Array
(
    [article_data] => Array
        (
            [artikel_id] => 209848
            [slug] => https://panditfootball.com/sains-bola/209848/PFB/170903/keamanan-stadion-bukan-cuma-fasilitas-dan-petugas-tapi-juga-perilaku-penonton
            [judul] => Keamanan Stadion Bukan Cuma Fasilitas dan Petugas Tapi Juga Perilaku Penonton
            [isi] => 

Saya punya mimpi untuk berekreasi ke stadion bersama keluarga sambil menonton pertandingan sepakbola. Jika saya sedang membicarakan stadion di Inggris, Jerman, atau Jepang, mungkin yang menjadi unsur “mimpi” di kalimat tersebut hanya tempatnya, karena saya harus merogoh kocek sangat dalam untuk merealisasikannya. Tapi jika saya sedang membicarakan stadion di Indonesia, unsur “mimpi” di kalimat tersebut malah semakin menggelikan karena hampir pasti tidak akan terealisasikan.

Namun, jangan suudzon dulu dengan Indonesia. Pada kenyataannya, pelaksanaan acara olahraga bisa memakan sebanyak 2.000 korban jiwa setiap tahunnya. Keselamatan dan keamanan penonton di fasilitas olahraga telah menjadi hal yang sangat penting di seluruh dunia pada tahap desain, konstruksi, pelaksanaan pertandingan, dan pengelolaan fasilitas olahraga dengan langkah-langkah yang diberlakukan untuk menjamin keamanan dan keselamatan di fasilitas olahraga, khususnya stadion sepakbola.

Kasus terbaru mengenai kematian Catur Yuliantono, suporter tim nasional Indonesia, di pertandingan persahabatan antara Indonesia melawan Fiji, menjadi buah bibir dalam kasus yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan ini.

Almarhum meninggal di tribun timur setelah terkena luncuran petasan roket dari tribun yang letaknya sebenarnya cukup jauh, tribun selatan. Kita bisa mencari kambing hitam dari kejadian ini: oknum peluncur petasan, pihak keamanan, desain stadion, nasib korban, angin yang membuat luncuran petasan mengarah ke tribun timur, dan masih banyak alasan lainnya.

Jujur saja, menonton pertandingan sepakbola di stadion sudah dianggap sebagai salah satu kegiatan yang berisiko. Intinya, banyak aspek yang memengaruhi keamanan dan keselamatan di stadion sepakbola. Kita tidak bisa hanya menunjuk satu kambing hitam pada kejadian Indonesia melawan Fiji yang memakan korban dari situasi yang sebenarnya tidak penting-penting amat, yaitu petasan nyasar.

https://twitter.com/panditfootball/status/903992178007048192

Peran desain dan manajemen dalam keamanan dan keselamatan stadion sepakbola

Dalam beberapa jurnal dan peraturan yang saya tinjau mengenai stadion sepakbola, ada banyak aspek desain diatur untuk keselamatan ekstra seperti desain tangga dan koridor di mana kecelakaan dan “kemacetan manusia” biasa terjadi, material bangunan, pemisahan perimeter (dengan pagar pemisah), sampai pemisah antara tribun dan lapangan (di Indonesia umumnya adalah parit atau trek atletik).

Hal-hal di atas bukan lah penyelesaian desain yang mengedepankan estetika, tetapi salah satu yang efektif di Indonesia. Stadion Patriot Chandrabhaga sebenarnya sudah memenuhi semua aspek desain di atas, sehingga kita bisa berlanjut ke aspek berikutnya.

Dari aspek manajemen, aktivitas di stadion akan memengaruhi manajemen perencanaan operasional, misalnya pada keamanan, evakuasi, pengaturan alur penonton, zoning, dan lain sebagainya, sehingga akses masuk harus dibuat terbatas jumlahnya, tetapi bisa ditambah ketika penonton membludak untuk menghindari overcrowd. Harus ada pemisah yang jelas untuk penonton tandang.

