Menyoroti Keputusan-Keputusan Wasit di Piala Jenderal Sudirman

Menyoroti Keputusan-Keputusan Wasit di Piala Jenderal Sudirman
Font size:
Mahaka Sports and Entertainment belum mengumumkan siapa wasit yang akan memimpin partai final Piala Jenderal Sudirman (PJS), Minggu (24/1). Sekretaris Jenderal Turnamen, Cahyadi Wanda, seperti dikutip Goal, menyatakan kalau sang pengadil tak akan jauh dari yang bertugas saat semifinal. Artinya, salah satu dari Dodi Setiawan Purnama, Thoriq Alkatiri, Iwan Sukoco, dan AR Salaasa, berpeluang menjadi wasit untuk final nanti. CEO Mahaka, Hasan Abdulgani, kepada Goal, menyatakan kalau nama wasit untuk partai final tidak bisa diumumkan. Pasalnya, mereka ingin menjaga independensi para wasit karena partai final tensinya amat tinggi. “Yang memimpin partai final, itulah yang menjadi wasit terbaik,” kata Hasani dikutip dari Republika. Dalam setiap kompetisi atau turnamen, peran wasit kerap mendapatkan sorotan, tak terkecuali di PJS. Sejumlah kesebelasan, termasuk Semen Padang dan Mitra Kukar pernah merasa dirugikan oleh wasit baik di babak kualifikasi, delapan besar, ataupun semifinal. Pada awal penyelenggaraan, Mahaka menyatakan hanya menugaskan wasit dengan kualitas terbaik. Ketua Organizing Comitte PJS, Letnan Jenderal TNI Agus Sutomo, bahkan menegaskan selama h-2 sampai h-3 jelang pertandingan, wasit yang telah ditunjuk akan diisolasi. “Hal ini dilakukan agar mereka tidak terkontaminasi secara pikiran,” kata Letjen Agus dikutip dari Pikiran Rakyat. Tentu, wasit juga manusia. Adakalanya mereka berbuat salah. Ini yang membuat Mahaka menerapkan denda besar buat pemain yang memprotes wasit secara berlebihan. Buat pemain yang mengancam apalagi memukul wasit akan didenda sebesar 100 juta rupiah. Kalau ada kerusuhan atau perkelahian di lapangan, Mahaka pun menerapkan denda sebesar 50 juta rupiah. Babak Kualifikasi Persipasi Bandung Raya (PBR) menjadi kesebelasan pertama yang protes soal wasit di media. Pelatih PBR, Pieter Huistra, menyatakan kalau ia kecewa dengan beberapa keputusan wasit yang dirasa merugikan timnya. “Saya bekerja tidak untuk menilai wasit, tetapi untuk perbaikan pemain di lapangan. Ada rasa kecewa sebenarnya. Ada tendangan bebas yang tidak seharusnya kami terima, tetapi saya tidak mau menghakimi wasit,” kata Huistra dikutip dari Berita Jatim. Kala itu, PBR kalah 2-4 dari Arema Cronus. Pada pekan pertama, protes yang paling nyaring terdengar dari arsitek Semen Padang, Nil Maizar. Nil mengaku tak senang dengan kepemimpinan wasit Najamudin Aspiran yang memberikan penalti pada Persipura jelang akhir babak kedua. Penalti tersebut berasal dari bola tendangan Lukas Mandowen yang menurut wasit mengenai tangan Mamadou El Haji. Atas penalti tersebut, Persipura menyamakan kedudukan menjadi 2-2. “Masa seperti itu penalti? Nanti silakan lihat siaran ulangnya. Itu sangat tidak bagus untuk sepakbola Indonesia,” kata Nil dikutip dari Liputan 6. Ia pun membeberkan fakta soal kepemimpinan Najamudin yang kerap bermasalah seperti yang pernah kami tulis di sini. “Memang wasit juga manusia. Tapi kalau melakukan