebih jelas: "Pak Paul! Adolof, Pak Paul!" "Hah Adolof?" Saya baru sadar. Di depan seluruh pemain Perseman Manokwari yang sedang bersiap-siap berangkat ke stadion, ternyata ada satu pemain yang belum muncul. Pemain itu adalah Adolof Kabo. Saya refleks memijit-mijit kening sembari bergumam: "Aduh Adolof!" Adolof Kabo adalah pemain kunci Perseman Manokwari saat saya melatih di sana pada 1984-1986. Sebagai seorang striker, dia penyerang yang gol-golnya amat dibutuhkan. Tapi Kabo bukan sekadar goal-getter, dia juga nyawa tim. Dengan skill individunya, yang kadang kala membuatnya terlihat egois, Kabo sering meneror pertahanan lawan seorang diri. Bersama partnernya di lini depan, Elly Rumaropen, dan pemain tengah Yonas Sawor, Kabo bisa sangat percaya diri mengobrak-abrik pertahanan lawan. Nama-nama inilah yang berhasil membawa Perseman sampai ke grand-final Divisi Utama Perserikatan 1986 menghadapi Persib Bandung. Maka ketika saya sadar Adolof tak terlihat bersama rekan-rekannya, ditambah teriakan panik dari lantai atas, saya merasa gelisah bukan main. Padahal sebentar lagi kami harus berangat ke stadion Bekasi untuk berjuang mati-matian melawan Perseden Denpasar. Pertandingan itu amat menentukan bagi kami untuk lolos ke Empat Besar Divisi Satu 1984 yang akan digelar Bandung. "Aduh, Adolof ini kemana, yah?" "Mungkin dia masih di warung?" salah seorang pembantu umum (kitman) mencoba menenangkan saya. Setelah ditunggu beberapa menit, Adolf tak kunjung datang. Imbasnya saya pun berkeringat dingin. "Cari dia! Cepat! Cepat! Cepat! Tidak ada waktu lagi!," teriakan saya menyentak seluruh ruangan. Dua orang pembantu umum yang terlihat kebingungan langsung berlari keluar mencari Adolof ke warung-warung terdekat. Beberapa menit kemudian mereka berhasil menemukan Adolof. Degup jantung saya pun sedikit mereda. Syukurlah! Tapi kegugupan saya belum hilang karena Adolof tiba dengan dipapah dua pembantu umum. Adolof berjalan sempoyongan. "Duh ternyata dia mabuk!" keluh saya dalam hati. Lantas tiba-tiba dia langsung memeluk saya. "Saya minta maaf Paul, saya baru habis sepuluh botol besar," ucap Adolof sambil meringis dengan air mata berlinang. Tampaknya dia merasa sangat bersalah. "Adolof masih bisa main?" saya tanya dia baik-baik. "Bisa, Paul. Walaupun saya mabuk saya janji cetak gol dan kita akan menang dan saya janji saya tidak akan minum lagi sampai kita juara di Bandung!" "Okay Adolof. Saya percaya sama Adolof. Sekarang cepat pakai kostum karena kami menunggu Adolof untuk ikut doa sebelum ke lapangan," Sampai ke stadion Adolof masih loyo, langkahnya masih gontai. Dia masih belum memisahkan dunia nyata dengan alam bawah sadarnya. Waktu pemanasan dia malah sempat dua kali jatuh terpeleset membuat orang terheran-heran melihatnya. Saya sedikit ragu kepada dia, tapi saya percaya janji Adolof pada saya. Karena itulah saya pasang dia sebagai starter. Intinya dia harus berjuang dari awal. Degup jantung saya mengencang sepanjang pertandingan, terutama saat melihat Adolof Kabo di lapangan. Duh! Masalahnya selama pertandingan dia berlari agak miring dan oleng sempoyongan. Tanpa di-tekel atau di-body charge lawan pun Adolof beberapa kali jatuh karena keseimbangannya yang setengah sadar. Tetapi siapa sangka tiba-tiba dia mencetak gol yang sangat spektakuler lewat shooting jarak jauh dari jarak 30 meter. Kami pun menang 1-0 hingga bisa lolos ke 4 Besar di Bandung. Kejadian ini tak pernah saya lupakan, karena baru pertama kalinya saya lihat orang setengah sadar bisa cetak gol. Cerita kemudian berlanjut di Bandung. Sampai ke Bandung saya sangat kecewa karena oleh panitia kami dan tiga tim lainnya ditempatkan dalam satu barak militer yang sama. Saya langsung melarang pemain turun dari bus. PS Bengkulu juga menolak tinggal di komplek militer itu dan memilih sebuah hotel yg sangat mewah. Panitia marah-marah kepada saya, tetapi saya jelaskan kalau tim saya dari PSAD (Persatuan Sepakbola Angkatan darat) saya pasti setuju di situ, tapi kami tim bola sipil bukan militer. Mendengar alasan itu mereka panggil saya "Cowboy Cumming" . Saya tak peduli omelan itu karena sesuai dengan prinsip saya kalau sebuah tim mau berhasil harus dalam keadaan gembira. Tinggal di barak militer, kami tentu tak akan gembira. Beruntung akhirnya kami dapat tempat di Balai Latihan Departemen Tenaga Kerja, di mana situasi sangat kondusif apalagi masyarakat disitu sangat-sangat ramah. Bagi saya, bermain bola dengan kegembiraan, dengan hati yang senang, adalah kunci untuk memunculkan permainan maksimal anak-anak Perseman. Sepakbola adalah kebahagiaan, kesenangan, dan suka cita. Jika bermain dengan tertekan, sukar akan mendapatkan hasil yang diinginkan. Ternyata kegembiraan suasana selama di situ membuat hasil yang positif dan Perseman keluar sebagai juara. Asal tahu saja, sebelum babak empat besar, semua pemain termasuk Adolof berjanji untuk tidak minum alkohol sampai kami menerima trofi juara Divisi Satu. Saya sudah bilang sama mereka, "Kalau kalian janji tidak minum sampai kita juara, malam setelah juara kalian bebas dan boleh minum sepuas-puasnya." Dan ternyata janji itu mereka penuhi. Maka sesudah mengalakan PS Bengkulu 3-1 di final. Mereka langsung menagih janji itu. Saya menepati janji saya untuk membiarkan mereka larut dalam pesta pora.