Pada FIFA Stadium Safety and Security Regulations, dua hal yang menjadi fokus pada kajian infrastruktur yang berkaitan dengan penonton adalah (1) alur penonton dan pemisahan wilayah, dan (2) faktor pengawasan umum.

Penegasan pelarangan membawa barang yang rentan api juga menjadi hal penting di Indonesia, umumnya adalah korek api, rokok, apalagi suar (flare) dan petasan. Hal ini membuat security check pada perimiter pertama (body check) akan sangan menentukan. Nah, dari aspek manajemen ini mungkin pihak pengawas Stadion Patriot kecolongan.

Pada intinya begini, apa-apa yang tidak terselesaikan pada aspek desain, maka seharusnya bisa terselesaikan pada aspek manajemen. Tapi, ini kabar buruknya, bencana di stadion tidak sepenuhnya berasal dari kesalahan desain dan manajemen, tapi dari perilaku penonton.

Hal yang tak terselesaikan dari desain dan manajemen: perilaku penonton

Saya bisa bicara soal peraturan desain dan manajemen stadion sepakbola sampai berbusa, tapi pada akhirnya kita tetap akan kecolongan. Membicarakan stadion sepakbola yang aman bukan hanya soal bentuk fisik dan manajemen dari stadion itu sendiri.

Misalnya, Stadion Wembley memiliki desain dan manajemen yang super-aman untuk menggelar pertandingan paling bertensi tinggi seperti Tottenham Hotspur menghadapi Chelsea. Sekarang bayangkan saja begini: jika Stadion Wembley dan seisinya (artinya dalam aspek manajemennya) bisa dipindahkan ke Indonesia dan disuruh menggelar pertandingan yang punya rivalitas panas dengan suporter dari kedua kesebelasan boleh masuk dan menonton, apa bisa menjamin pertandingan akan berjalan aman?

""

Dari sini kita seperti ditabok oleh kita sendiri. Kita tidak bisa menyelesaikan hal-hal elementer dengan sesuatu yang terlalu advanced. Sebagai analogi, kecelakaan lalu lintas bukan merupakan kesalahan polisi ketika polisi yang menilang pengendara motor tanpa helm saja sudah dianggap sesuatu hal yang mengesalkan. Apalagi sampai ada pemakluman tidak memakai helm di jalan raya. 

Ini semua berakar pada diri kita sendiri. Kita harus memperbaiki perilaku sebagai penonton sepakbola. (Baca juga: Mempertanyakan Kontribusi Langsung Suporter kepada Finansial Kesebelasan)

Penyelesaian masalah keamanan dan keselamatan yang berkaitan dengan suporter tidak bisa diselesaikan begitu saja dengan desain maupun manajemen, termasuk penerapan CCTV dan sistem tiket elektronik. Sedangkan edukasi bagi suporter juga dinilai tidak akan terlalu efektif karena menyangkut mental penonton yang pada dasarnya ingin diakui (aktualisasi diri) sehingga tidak akan terhindar dari tindakan kekerasan, baik di dalam maupun di luar stadion.

Ada persamaan antara korban, almarhum Catur Yuliantono, dengan sang peluncur petasan, yaitu persamaan antara orang meninggal dengan orang bodoh. Orang meninggal tidak merasakan dari dampak ia meninggal, tapi yang merasakannya justru adalah orang-orang di sekitarnya. Hal yang sama berlaku untuk orang bodoh.

Mulai dari sekadar membawa botol minum (apalagi melemparnya), rokok, korek api, suar, petasan, senjata tajam, dan lain sebagainya; ya, kalau mau apa-apa, ya, mikir, kek. Mohon maaf jika ada yang tersinggung. Mentalitas bangsa kita dipertaruhkan dari hal-hal elementer seperti ini, baik di stadion sepakbola, di jalan raya, atau dimanapun.