kesalahan berulang-ulang kan tidak boleh. Keputusan wasit turut menentukan nasib sebuah tim. Sebaiknya, dalam menentukan wasit, dilihat pengalamannya, track record-nya, sehingga bisa adil memimpin pertandingan,” ucap Nil dikutip dari Goal. Pada akhir November, Komisi Wasit PJS mengistirahatkan dua wasit dan satu asisten. Ini merupakan hasil dari evaluasi yang mereka lakukan tiap usai pertandingan. “Setiap selesai pertandingan, kita evaluasi. Kalau wasit salah, maka langsung kita off-kan,” kata Wakil Komisi Wasit, Letkol Zainul Arifin, dikutip dari Bola.net. Ini merupakan respons dari sejumlah keluhan yang dilontarkan sejumlah kesebelasan termasuk Persib Bandung. Pelatih Persib, Djadjang Nurdjaman, menilai kalau terdapat penurunan kualitas wasit yang memimpin PJS. “Kalau boleh saran, dari kepemimpinan wasit kayaknya agak menurun,” ucap Djadjang dikutip dari Tempo, “Ini terasa banget buat Persib.” Berdasarkan catatan Tempo, dua kali Djadjang melakukan protes yakni saat dikalahkan Surabaya United dan PBFC. Meskipun demikian, Djadjang tak ambil pusing. The Legend, Iwan Sukoco Setelah Semen Padang, Sriwijaya FC (SFC) pun merasa dirugikan wasit Iwan Sukoco kala dikalahkan 0-1 oleh Persija Jakarta. Dilansir dari Tribun News, manajemen SFC langsung melayangkan surat protes atas kepemimpinan wasit. Manajer SFC, Nasrun Umar, menyatakan kalau wasit amat timpang dalam menjalankan tugas. Nasrun pun mempertanyakan mengapa Iwan bisa memimpin dua pertandingan yang melibatkan satu klub yang sama (Persija). “Surat protes tertulis sudah kami layangkan dan ke depannya pihak penyelenggara harus mengkaji ulang memakai wasit  yang bersangkutan. Apalagi keluhan sama sudah disampaikan tim lain. Di Piala Presiden lalu, Iwan Sukoco juga memiliki track record yang kurang baik,” kata Nasrun dikutip Tribun News. Yang dimaksud Nasrun soal Piala Presiden adalah pertandingan Pusamania Borneo FC (PBFC) menghadapi Persib Bandung di Samarinda. Ada sejumlah keputusan Iwan yang dianggap merugikan Persib sebagai tim tandang. Puncaknya, Iwan meniupkan peluit sebelum waktu benar-benar habis. Saking kecewanya, bahkan ada yang membuat petisi agar Iwan tidak lagi memimpin laga Persib. Setelah pertandingan tersebut, Hasani langsung menyelidiki soal kesalahan Iwan tersebut apakah ada kesengajaan atau human error. Ia pun menyatakan kalau Iwan akan diistirahatkan usai pertandingan perempatfinal Piala Presiden tersebut. Protes di Delapan Besar Babak delapan besar pun tak lepas dari protes terhadap wasit. Persija Jakarta yang dikalahkan 1-3 oleh Mitra Kukar, menyatakan ketidakpuasannya atas kepemimpinan wasit Muslimin. “Saya tidak puas dengan keputusan wasit hari ini. Namun, saya tidak menyalahkan wasit,” kata asisten pelatih, Jan Saragih dikutip dari Berita Satu. Jan pun meminta Mahaka mengevaluasi perangkat pertandingan agar turnamen berjalan baik. “Kita juga yang malu karena semua pertandingan disiarkan langsung lewat televisi,” ungkap Jan dikutip dari Sidomi, “Saat penyisihan grup di Malang lalu, gol Pacho juga dianulir. Sepertinya kami memang ditakdirkan seperti itu.”