Lanjut ke halaman berikutnya

Lanjutan dari halaman sebelumnya

Besoknya pagi-pagi saya sudah gelisah di hotel. Beberapa jam sebelum ke stasiun untuk pulang, para pemain masih banyak yang hilang entah ke mana. Untungnya beberapa mahasiswa asal Papua membantu kami mencari pemain di tempat-tempat hiburan. Beruntung sebelum kereta berangkat ke Jakarta semua pemain sudah ada di atas kereta walaupun sebagian dari mereka masih kurang sadar! Melihat mereka saya tak pernah marah, saya tahu bahwa bir dan sepakbola di Papua memang sulit dipisahkan. Saran saya kepada pelatih yang hendak melatih klub-klub Papua harus mengerti masalah itu. Jika mau berhasil turuti saran saya itu. Soalnya amat jarang pemain Papua yang tidak suka minum, karena itu sudah bagian dari tradisi di sana. Saya masih ingat ketika Adolof dikirim ke Brasil oleh PSSI. Sesudah agak lama di Brasil dia kembali ke Manokwari. Setelah sampai di Manokwari dia langsung mendatangi saya yang waktu itu sedang memimpin latihan Perseman di lapangan Borassi. Ketika saya sedang asyik-asyik di tepi lapangan tiba-tiba saja Adolof berlari dan memeluk saya. Langsung saya tanya dia tentang pengalaman dia selama di Brasil. Maksud saya bertanya soal ilmu sepakbola yang dia dapat disana. Tapi jawabannya ternyata berbeda. Adolof malah menjawab dengan senyum khasnya "Aduh Paul! Bir di Brasil tidak enak!" "Aduh Adolof!" Ada juga cerita lucu lainnya. Saat itu Perseman sedang berlaga di Divisi Utama Perserikatan tahun 1985. Waktu itu tiba-tiba saja Solichin GP (Ketua umum Persib Bandung) membuat acara makan bersama antara pemain Persib dan Perseman Manokwari di restoran Lembur Kuring Senayan. Saya pikir acara itu adalah acara permintaan maaf Solihin kepada saya, mengingat sebelumnya dia pernah meminta PSSI untuk mendeportasi saya hanya gara-gara Jonas Sawor mendorong Adjat Sudrajat ketika Persib jumpa Perseman di putaran 12 besar Dalam acara makan-makan tersebut, pihak Persib amat sangat ramah. Entah itu taktik atau apa, yang jelas para pemain Perseman diberikan masing-masing 5 botol bir besar. Para pemain Persib tak lama-lama di sana mereka pulang duluan. Tapi Pemain Perseman tetap di tempat karena botol-botol yang ada belum habis. "Alamak!" mereka lupa bahwa para pemain Persib cepat-cepat pulang karena keesokan harinya akan melawan Persija Jakarta. Dan yang lebih parahnya lagi, sebelum Persib bertanding di Stadion Senayan malam hari, sorenya Perseman harus melawan PSP Padang. Kalau tidak salah, gara-gara pesta itu, banyak pemain yang mabuk berat dan begadang sampai pagi. Ada berapa pemain inti tidak bisa turun, termasuk Adolof karena cedera. Mau tak mau saya menurunkan pemain pas-pasan, apalagi banyak di antara mereka masih di bawah pengaruh alkohol. Beruntung Sem Aupe mampu menggantikan posisi Adolof sebagai striker dengan baik. Pertandingan berjalan lancar dengan semangat tinggi. Hanya waktu istirahat di ruang ganti saya tidak memberikan intruksi kepada mereka. Sebagian pemain memilih tidur dan harus dibangunkan lagi untuk babak kedua. Meski terlelap sebentar, Perseman di luar dugaan menang 2-1. --------------------------------------------------- Catatan editor: Dalam naskah buku yang akan terbit [Persib Undercover: Kisah-kisah yang Terlupakan] yang disusun oleh Aqwam Fiazmi Hanifan, ada kisah tambahan yang menarik mengenai Perseman dan bir yang tak sempat dikisahkan Paul di tulisannya ini. Wawancara Aqwam dengan Achwani, Sekretaris Umum Persib di saat Persib bertemu Perseman di Grand Final Divisi Utama 1986, menjelaskan bagaimana Persib dengan cerdik menggunakan kebiasaan minum pemain Perseman ini. Menurut Achwani, salah seorang pengurus diberi tugas untuk memancing para pemain Perseman keluar dari kamar hotel untuk ditraktir minum sepuasnya di salah satu bar. "Saya diberi tugas untuk kasih mereka berkrat-krat bir supaya mereka mabuk berat dan tak tidur, ternyata benar saja, ternyata di malam itu misi saya sukses, mereka mabuk dan sama sekali tak istirahat, padahal besoknya mau bertanding lawan Persib," ucap Achwani. Hal ini diakui oleh Paul Cumming. Ia mengakui kelemahannya anak asuhnya selalu dimanfaatkan oleh lawan, hampir semua lawan Perseman, bukan hanya Persib. Dalam laporan Pikiran Rakyat edisi 19 Januari 1985, Adolf Kabo mengakui bahwa minum-minum adalah tradisi yang biasa mereka lakukan bersama rekan-rekannya. Saat itu Perseman baru saja bertanding melawan PSMS dengan skor akhir 1-1. Saat berbicara pada wartawan ketika itu, Adolf sempat memperlihatkan tumpukan kaleng bir. [@zenrs]   Penulis adalah mantan pelatih sepakbola di berbagai klub Indonesia. Kini bergabung dengan Pandit Football Indonesia sebagai penulis tamu. Akun twitter @papuansoccer       image by: travelpapua.blogspot.com perseman-manokwari.jimdo.com

[gambar] => https://panditfootball.com/images/attach/perseman-1986-adolf-kabo-cs.jpg [tanggal] => 01 Feb 2014 [counter] => 115.704 [penulis] => PanditFootball [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball [penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com [penulis_initial] => PND [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita ) ) [prev_post] => Array ( [artikel_id] => 186741 [slug] => https://panditfootball.com/article/show/pandit-sharing/186741/PFB/151015/luapan-energi-pep-guardiola [judul] => Luapan Energi Pep Guardiola [isi] =>