Sumber peraturan:

Sumber jurnal:

Akar masalah:

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/others/Football_stadium_tragedy.JPG [tanggal] => 03 Sep 2017 [counter] => 4.744 [penulis] => dexglenniza [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/Dex_Glenn%C4%B1za_at_Sports_Performance_Lab_Kanoya_JP2.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/dexglenniza [penulis_desc] => Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza [penulis_initial] => DGA [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => sains-bola [kategori_url] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [user_url] => https://dexglenniza.blogspot.com [user_fburl] => http://www.facebook.com/dexglenniza [user_twitterurl] => https://twitter.com/dexglenniza [user_googleurl] => [user_instagramurl] => http://instagram.com/dexglenniza ) [tags] => Array ( [0] => stdClass Object ( [artikel_id] => 209848 [tag_id] => 142 [tag_name] => Wembley [tag_slug] => wembley [status_tag] => [hitung] => 7 ) [1] => stdClass Object ( [artikel_id] => 209848 [tag_id] => 459 [tag_name] => stadion [tag_slug] => stadion [status_tag] => [hitung] => 52 ) [2] => stdClass Object ( [artikel_id] => 209848 [tag_id] => 794 [tag_name] => arsitektur [tag_slug] => arsitektur [status_tag] => [hitung] => 6 ) [3] => stdClass Object ( [artikel_id] => 209848 [tag_id] => 3916 [tag_name] => Desain [tag_slug] => desain [status_tag] => [hitung] => 1 ) [4] => stdClass Object ( [artikel_id] => 209848 [tag_id] => 5772 [tag_name] => manajemen [tag_slug] => manajemen [status_tag] => [hitung] => 3 ) [5] => stdClass Object ( [artikel_id] => 209848 [tag_id] => 7021 [tag_name] => Indonesia [tag_slug] => indonesia [status_tag] => 2 [hitung] => 867 ) [6] => stdClass Object ( [artikel_id] => 209848 [tag_id] => 10079 [tag_name] => Fiji [tag_slug] => fiji [status_tag] => 1 [hitung] => ) [7] => stdClass Object ( [artikel_id] => 209848 [tag_id] => 10125 [tag_name] => Perilaku [tag_slug] => perilaku [status_tag] => 1 [hitung] => ) ) [related_post] => Array ( [0] => Array ( [artikel_id] => 213838 [slug] => https://panditfootball.com/sains-bola/213838/PFB/220813/mengupas-statistik-expected-goals-xg [judul] => Mengupas Statistik Expected Goals (xG) [isi] =>

“Tim A lebih baik dari tim B ketika menyerang, Tim A mencatatkan 10 tembakan sementara tim B hanya 5,” narasi tersebut cukup sering kita dengar ketika membaca atau mendengarkan analisis pertandingan. Tidak salah, tapi tidak terlalu spesifik. Bagaimana jika hanya tiga dari 10 tembakan tim A yang dilepaskan dari dalam kotak penalti?

Jika ingin mencetak gol, sebuah tim harus bukan hanya harus membuat peluang sebanyak-banyaknya, tapi juga sebaik-baiknya. Tim B mungkin hanya melepaskan lima tembakan tapi semua tembakan tersebut diciptakan dari dalam kotak penalti. Artinya, tim B membuat peluang bagus, tidak hanya melepaskan tembakan dari luar kotak penalti seperti tim A.

Statistik expected goals (xG) merupakan peluang sebuah tembakan menjadi gol. xG bisa menggambarkan kualitas peluang. Setiap tembakan memiliki nilai xG masing-masing dengan angka dari nol hingga satu, nol artinya tidak mungkin menjadi gol dan satu artinya pasti menjadi gol. Namun, dalam sepakbola tidak ada hal pasti sehingga tidak ada angka xG yang bernilai nol atau satu.

Opta berperan penting dalam pengembangan statistik ini. Angka xG didapatkan dari analisis dan pengolahan lebih dari 300 ribu data tembakan yang dimiliki oleh Opta. Setiap data memiliki atribut masing-masing seperti jarak dan sudut terhadap gawang, sundulan atau tembakan menggunakan kaki, dan tipe umpan. Atribut tersebut kemudian menjadi faktor nilai besarnya xG.