Seminggu kemudian, giliran Persipura yang protes kepemimpinan wasit. Kala itu, mereka dikalahkan PBFC lewat adu penalti yang membuat Persipura gagal lolos ke semifinal.

“Kami selalu dirugikan oleh keputusan wasit. Kemarin, melawan Arema, dan sekarang melawan Pusamania. Saya tahu wasit bisa salah. Namun, kesalahan itu banyak dilakukan kepada kami,” kata pelatih Persipura, Osvaldo Lessa, dikutip dari Goal, “Kami menyiapkan tim dengan latihan keras selama seminggu ini. Tetapi sepertinya kerja keras kami hilang akibat buruknya keputusan wasit.” Halaman berikutnya, Wasit Semifinal dan Menuju Kesempurnaan Wasit Semifinal Melihat pernyataan Cahyadi Wanda, wasit babak final kemungkinan besar berasal dari wasit semifinal. Namun, wasit semifinal pun tidak benar-benar bersih dari protes. Pertandingan leg pertama antara PBFC menghadapi Semen Padang tidak lepas dari protes terhadap wasit. Kali ini giliran wasit Thoriq Alkatiri yang menjadi sasaran. Sejumlah keputusan Thoriq dianggap memberatkan Semen Padang karena memberi PBFC tendangan penalti serta meng-kartu-merah-kan Vendry Mofu. Kepada Goal, Nil pun enggan berkomentar, “Sudahlah, capek komentar soal wasit. Lebih baik saya pasang jurus no comment saja pada media jika ditanya soal kepemimpinan wasit.”
baca juga Human Error dalam Senyum Getir Nil Maizar
Asisten manajer Semen Padang, Very Mulyadi, menyoroti perilaku sejumlah pemain senior PBFC seperti Ponaryo Astaman, Hamka Hamzah, dan Diego Michiels yang memperlihatkan bahasa tubuh seperti memprovokasi pemain Semen Padang dan berusaha memengaruhi keputusan-keputusan wasit. Kepemimpinan Thoriq pun sampai diprotes Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah. Ia menilai wasit tidak profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pengadil. “Ketika seharusnya offside, justru tidak offside. Ada juga pemain yang dikasari hingga berdarah, tetapi wasit tidak mengambil keputusan apapun. Wasit itu kan harus berada di tengah-tengah,” ucap Mahyeldi kepada Indopos. Pada leg kedua, ada sejumlah keputusan wasit yang dianggap memberatkan Semen Padang. Iwan Sukoco yang memimpin laga tersebut menganulir gol Semen Padang pada menit ke-13 dan menit ke-56 karena terjebak offside. Iwan pun memberi kartu kuning kedua untuk Hendra Bayauw. Meskipun demikian nada protes tidak terdengar nyaring. Pasalnya, Semen Padang pada akhirnya mengamankan tiket ke babak final dalam pertandingan yang berakhir 2-0 dan dilanjutkan tendangan penalti tersebut. Dalam pertandingan lainnya, Mitra Kukar meskipun menang 2-1 atas Arema Cronus di Tenggarong, merasa kalau wasit masih kurang jeli. Yang paling menonjol adalah gol Arema yang dianggap kontroversial. Berdasarkan JPNN, dari tayangan ulang terlihat bola mengenai tangan Christian Gonzalez, tapi wasit AR Salassa mengesahkan gol tersebut. “Saya berharap wasit bisa lebih adil dalam memimpin pertandingan di leg kedua. Kalau kami dirugikan lagi, saya pribadi ingin berhenti bermain dan mengajak pemain lain untuk tak melanjutkan pertandingan,” kata Shahar Ginanjar, kiper Mitra Kukar dikutip JPNN. Pada leg kedua yang diselenggarakan di Kanjuruhan, Shahar kembali tak puas dengan penampilan wasit yang kala itu dipimpin Dodi Setya Permana. Ia menganggap