Karya: Renalto Setiawan Sebuah bunyi  sirene yang  dinantikan para penonton akhirnya terdengar. Bukan, bukan sirene tanda adanya sebuah mobil ambulans atau mobil pemadam kebakaran yang mereka nantikan. Sirene yang mereka nantikan adalah sirene tanda kehadiran Rage Against The Machine, band rock asal Amerika. Ketika Rage Against The Machine kemudian "menyapa" mereka dengan lagu Testify, mereka menerimanya dengan lompatan, nyaris tanpa henti. Menurut Iga Massardi, vokalis sekaligus gitaris Barasuara, dalam sebuah musik, rhythm yang kuat memang mampu menggerakkan penonton secara fisik, misalnya, membuat mereka terus melompat tanpa sadar. Dan masih menurutnya, Rage Against The Machine adalah salah band yang memiliki rhythm dengan daya ledak luar biasa. Kejadian di atas (pada SWU Festival di Brasil tahun 2010 lalu) adalah salah satu contohnya. Ketukan drum Brad Wilk, bunyi bass Tim Commerford, suara distorsi gitar Tom Morello, dan "umpatan" Zack de la Rocha, memang merupakan sumber energi yang luar biasa. Siapa pun yang menyaksikan penampilan mereka secara langsung akan merasa berdosa jika hanya berdiri terdiam. Sementara itu, saat ini di Jerman, ada seorang pelatih sepakbola yang mampu memberikan energi luar biasa dalam permainan timnya. Dan setiap luapan energi yang diberikannya, rasanya seperti apa yang dilakukan oleh Rage Against The Machine terhadap para penggemarnya. *** Josep Guardola, lahir dan besar di daerah Catalunya, Spanyol. Sebuah daerah yang sebagian besar masyarakatnya "bahagia" dengan rasa belas kasihan karena hampir selalu merasa tertindas. Menariknya, Pep, sapaan akrab Josep Guardiola, adalah kontradiksi dari orang-orang Catalunya kebanyakan. Dia ingin selalu menjadi yang terbaik; ingin selalu menjadi seorang inventor –  seperti tidak sudi menerima belas kasihan orang lain. "Saya duduk dan menonton video (pertandingan sepakbola). Saya mencatat. Saat itulah inspirasi datang – saat yang masuk akal dalam profesi saya. Secara instan saya tahu saya harus memiliki itu. Saya harus tahu bagaimana caranya untuk menang. Momen seperti ini membuat pekerjaan saya betul-betul bermakna," kata Guardiola dalam biografinya mengenai salah satu caranya dalam memperoleh sumber energi untuk menjadi seorang inventor dan memperoleh kemenangan. Jauh hari sebelum berada di Jerman, Pep berhasil memahami tiki-taka, sebuah gaya permainan sepakbola dengan mengandalkan kombinasi umpan-umpan pendek cepat dan variatif, bersama Barcelona. Penuh kekaguman, mata para penggemar sepakbola seperti enggan berkedip ketika menyaksikan gaya permainan tersebut.  Sedangkan lawan-lawannya berhasil dibuat linglung penuh kebencian. Hampir setiap bola yang mengalir dalam permainan tiki-taka mempunyai pesan yang harus diterima dan diterjemahkan dengan baik oleh pemain-pemain Barcelona. Mereka harus selalu berpikir dan memiliki energi untuk membuatnya menjadi sempurna. Saat bola berhasil direbut oleh lawan, seperti anjing pelacak yang mencium bau janggal, mereka akan terus menekan lawan untuk segera mendapatkan bola dan memulai tiki-taka lagi. Begitu seterusnya. Dan dengan cara itu Pep Guardiola berhasil meraih segalanya bersama Barcelona. Lalu, sebelum penggemar sepakbola dan para pemain Barcelona bosan dengan tiki-taka, dia sudah merasa bosan terlebih dahulu. Pep undur diri dari Barcelona. Dia kemudian menepi ke kota New York, memilih menjadi  seorang new yorker  (sebutan orang-orang yang hidup di kota New York) untuk sementara waktu. Jauh dari hingar bingar sepakbola Eropa. "Saya benci tiki-taka – itu sampah dan benar-benar sia-sia," sebuah kalimat dalam biografinya yang mewakili rasa bosannya. Kesehariannya di kota New York mungkin diisi oleh pertunjukan musik jazz, pertandingan kandang tim baseball New York Yankees, atau memandangi  gedung Empire State yang biasanya dijadikan tempat nongkrong oleh Spider-Man. Tapi yang jelas, dia tidak bisa lepas sepenuhnya dari sepakbola. Menurut Cristina Serra, istrinya, Pep tak akan pernah berhenti membicarakan sepakbola.  Tiga puluh menit adalah jeda terlamanya untuk tidak membicarakan sepakbola. John Updike, seorang novelis asal Amerika, pernah memuji kehidupan di kota New York. Dia mengatakan bahwa seorang new yorker diam-diam percaya bahwa orang-orang yang hidup di luar kota tersebut menjalani kehidupannya dengan bercanda. Pep Guardiola mungkin terkekeh saat mengetahui  pernyataan Updike tersebut. Baginya, hidup di daerah manapun tanpa sepakbola adalah sesuatu yang lebih layak untuk disebut bercanda. Bosan bercanda dengan menjadi new yorker, Pep memilih kembali ke Eropa untuk sepakbola.  Dia memilih berpetualang ke Jerman untuk menangani Bayern Munich, sebuah kesebelasan yang baru saja meraih gelar treble winner (Liga Jerman, DFB Pokal, dan Liga Champions Eropa). Sebuah tantangan yang dianggap tidak begitu sulit karena Pep tinggal meneruskan pondasi kokoh yang telah dibangun oleh Jupp Heynckes, pelatih Bayern sebelumnya. Namun bukan Pep Guardiola namanya kalau tidak membuatnya menjadi sulit. Dia mengubah filosofi permainan Bayern yang sebetulnya sudah mapan menjadi sesuai dengan keinginannya. Dia memulai lagi dari awal -- Bayern harus mampu menerjemahkan possession football yang selama ini menjadi kitab suci Pep Guardiola. Bersambung ke halaman berikutnya.