Semakin jauh dari gawang, maka sebuah tembakan semakin ‘tidak mungkin’ menjadi gol. Begitu pula dengan sudut, semakin sempit sudut maka semakin kecil kemungkinan menjadi gol. Tembakan menggunakan kepala lebih sulit daripada menggunakan kaki. Tipe umpan datar lebih mudah dibanding umpan lambung. Semua faktor tersebut memiliki nilai masing-masing yang kemudian diolah secara matematis untuk mendapatkan nilai angka xG.

Contohnya, terdapat 20.000 tembakan dengan atribut jarak dan sudut tertentu, tembakan kaki, dan tipe umpan datar. Dari total tersebut, 2.000 di antaranya berbuah gol. Artinya, untuk tembakan dengan seluruh atribut yang sama, akan mendapatkan xG senilai 2.000/20.000 atau sama dengan 0,2. Singkatnya seperti itu asal-usul angka xG muncul.

Dalam penerapannya, xG memiliki banyak kegunaan. xG bisa berguna dalam analisis individu dan tim. Untuk akses terhadap data ini, Instat dan Wyscout menyediakan data xG tapi berbayar, xG bisa dilihat secara gratis di Fbref. Meski begitu, penyedia data xG bermuara dari Opta sebagai pengambil data mentah.

Daftar 10 Pencetak Gol Terbanyak Liga Primer Inggris Musim 2019/20

NoNamaGolxGGol-xG
1Jamie Vardy2320,3+2,7
2Pierre-Emerick Aubameyang2215,8+6,2
3Danny Ings2216,7+5,3
4Raheem Sterling2017,1+2,9
5Mo Salah1919,4-0,4
6Harry Kane1810,5+7,5
7Sadio Mane1813,8+4,2
8Anthony Martial1710,9+6,1
9Raul Jimenez1714,7+2,3
10Marcus Rashford1717,3-0,3

Dari data top skor Liga Primer Inggris dan total xG mereka musim lalu, beberapa kesimpulan dapat ditarik. Jamie Vardy sebagai top skor memiliki selisih jumlah gol dan xG yang relatif kecil dibanding tiga pemain teratas. Artinya, Vardy sering berada dalam posisi yang bagus untuk mencetak gol dan menyelesaikannya dengan baik.

Berbeda dengan Harry Kane dengan total xG hampir setengah dari Vardy. Kane tidak banyak mendapatkan peluang bagus, besar kemungkinan karena minimnya kreativitas di Tottenham usai kepergian Christian Eriksen dan performa Dele Alli yang menurun. Meski begitu, Kane tetap menunjukkan bahwa dirinya adalah pemain dengan kemampuan penyelesaian akhir yang baik. Terlihat dari selisih gol terhadap xG yang cukup jauh, artinya Kane bisa menyelesaikan banyak peluang yang secara statistik tidak banyak berbuah gol.

Tidak hanya striker, xG juga bisa digunakan untuk analisis kiper. Terdapat statistik post-shot expected goals (PSxG) yaitu jumlah xG yang dihadapi seorang kiper. Selisih antara jumlah kebobolan dan jumlah PSxG dapat digunakan untuk menganalisis kemampuan kiper mencegah sebuah tembakan menjadi gol. Musim lalu, bisa menebak siapa yang memiliki selisih paling buruk? Ya, Kepa Arrizabalaga.

Untuk analisis tim, comeback Liverpool pada semi final Liga Champions musim 2018/19 menawarkan cerita menarik. Barcelona menang telak di Camp Nou pada leg pertama dengan skor 3-0. Dari skor, terlihat bahwa Barcelona unggul telak dan Liverpool tampak tidak berkutik. Meski begitu, xG kedua tim sebenarnya tidak berbeda jauh. Barcelona mencatatkan 2,3 dan Liverpool mencatatkan 1,6. 

Angka tersebut menggambarkan Liverpool bermain cukup baik namun tidak mampu menyelesaikan peluang dengan baik. Artinya, level Liverpool bukan berarti berada jauh di bawah Barcelona, melainkan pertandingan tersebut hanya hari yang buruk bagi The Reds. Tidak heran pada leg kedua mereka bisa membalikkan keadaan dengan kemenangan 4-0. Liverpool mencatatkan 1,6 xG berbanding 1,0 milik Barcelona.