performa wasit amat buruk, termasuk dua kartu merah dan hadiah tendangan penalti. “Semua orang dan semua klub sudah tahu, saat bertamu ke Malang otomatis Arema selalu dikasih penalti. Makanya pelatih dan manajemen selalu memberi tahu kami agar berhati-hati saat duel di kotak penalti. Karena kami tahu kepemimpinan wasit selalu tidak baik saat bertamu ke kandang Arema,” kata Shahar dikutip Bola.net. Dalam pertandingan tersebut Arema menang 2-1 yang membuat aggregat menjadi imbang 3-3. Pertandingan dilanjutkan dengan adu tendangan penalti. Mitra Kukar pun lolos ke babak final setelah menang 3-2. Menuju Kesempurnaan Kalau mau berpikiran baik, apa yang terjadi di PJS soal kepemimpinan wasit barangkali bukan semata karena keberpihakan. Ada faktor kesalahan wasit itu sendiri yang tidak cermat memerhatikan kejadian selama pertandingan. Misalnya, PBR merasa wasit berpihak pada Persija. Namun, Persija pun, di pertandingan lain, merasa kalau wasit berat sebelah. Hal serupa juga terjadi pada pertandingan leg kedua Arema menghadapi Mitra. Mitra Kukar merasa dirugikan dengan segala keputusan wasit. Di sisi lain, Arema pun merasakan hal yang sama. Pemain Arema, Toni Mossi, heran dengan keputusan wasit yang memberinya kartu merah. “Saya tidak tahu apa yang ada di kepalanya. Keputusannya amazing. Saya sangat shock. Mungkin saya layak dapat kartu kuning, mungkin. Tapi kartu merah…” kata Mossi dikutip dari Tribunnews. Kekecewaan juga disampaikan pelatih Arema, Joko Susilo. Ia heran dengan keputusan kartu merah Mossi. Padahal, ia menganggap kalau Mossi adalah korban dari keributan tersebut. Dari fakta di atas, kita melihat kalau kesebelasan yang dianggap diuntungkanpun sebenarnya merasa dirugikan oleh kinerja wasit. Tuduhan wasit A yang mendukung klub A sejatinya tidak menyelesaikan apa-apa. Malahan, kedua kesebelasan bisa saja tersulut emosi saat wasit alpa dalam sebuah keputusan. Hal yang mesti dipahami adalah wasit merupakan entitas yang membuat sebuah pertandingan terlegitimasi. Wasit hadir sebagai pihak netral yang membuat keputusan atas sebuah keadaan. Namun, wasit juga manusia yang mungkin membuat kesalahan. Operator PJS telah melakukan evaluasi kepada wasit setiap usai pertandingan. Mereka pun selalu di-briefing jelang memimpin pertandingan. Artinya, pihak penyelenggara sebenarnya telah menyiapkan wasit sebaik mungkin. Kini, giliran penonton, pemain, pelatih, dan mereka yang terlibat untuk menghormati keputusan wasit. Kalau bicara soal kesalahan, semua wasit pun bisa melakukan hal sama. Ingat, wasit terbaik Inggris, Graham Poll, pernah membuat kesalahan amat fatal: memberi tiga kartu kuning kepada satu pemain yang sama, di Piala Dunia. Wasit Inggris lainnya, Howard Webb, pernah mendapatkan ancaman pembunuhan karena memberikan tendangan penalti untuk Austria di Piala Eropa 2008. Kini, kita tinggal berharap bagaimana wasit yang memimpin pertandingan esok bisa mencapai kesempurnaan.  
Leicester City Resmi Dapatkan Pemain Baru untuk Memperbaiki Lini Belakang
Artikel sebelumnya Leicester City Resmi Dapatkan Pemain Baru untuk Memperbaiki Lini Belakang
Ada Inggris di Balik Kostum Athletic Bilbao
Artikel selanjutnya Ada Inggris di Balik Kostum Athletic Bilbao
Artikel Terkait