Tulisan lanjutan dari artikel "Luapan Energi Pep Guardiola" Dua tahun pertamanya bersama Bayern berjalan sesuai dengan kebiasaannya: sejumlah piala bergengsi berhasil mengisi lemari trofi tim raksasa Jerman tersebut. Meski demikian, Pep sama sekali belum puas. Possession football yang mereka mainkan masih sering terlihat rentan dan rapuh. Pada semifinal Liga Champions di tahun pertamanya bersama Bayern, possession football mereka terlihat kurang energi dan hancur lebur oleh serangan balik pelari-pelari cepat Real Madrid. Satu tahun berselang, sekali lagi pada babak semifinal Liga Champions, permainan direct Barcelona membuat Pep kembali gagal. Bahkan saat itu Pep dianggap terlalu naif karena melakukan man-to-man marking -- Pep Guardiola kemudian mengubah cara bermain tersebut pada tengah pertandingan -- terhadap penyerang-penyerang Barcelona yang memiliki kualitas individu mengerikan. Terjatuhnya Jerome Boateng saat mencoba membaca pergerakan Lionel Messi adalah salah satu hadiah yang harus diterima Pep Guardiola karena kenaifannya. Tapi Pep memang seperti itu, dia tidak ingin menjadi orang lain untuk mengalahkan lawan-lawannya. Dia harus melakukannya dengan caranya sendiri meskipun akhirnya berujung kegagalan. Dan ketika gagal dia akan melakukannya hingga berhasil -- sesuai dengan caranya. Kini sifat keras kepala Pep Guardiola sepertinya mulai membuahkan hasil. Pemain-pemain Bayern Munich mulai mampu menerima "luapan energi" Pep Guardiola dengan baik. Possession Football yang dilakukan Bayern terlihat tidak lagi rentan terhadap counter-attack dan serangan  yang dilakukan secara direct. Possession football Bayern juga mempunyai tujuan yang jelas, tidak lagi bertele-tele. Jika ada kesempatan, Bayern tak ragu bermain direct  dengan melakukan umpan langsung ke lini depan -- "15-pass rule" dalam kamus Guardiola ditiadakan. Pep Guardiola juga sering melakukan perubahan di tengah pertandingan, entah formasi, posisi pemain, atau pendekatan berbeda dalam gaya permainan mereka, apabila keinginannya tidak berjalan lancar. Dan yang lebih penting, gaya permainan Bayern yang baru ini lebih berbahaya daripada tiki-taka. Pertandingan Bayern menghadapi rival abadi mereka, Borussia Dortmund, beberapa pekan lalu dapat sedikit menjelaskan kinerja possession football terbaru ala Pep Guardiola tersebut. Dalam pertandingan tersebut, Bayern bermain dengan menggunakan tiga pemain belakang: Javi Martinez, Jerome Boateng, dan David Alaba. Tujuannya jelas: agar mereka tetap mampu menjaga penguasaan bola dengan baik pada saat Dortmund melakukan high-pressing. Namun, di tengah pertandingan Pep menyadari bahwa high-pressing yang dilakukan Dortmund mengakibatkan garis pertahanan anak asuh Thomas Tuchel tersebut begitu tinggi. Dengan cerdik dia kemudian menukar posisi Javi Martinez dengan posisi Jerome Boateng. Javi Martinez menjadi center-back sebelah kanan dan Boateng menjadi center-back tengah. Berbeda dengan Martinez yang lebih sabar dalam mengalirkan bola, Boateng memiliki kelebihan dalam melakukan umpan panjang ke depan. Dengan posisi barunya sebagai seorang center-back tengah, kemampuan tersebut lebih mudah untuk dilakukan karena dia memiliki pandangan yang lebih luas. Bek nasional Jerman tersebut kemudian berhasil menciptakan dua assist melalui umpan panjangnya pada pertandingan tersebut. Lalu, adakah faktor lain selain tingkat akurasi umpan lambung Boateng yang menyebabkan cara tersebut berhasil? Jika kita memperhatikan, sebelum Boateng memberikan umpan lambung, setidaknya ada empat pemain Bayern yang berdiri sejajar dengan garis pertahan Dortmund. Dan keempat pemain depan Bayern tersebut mempunyai kecepatan berlari yang mumpuni. Jika lawan menggunakan empat pemain belakang, dan Bayern memiliki empat pemain di lini depan yang siap menyambut umpan panjang tersebut, maka persentase keberhasilan umpan tersebut akan meningkat. Dan itulah salah satu senjata baru Bayern dalam menghadapi lawan yang bermain dengan high-pressing dan mengandalkan counter-attack -- sebuah cara untuk meniadakan counter-attack yang dilakukan lawan. Selain itu dalam possession football Bayern belakangan ini, saat mereka bermain dengan empat bek sejajar, kedua full-back mereka jarang ikut naik ke depan. Selain untuk menghindari counter-attack yang dilakukan lawan, Pep  sepertinya ingin juga memberikan ruang lebih besar bagi pemain-pemain sayap Bayern untuk terus berlari. Bahkan Pep lebih sering memasang pemain sayap tradisional di sisi lapangan daripada seorang inverted winger -- menyoal crossing dan kecepatan, saya tradisional biasanya lebih mahir daripada seorang inverted winger. Hal ini terbukti dengan lima assist yang telah diciptakan Douglas Costa, pemain sayap Bayern yang bertipe tradisional, di ajang Bundesliga. Dari lima assist tersebut, kebanyakan berasal dari umpan silang yang sering dia lakukan. Dari gaya baru Bayern Munich tersebut, penyerang-penyerang Bayern juga akan sering mendapatkan keuntungan.  Baik dengan build- up serangan lambat, permainan direct, atau melalui umpan silang dari sayap, bola akan lebih sering dikirim ke pusat pertahanan lawan. Bukan suatu yang mengejutkan jika kemudian Robert Lewandowski mampu mencetak 12 gol dari tujuh pertandingan yang dilakoninya di ajang Bundesliga. Sejauh ini tidak ada kesebelasan yang lebih mengerikan dari Bayern Munich di jajaran Top Liga Eropa. Tingkat penguasaan bola mereka masih yang terbaik (rata-rata 66,8% dalam satu pertandingan), dan mereka mencetak gol lebih banyak  dan kemasukkan gol paling sedikit dari kesebelasan-kesebelasan lainnya (Bayern mencetak 28 gol dan kemasukkan 4 gol). Dan semoga saja, sebelum Pep (sekali lagi) merasa bosan, pemain-pemain Bayern masih betah "melompat" untuk menerima luapan energi Pep Guardiola tersebut.