Terdapat visualisasi xG yang juga menarik yaitu xG story atau xG timeline. Visualisasi data ini memberi gambaran total xG sebuah tim dalam interval waktu tertentu. xG story ini menjadi salah satu fitur baru yang terdapat pada gim Football Manager 2021. Untuk xG story di dunia nyata bisa diakses di Understat.

Kita bisa melihat pada interval waktu mana sebuah tim membuat banyak peluang. Grafik yang stagnan artinya tim tersebut tidak melepaskan tembakan pada interval waktu tersebut. Beberapa hal dapat menjadi pengaruh seperti taktik yang digunakan pelatih, pemain yang berada di lapangan, atau stamina dan level konsentrasi.

""

Salah satu contohnya adalah pertandingan Barcelona menghadapi Real Betis yang berakhir dengan skor 5-2. Ronald Koeman mencadangkan Lionel Messi. Faktor tersebut menjadi salah satu penyebab Barca bermain imbang 1-1 pada babak pertama dengan xG 1,44. 

Messi masuk pada pergantian babak dan tampil impresif. Ia banyak mengancam gawang lawan dan akhirnya mencetak dua gol. Terlihat dari grafik xG pada babak kedua yang terus meningkat hingga Barcelona menyelesaikan pertandingan dengan xG 4,44. Angka xG pada babak kedua jelas lebih tinggi dari babak pertama, artinya masuknya Messi memberi perbedaan signifikan pada kualitas serangan Barcelona.

Terlepas dari berbagai kegunaan, xG juga memiliki kelemahan. Angka xG dari Opta belum memasukkan posisi lawan yang menutup jalur tembakan sebagai atribut tembakan. Selain itu, xG juga tidak mempertimbangkan kemampuan seorang pemain. Contohnya, tembakan dengan xG 0,1 bagi Messi tentu berbeda dengan xG 0,1 bagi Jesse Lingard.

xG memberikan banyak gambaran mendalam tapi pengamatan mata tetap sangat penting dalam sepakbola. Peran statistik adalah melengkapi analisis dari pengamatan mata. Sepakbola tidak dapat dianalisis hanya dari statistik tanpa pengamatan mata. Namun, pengamatan mata tanpa statistik menjadi analisis yang validitasnya belum teruji. Statistik bisa menjadi barang mewah jika tepat digunakan.

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/feature-image-panditpedia-xG.jpg [tanggal] => 13 Aug 2022 [counter] => 11.414 [penulis] => PanditFootball [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball [penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com [penulis_initial] => PND [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola ) [1] => Array ( [artikel_id] => 213846 [slug] => https://panditfootball.com/sains-bola/213846/PFB/201124/mengupas-statistik-expected-assists-xa [judul] => Mengupas Statistik Expected Assists (xA) [isi] =>

Asis dan umpan kunci sering dijadikan acuan kualitas kreativitas seorang pemain. Pemain disebut kreatif jika mampu menciptakan asis dan umpan kunci yang banyak. Namun, asis sendiri adalah umpan yang berujung gol dan umpan kunci adalah umpan yang berujung tembakan, artinya, dua statistik tersebut sangat bergantung pada apa yang dilakukan penerima bola.

Seorang pemain bisa membuat umpan bagus tapi tidak ‘dihargai’ karena penerima bola tidak melepaskan tembakan. Sementara itu, ada momen di mana sebuah umpan tiga meter yang diteruskan dengan tembakan dari luar kotak penalti terhitung sebagai asis karena berujung gol. Statistik expected assists (xA) menyelesaikan permasalahan ini.

xA merupakan peluang sebuah umpan menjadi asis. Statistik ini dapat digunakan untuk menilai kemampuan pemain membuat umpan yang memudahkan penerima untuk mencetak gol. Setiap umpan memiliki nilai xA tanpa harus penerima bola melepaskan tembakan. Oleh karena itu, faktor eksternal yaitu penerima bola dapat dikeluarkan dari perhitungan, tidak seperti asis dan umpan kunci.

Setiap umpan memiliki nilai xA dari nol sampai satu, nol untuk umpan yang tidak mungkin menjadi asis dan satu untuk umpan yang pasti menjadi asis. Namun, tidak ada yang pasti dalam sepakbola sehingga tidak ada xA yang bernilai nol atau satu.

Seperti expected goals (xG), Opta menjadi pencetus statistik ini berkat data mentah yang mereka punya. Opta menganalisis jutaan umpan yang akhirnya berbuah tembakan. Seluruh umpan tersebut memiliki atribut seperti tipe umpan, posisi pengumpan, posisi penerima, dan beberapa lainnya yang cukup kompleks. Seluruh atribut tersebut menjadi faktor penentu nilai xA.

Contohnya, terdapat 300.000 umpan datar dari titik X ke titik Y dengan 30.000 di antaranya menjadi asis. Nilai xA untuk umpan dengan atribut tersebut adalah 30.000/300.000 atau sama dengan 0,1. Nilai xA tersebut akan berlaku untuk seluruh umpan dengan atribut yang sama.

Semula nilai xA mengacu pada nilai xG ketika penerima bola melepaskan tembakan. Beberapa masalah kemudian muncul. Contohnya ketika seorang pemain memberikan umpan dua meter di tengah lapangan, kemudian penerima bola melakukan dribel dan melewati banyak lawan sehingga ia bisa melepaskan tembakan dengan xG besar. Jika nilai xA diambil dari nilai xG, maka besarnya nilai xA tidak sebanding dengan kualitas umpan sebenarnya.

Peluang mencetak gol menjadi lebih besar karena penerima bola melakukan dribel ke lokasi yang lebih baik untuk melepaskan tembakan. Bukan karena umpan dua meter yang relatif mudah dieksekusi. Jadi, nilai xA benar-benar merepresentasikan kualitas umpan tanpa pengaruh dari penerima umpan.

Statistik xA bisa menjadi data pendukung ketika melakukan analisis individu, terutama untuk kemampuan seorang pemain membuat peluang. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, xA bisa memberikan gambaran tentang kualitas umpan tanpa pengaruh aksi lanjutan dari penerima umpan.

Daftar 10 Pemain Premier League 2019/20 Dengan Total xA Terbesar

NoNamaAsisxAAsis-xA
1Kevin De Bryne2018,4+1.6
2Trent Alexander-Arnold139,9+3,1
3Riyad Mahrez98,8+0,2
4Andrew Robertson127,6+4,4
5James Maddison37,4-4,4
6Mo Salah107,3+2,7
7Sadio Mane77,3-0,3
8Emi Buendia77,2-0,2
9Son Heung-min107,0+3,0
10Jack Grealish67-1,0

Jika melihat 10 besar pemain dengan xA terbesar musim lalu di Premier League, tidak heran Kevin De Bruyne berada di urutan pertama. Ia merupakan kreator serangan dengan umpan-umpan menusuk yang memanjakan lini depan Manchester City. Penyelesaian akhir yang baik dari penyerang Manchester City membuat nilai xA dan asis De Bruyne cukup sebanding.

Berbeda dengan James Maddison, tiga asis yang tercatat tidak menggambarkan kreativitas Maddison. Ia merupakan playmaker utama Leicester City musim lalu. Nilai xA yang besar namun asis yang kecil menandakan Maddison sebenarnya kerap membuat umpan bagus namun gagal diselesaikan dengan baik oleh penyerang Leicester. Berbeda dengan Manchester City dan Liverpool yang memiliki sejumlah penyerang berkualitas, lini depan Leicester sangat bergantung pada Jamie Vardy.

Dilansir dari Youtube Football Made Simple, David Silva dan Paul Pogba mengakhiri musim 2017/18 dengan asis hampir sama. Silva mencatatkan 11 asis sementara Pogba mengoleksi 10 asis. Ketika menonton video asis kedua pemain tersebut, sebagian besar asis Pogba merupakan umpan di luar kotak penalti. Sebaliknya, asis Silva banyak merupakan umpan di dalam kotak penalti.