 Penggemar sepakbola yang lebih suka mengejar bola daripada menendangnya. Berakun twitter @Theceputhul.
[gambar] => http://panditfootball.com/wp-content/uploads/2015/01/Pep-Guardiola-011.jpg [tanggal] => 15 Oct 2015 [counter] => 7.489 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [penulis_desc] => Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com 1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan 2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word 3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll) 4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan) [penulis_initial] => PSH [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [next_post] => Array ( [artikel_id] => 186757 [slug] => https://panditfootball.com/article/show/pandit-sharing/186757/PFB/151015/praktik-public-relations-dalam-sepak-bola [judul] => Praktik Public Relations dalam Sepakbola [isi] => Oleh: Stefanus Tulus Hasudungan “If I was down to my last dollar, I’d spent it on Public Relations," -Bill Gates. Adakah hubungan antara Public Relations dengan sepakbola? Banyak. Tanpa disadari, hal-hal seperti peluncuran situs resmi berbahasa Indonesia serta berbagai ucapan pada Hari Nasional Indonesia oleh berbagai kesebelasan Eropa, aksi Southampton FC via Twitter dalam ‘kasus’ jersey Saphir Taider, hingga pernyataan Chelsea FC yang menegaskan dukungan penuh untuk Jose Mourinho, merupakan sedikit contoh praktik Public Relations dalam dunia sepakbola. Dewasa ini, istilah Public Relations (PR) sudah bukan lagi menjadi hal yang asing. Beragam pengertian dan penjelasan tentang PR sudah hilir-mudik indera pendengaran dan penglihatan. Untuk menyamakan persepsi dan mencegah bias tentang Public Relations, izinkan saya berbagi bekal ilmu yang saya dapatkan di Tanah Padjadjaran. “Public Relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang, atau suatu organisasi/badan.” Definisi Howard Bonham di atas memberikan kita dua poin penting untuk memahami Public Relations: seni menciptakan pengertian publik dan memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang/organisasi/badan. Senada dengan semangat Jurnalistik, hal yang menjadi landasan dasar profesi Public Relations adalah memenuhi hak publik untuk mengetahui informasi yang sebenar-benarnya tentang seseorang/organisasi/badan. Itulah mengapa wartawan media dan Public Relations Officer (PRO) sebuah perusahaan sangat sering berinteraksi, entah lewat telepon genggam, maupun konferensi pers. Tujuannya untuk memenuhi hak publik untuk mengetahui informasi yang sebenar-benarnya tentang perusahaan tersebut. Dalam sepakbola, ketika sebuah kesebelasan telah mendapatkan dukungan dan kepercayaan publik, hal yang selanjutnya dilakukan adalah menjaga hubungan yang harmonis dengan publik melalui kegiatan External Public Relations. Saya akan menjelaskan beberapa praktik External Public Relations yang dijalankan oleh kesebelasan-kesebelasan Eropa melalui website & social media. Sebagai contoh, Juventus yang meluncurkan website resmi berbahasa Indonesia pada 8 September 2009, dan kesebelasan seperti Inter Milan (23 Juli 2011), Real Madrid (6 Februari 2012), Chelsea FC (11 Mei 2011), Barcelona (8 Mei 2013), Liverpool (10 Mei 2013), dan Manchester City (17 July 2013) seakan berlomba-lomba memuaskan penggemar mereka di Indonesia melalui asupan informasi tentang kesebelasan tersebut menggunakan bahasa ibu orang Indonesia. Tak cukup sampai di situ, kesebelasan-kesebelasan seperti Arsenal, AS Roma, Manchester United, dan Tottenham pun melahirkan akun Twitter resmi berbahasa Indonesia. Banyaknya penggemar yang ada di Indonesia tentu saja menjadi alasan utama lahirnya hal-hal 'berbau' Indonesia dari kesebelasan-kesebelasan Eropa, bahkan penggemar Juventus di Indonesia dikabarkan merupakan penggemar Juventus terbanyak di dunia dengan 26 juta penggemar. Dari sini, PR berperan besar untuk memanjakan dan menjada pasar tersebut. Dalam kacamata PR, Juventus tidak lekas puas dan membiarkan jutaan penggemar yang sudah dimiliki harus bersusah-payah menerjemahkan informasi dari laman resmi berbahasa Inggris dan Italia, ataupun menunggu akun fanbase Juventus Club Indonesia menerjemahkannya lewat kultwit. Dari situlah lahir situs resmi ataupun akun-akun social media berbahasa Indonesia lainnya. Kesadaran pentingnya memberikan informasi teraktual klub yang mudah dicerna oleh penggemar di Indonesia menjadi amat vital. Selain karena kebutuhan penggemar akan informasi aktual dan mudah dicerna terpenuhi, perasaan dihargai dan diperhatikan oleh kesebelasan kesayangan tentu menjadi kepuasan batin bagi para fans Juventus di Indonesia. Terlebih pada momen HUT RI ke 70 lalu, saat Juventus dan enam kesebelasan Eropa lainnya (beserta para pemain) turut mengucapkan selamat hari kemerdekaan bagi Indonesia lewat media sosial. Dampak hubungan harmonis yang terjalin antara kesebelasan-kesebelasan eropa dan penggemar di Indonesia, tak lain dan tak bukan adalah pertumbuhan jumlah fans, yang hampir serupa artinya dengan bertambahnya pendapatan klub, entah melalui penjualan official merchandise, hak siar, dan lain sebagainya. Setelah mampu memuaskan kebutuhan penggemar akan infromasi klub dan menjaga keharmonisan dengan publik, PRO kesebelasan sepakbola professional juga dituntut memiliki kemampuan crisis management atau manajemen krisis yang mumpuni. Dimulai dari isu maupun kasus yang tergolong ringan hingga yang bisa memecah supporter bahkan kesebelasan itu sendiri. Kasus  yang tergolong sederhana adalah peminjaman super singkat Saphir Taider dari Inter Milan di awal musim 2014/2015. Seorang fans yang telah mengeluarkan 65 poundsterling (sekitar 1,3 juta rupiah jika mengasumsikan 1 poundsterling = 20.000 rupiah) untuk jersey dengan name set “Taider” mengutarakan kekecewaannya lewat akun Twitter @JBridle2, satu jam setelah berita pembatalan kontrak peminjaman dipublikasikan Southampton. Menilik dari sudut pandang ekonomi, sebenarnya Southampton sama sekali tidak bersalah dan tidak perlu memberikan kompensasi apapun dalam hal ini. Pembatalan kontrak peminjaman Saphir Taider sah menurut aturan transfer dan merupakan keputusan terbaik bagi kesebelsan dengan tidak mengontrak pemain yang gagal menunjukkan performa sesuai standar.  Lagi pula bukankah pembelian jersey dan name set juga dilakukan sepenuhnya secara sadar oleh sang penggemar sendiri? PRO harus jeli melihat potensi dari adanya masalah. Tak cukup berpikir secara matematis dan ekonomis, PRO yang merupakan ‘wajah’ dari sebuah kesebelasan harus mampu mengambil keputusan yang membuat banyak orang melihat ‘sisi indah’ klub. Followers akun Twitter @SouthamptonFc berkisar 360ribu pada saat itu, dan hampir setiap jam puluhan bahkan ratusan mention masuk memenuhi notification. Perkara mudah untuk pura-pura tidak melihat mention fans @JBidle2 tersebut, namun seorang PRO yang handal mampu melihat peluang dan mengatasi masalah klub dengan bijaksana. Pada akhirnya Southampton memberikan refund kepada fans tersebut dengan membawa jersey miliknya ke St. Mary Megastore. Alhasil, Twitter pun heboh, komentar-komentar positif dari pecinta sepakbola diseluruh penjuru dunia pun ditujukan pada klub yang membesarkan nama Matt Le Tissier ini.  Bahkan media yang cukup sensasional di Inggris, Daily Mirror pun turut memberitakan tindakan Southampton. Alih-alih ‘kehilangan’ 65 pounds, Southampton justru mendapatkan keuntungan yang jumlahnya lebih berharga dari segepok uang, yaitu public awareness & public recognition. Selain dampak positif, praktik PR pun bisa menghasilkan dampak negatif. Contohnya kasus yang cukup berat, yang bahkan berpotensi memecah belah supporter, bisa kita lihat pada kasus Jose Mourinho setelah dihujam berbagai kritik dan kecaman pasca kekalahan 1-3 di kandang sendiri dari Southampton. Pemberitaan media saat itu sungguh tidak berpihak pada Chelsea. Hampir semua headline berita online memojokkan Chelsea dan The Special One seperti berikut “Jose Mourinho will Quit Chelsea if he lose trust of his players following crisis talks” yang diciptakan harian Express atau “Jose Mourinho says Chelsea can sack him if they want..” yang diwartakan Dailymail. Bersambung ke halaman berikutnya. Lanjutan artikel Praktik Public Relations dalam Sepakbola Iklim negatif seperti ini tentu akan mempengaruhi mental terutama para pemain Chelsea. Bayangkan, anda sebagai seorang pemain Chelsea yang baru saja menelan kekalahan di kandang, membuka smartphone dan melihat pemberitaan media bahwa manajer anda akan dipecat. Manajer anda akan mengundurkan diri akibat kegagalan anda dan kawan-kawan mengimpementasikan taktik dalam permainan. Pikiran anda dirundung ketidakpastian, yang berpotensi menyebabkan depresi bagi anda dan rekan satu tim lainnya. Namun Chelsea FC tidak tinggal diam dan membiarkan isu ini perlahan melunturkan kepercayaan publik dan memecah belah internal. Pihak Chelsea pun akhirnya mengambil langkah yang sangat bijak dari kaca mata Public Relations dengan mengeluarkan pernyataan dukungan penuh terhadap Jose Mourinho dan skuat Chelsea lewat situs resmi Chelsea: "Klub menaruh kepercayaan pada manajer dan skuat. Klub ingin menjelaskan bahwa Jose tetap mendapat dukungan penuh kami. Seperti yang dikatakan oleh Jose sendiri, tim tidak mendapat hasil yang cukup baik dan tim harus memperbaiki performa mereka. Namun, kami percaya bahwa kami punya manajer yang tepat untuk memperbaiki situasi yang terjadi di musim ini dan ia punya skuat untuk melakukannya." Lewat pernyataan singkat tersebut, Chelsea FC dengan tegas menyatakan dukungannya pada manajer dan skuat, sekaligus membantah berita-berita negatif tentang isu pergantian pelatih, perpecahan dalam ruang ganti, dan ketidakharmonisan antara pemilik dan manajer. Dan Crisis Management yang dijalankan tim Public Relations Chelsea FC tersebut berbuah manis. Tak sampai satu hari setelah pernyataan resmi dirilis, pemberitaan media yang semula menyudutkan, perlahan mereda. Dan tentunya menuliskan pernyataan pihak Chelsea tersebut. Dampak lebih jauh, setidaknya, kini Jose Mourinho dan skuat Chelsea bisa berlatih dengan lebih tenang, tanpa perlu lagi mengkhawatirkan rumor yang diberitakan media. Dan hal itu terjadi berkat praktik Public Relations. Sejatinya, berbagai tindakan yang bertujuan mengeratkan hubungan sebuah badan/ perusahaan dengan publik, bisa dikatakan kegiatan External Public Relations. Dari riset yang saya lakukan, baru Persib Bandung, kesebelasan Indonesia yang rutin menjalankan praktik Public Relations lewat akun resmi Twitter mereka @persib. Setiap pertandingan usai, @persib selalu mengucapkan terima kasih kepada para sponsor yang membantu pembiayaan klub. Tindakan yang terlihat sederhana itu sebenarnya berdampak luar biasa. Pihak sponsor akan sangat senang melihat brand & produk miliknya ‘dipromosikan’ dan diakui oleh Persib dan Bobotoh. Sementara bagi Bobotoh, ini merupakan hal yang membanggakan, melihat kesebelasan kesayangannya memiliki kekuatan finansial yang stabil berkat dukungan para sponsor. Dengan engagement seperti ini, Persib menurut saya pribadi telah berhasil melakukan kegiatan Public Relations yang sustain dan patut dicontoh oleh klub Indonesia lainnya. Seperti itulah bagaimana PR bekerja lewat sepakbola.
Anak muda yang mendalami dunia komunikasi konsultatif di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Rutin perform & menulis lagu untuk sebuah band alternative-rock. Beredar di dunia maya dengan akun Twitter @stefanusth92.
[gambar] => http://panditfootball.com/wp-content/uploads/2015/10/chelseaindo.png [tanggal] => 15 Oct 2015 [counter] => 9.065 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [penulis_desc] => Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com 1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan 2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word 3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll) 4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan) [penulis_initial] => PSH [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [categories] => Array ( [0] => Array ( [kategori_id] => 18 [kategori_name] => Editorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial [status] => 1 [counter] => 203 ) [1] => Array ( [kategori_id] => 4969 [kategori_name] => Advetorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial [status] => 1 [counter] => 46 ) [2] => Array ( [kategori_id] => 6729 [kategori_name] => tentang [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang [status] => 1 [counter] => 0 ) [3] => Array ( [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [status] => 1 [counter] => 183 ) [4] => Array ( [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing [status] => 1 [counter] => 613 ) [5] => Array ( [kategori_id] => 6719 [kategori_name] => Terbaru [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru [status] => 1 [counter] => 0 ) [6] => Array ( [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita [status] => 1 [counter] => 3271 ) [7] => Array ( [kategori_id] => 151 [kategori_name] => Fantasy Premier League [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture [status] => 1 [counter] => 930 ) [8] => Array ( [kategori_id] => 1385 [kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi [status] => 1 [counter] => 2 ) [9] => Array ( [kategori_id] => 3 [kategori_name] => Analisis [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan [status] => 1 [counter] => 1270 ) [10] => Array ( [kategori_id] => 5 [kategori_name] => Football Culture [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture [status] => 1 [counter] => 31 ) [11] => Array ( [kategori_id] => 2049 [kategori_name] => Nasional [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional [status] => 1 [counter] => 87 ) [12] => Array ( [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita [status] => 1 [counter] => 3163 ) ) [populer_tag] => Array ( [0] => stdClass Object ( [tag_id] => 20 [tag_name] => EPL [tag_slug] => epl [status_tag] => 0 [hitung] => 1279 ) [1] => stdClass Object ( [tag_id] => 7021 [tag_name] => Indonesia [tag_slug] => indonesia [status_tag] => 2 [hitung] => 867 ) [2] => stdClass Object ( [tag_id] => 6143 [tag_name] => Manchester United [tag_slug] => manchester-united [status_tag] => 0 [hitung] => 639 ) [3] => stdClass Object ( [tag_id] => 6502 [tag_name] => Liga Champions Eropa [tag_slug] => liga-champions-eropa [status_tag] => 0 [hitung] => 495 ) [4] => stdClass Object ( [tag_id] => 63 [tag_name] => Chelsea [tag_slug] => chelsea [status_tag] => [hitung] => 479 ) [5] => stdClass Object ( [tag_id] => 42 [tag_name] => Arsenal [tag_slug] => arsenal [status_tag] => [hitung] => 474 ) ) [populer_sidebar] => Array ( [0] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/taktik/215443/PFB/240317/sekarang-thiago-motta-tidak-akan-diejek-lagi [judul] => Sekarang, Thiago Motta Tidak Akan Diejek Lagi [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/FI%20BOLOGNSA.jpeg [tanggal] => 17 Mar 2024 [counter] => 7.470 ) [1] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215427/PFB/240117/indonesia-vs-irak-mengapa-wasit-tidak-menganulir-gol-kedua-irak [judul] => Indonesia vs Irak : Mengapa Wasit Tidak Menganulir Gol Kedua Irak [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FPL%202023-2024/WhatsApp%20Image%202024-01-16%20at%2010.26.01%20PM.jpeg [tanggal] => 17 Jan 2024 [counter] => 5.399 ) [2] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215442/PFB/240302/siapa-bisa-hentikan-inter-di-serie-a [judul] => Siapa Bisa Hentikan Inter di Serie A? [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Italia/FI%20-%20Dominasi%20Inter.jpeg [tanggal] => 02 Mar 2024 [counter] => 4.889 ) [3] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/cerita/215428/PFB/240117/eritrea-dan-kisah-pemain-yang-kabur-dari-negaranya [judul] => Eritrea dan Kisah Pemain yang Kabur dari Negaranya  [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Afrika/FI%20ERITREA.jpeg [tanggal] => 17 Jan 2024 [counter] => 1.911 ) ) [terbaru_sidebar] => Array ( [0] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215481/PFB/240923/ [judul] => Penunjuk Jalan Menuju Panah Hijau di FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20PENUNJUK%20JALAN.png [tanggal] => 23 Sep 2024 [counter] => 277 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [1] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215487/PFB/240918/ [judul] => Simulasi Pemain Timnas Jadi Aset FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20SIMULASI%20PEMAIN%20TIMNAS%20JADI%20ASET%20FPL.png [tanggal] => 18 Sep 2024 [counter] => 208 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [2] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215482/PFB/240912/ [judul] => Kupas Misteri Naik Turun Harga Aset di FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HARGA%20ASET.png [tanggal] => 12 Sep 2024 [counter] => 389 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [3] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215480/PFB/240912/ [judul] => Dilema Kepemilikan Erling Haaland: Madu atau Racun? [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HAALAND%20MADU%20ATAU%20RACUN.png [tanggal] => 12 Sep 2024 [counter] => 618 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) ) [categories_with_count] => Array ( [0] => Array ( [kategori_id] => 18 [kategori_name] => Editorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial [status] => 1 [counter] => 203 ) [1] => Array ( [kategori_id] => 4969 [kategori_name] => Advetorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial [status] => 1 [counter] => 46 ) [2] => Array ( [kategori_id] => 6729 [kategori_name] => tentang [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang [status] => 1 [counter] => 0 ) [3] => Array ( [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [status] => 1 [counter] => 183 ) [4] => Array ( [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing [status] => 1 [counter] => 613 ) [5] => Array ( [kategori_id] => 6719 [kategori_name] => Terbaru [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru [status] => 1 [counter] => 0 ) [6] => Array ( [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita [status] => 1 [counter] => 3271 ) [7] => Array ( [kategori_id] => 151 [kategori_name] => Fantasy Premier League [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture [status] => 1 [counter] => 930 ) [8] => Array ( [kategori_id] => 1385 [kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi [status] => 1 [counter] => 2 ) [9] => Array ( [kategori_id] => 3 [kategori_name] => Analisis [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan [status] => 1 [counter] => 1270 ) [10] => Array ( [kategori_id] => 5 [kategori_name] => Football Culture [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture [status] => 1 [counter] => 31 ) [11] => Array ( [kategori_id] => 2049 [kategori_name] => Nasional [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional [status] => 1 [counter] => 87 ) [12] => Array ( [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita [status] => 1 [counter] => 3163 ) ) [meta_title] => Bukan Keberuntungan yang Bawa Albania ke Piala Eropa [meta_desc] => Albania dan Serbia berfoto bersama sebelum pertandingan di Elbasan, 8 Oktober lalu. Seratus pelajar Serbia di Albania pun menonton langsung di Elbasan Arena sebagai tamu undangan Edi Rama, presiden... [meta_keyword] => albania,Piala Eropa 2016 [meta_image] => http://panditfootball.com/wp-content/uploads/2015/10/Albania.jpg [meta_url] => https://panditfootball.com/article/show/cerita/186743/PFB/151015/assets/images/logo/piala-eropa-2016 [js_custom_page] => [socmed_facebook] => [socmed_instagram] => Array ( [id_option] => 26 [name_option] => socmed_instagram [value_option] => https://www.instagram.com/panditfootball/ [desc_option] => @panditfootball ) [socmed_youtube] => Array ( [id_option] => 25 [name_option] => socmed_youtube [value_option] => https://www.youtube.com/@pandit.football [desc_option] => @pandit.football ) [socmed_twitter] => Array ( [id_option] => 24 [name_option] => socmed_twitter [value_option] => https://x.com/panditfootball [desc_option] => @panditfootball ) ) 1
PANDIT FOOTBALL INDONESIA

Bukan Keberuntungan yang Bawa Albania ke Piala Eropa

Bukan Keberuntungan yang Bawa Albania ke Piala Eropa
Font size:

Albania dan Serbia berfoto bersama sebelum pertandingan di Elbasan, 8 Oktober lalu. Seratus pelajar Serbia di Albania pun menonton langsung di Elbasan Arena sebagai tamu undangan Edi Rama, presiden Albania. Semuanya dilakukan sebagai gesture persahabatan dari sebuah pertandingan antara dua kesebelasan yang setahun sebelumnya diwarnai kerusuhan di lapangan.

Semua itu, dan penjagaan ketat pihak keamanan, tidak mengubah satu fakta: kemenangan atas Serbia akan terasa sangat manis bagi Albania. Pertama, karena kemenangan itu akan mengantar Albania lolos ke Piala Eropa untuk kali pertama. Kedua, karena Albania memastikan kelolosannya di atas kekalahan Serbia. Sebagai catatan: Albania dan Serbia berada di sisi yang berseberangan mengenai kemerdekaan Kosovo. Konflik politik terbawa ke sepakbola. Skenario sempurna sudah ada di depan mata. Namun semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Albania batal berpesta di Elbasan. Serbia mencetak kedua gol kemenangan mereka setelah menit ke-90; lewat Aleksandar Kolarov 90+0.19 dan Adem Ljajic 90+3.12. Serbia merayakan pesta kecil di atas batalnya pesta besar Albania. Namun kekalahan di Elbasan pada akhirnya terbukti tidak lebih dari pesta yang tertunda tiga hari saja. Sepanjang putaran kualifikasi, Albania tampil rapat di pertahanan dalam formasi 4-5-1. Karenanya, tidak pernah Albania menang dengan selisih lebih dari satu gol. Bahkan hanya dalam satu pertandingan saja Albania mencetak dua gol; saat menang kandang melawan Armenia, 29 Maret 2015. Pada pertandingan terakhir Grup I, Albania menang tiga gol tanpa balas melawan Armenia. Tiga hari setelah gagal mengunci kelolosan dengan mengalahkan Serbia di Elbasan, Albania berpesta setelah menang meyakinkan atas Armenia di Yerevan. Karenanya Albania lolos ke Prancis sebagai runner-up Grup I, di belakang Portugal dan di atas Denmark. “Ketika saya katakan Albania akan lolos, orang-orang menertawakan saya,” kata Gianni De Biasi, pelatih kepala Albania. Wajar orang-orang berpikiran demikian. Albania memang kesebelasan kecil. Memiliki sejarah nyaris lolos pun tidak. Ditambah lagi mereka berada satu grup dengan Portugal, Denmark, dan Serbia yang di atas kertas jauh lebih kuat. Yang lebih wajar dari pesimisme terhadap Albania adalah luapan emosi kapten kesebelasan, Lorik Cana. “Walau mengalahkan kami, mereka (Serbia) akan menonton kami di Prancis sambil minum bir di depan teve,” ujar Cana. Ia termasuk beberapa pemain Albania yang dapat membela Kosovo, negara yang kemerdekaannya tidak diakui Serbia. Orang-orang berhak berargumen Albania beruntung. Karena memang demikian. Tiga dari 14 angka yang mereka raih berasal dari pertandingan yang tidak selesai. Kerusuhan di Beograd membuat UEFA menjatuhkan hukuman pemotongan tiga angka kepada Serbia dan menghadiahi Albania dengan kemenangan 3-0. Tanpa tiga angka dari Beograd, Albania hanya akan menduduki peringkat ketiga, satu angka di belakang Denmark. Namun jelas tidak sepenuhnya Albania lolos karena keberuntungan. Faktor keberuntungan kecil sumbangannya; hanya 21,43% saja. Sebelas angka lainnya Albania raih dengan permainan disiplin yang membawa mereka menang kandang di Portugal, dua kali bermain imbang dengan Denmark, dan dua kali menang atas Armenia. Tinggal kita nantikan saja sejauh mana permainan serupa membawa Albania melaju di putaran final nanti.
Luapan Energi Pep Guardiola
Artikel sebelumnya Luapan Energi Pep Guardiola
Praktik Public Relations dalam Sepakbola
Artikel selanjutnya Praktik Public Relations dalam Sepakbola
Artikel Terkait