Jumlah asis tidak menceritakan kasus tersebut, kita harus melihat xA untuk mendapatkan gambaran lebih detil. Total xA Silva musim itu adalah 8,83 sementara Pogba hanya 4,59. Artinya, Silva membuat peluang lebih baik dari Pogba meski jumlah asis mereka tidak jauh berbeda. Terbukti dari proses asis Pogba yang sebagian besar berada di luar kotak penalti.

xA memberikan banyak detil lebih dari umpan kunci dan asis namun pengamatan mata tetap penting dalam sepakbola. Statistik berfungsi dalam melengkapi analisis dari pengamatan mata. Sepakbola tidak dapat dianalisis hanya dari statistik tanpa pengamatan mata. Namun, pengamatan mata tanpa statistik menjadi analisis yang validitasnya belum teruji. Statistik bisa menjadi barang mewah jika tepat digunakan.

 
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/feature-image-expected-assist.jpg [tanggal] => 24 Nov 2020 [counter] => 3.907 [penulis] => PanditFootball [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball [penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com [penulis_initial] => PND [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola ) ) [prev_post] => Array ( [artikel_id] => 209847 [slug] => https://panditfootball.com/article/show/pandit-sharing/209847/PFB/170904/villa-dan-icardi-yang-kembali-ke-timnas [judul] => Villa dan Icardi yang Kembali ke Timnas [isi] =>

Oleh: Nanda Rizka Syafriani Nasution

Ada yang menyenangkan di kualifikasi Piala Dunia 2018 kali ini, terutama untuk penggemar David Villa dan Mauro Icardi. Mereka dipanggil untuk membela tim nasional masing-masing. Mereka kembali mengenakan kostum kebanggaan setiap pemain untuk membela tanah kelahirannya.

Lahir di Asturias, 3 Desember 1981, pria bernama David Villa Sanchez itu mengawali kariernya di sebuah klub yang bermarkas di Asturias, Sporting de Gijon. Pemain yang merupakan suami dari Patricia Gonzales itu mengawali karier sepakbolanya dari bawah dengan menjadi pemain Sporting Gijon B sejak 1999 hingga 2001 hingga kemudian bermain di tim utama sejak 2001 hingga 2003.

Villa kemudian pindah ke Real Zaragoza dengan transfer seharga 2,70 juta euro dan bermain hingga 2005, sebelum akhirnya ia pindah ke Valencia dengan mahar 12 juta euro yang menjadi lonjakan dalam karier sepakbolanya. Di Valencia, ia menjadi salah satu pencetak hattrick tercepat (menit ke-80 sampai menit ke-85) yang dibuatnya pada pada 23 April 2006. 

Catatan 59 gol untuk Valencia dan penampilan apik bersama timnas Spanyol membuat Barcelona kepincut dengan pemain yang dijuluki El Guaje tersebut. Ia pun hijrah ke Nou Camp di 2010 dengan transfer 40 juta euro dan menjadi tandem kuat lini depan bersama Pedro Rodriguez dan Messi. Prestasi terbaiknya adalah ketika membawa Barcelona memenangi Liga Champions musim 2010/2011 melawan Manchester United di Wembley dengan skor akhir 3-1 dan Villa mencetak satu gol di pertandingan tersebut. 

Petaka cedera ketika melawan Al-Sadd di Piala Dunia Antarklub membuat Villa menepi selama delapan bulan hingga absen di Piala Eropa 2012. Kembalinya Villa kemudian disambut pendukung Blaugrana pada 19 Agustus 2012 ketika melawan Real Sociedad (masuk menit ke 75 menggantikan Pedro). Barca memenangkan pertandingan dengan skor 5-1 dan Villa juga ikut mencatatkan nama nya di papan skor.

Namun, setelah cedera panjang Villa seperti kehilangan kemampuan mencetak golnya sehingga akhirnya Barcelona melepasnya di 2013 untuk menyeberang ke Vicente Calderon. Hanya bertahan satu musim di Atletico, Villa memutuskan untuk melanjutkan kariernya di Amerika. Villa menerima pinangan New York City FC dengan status free transfer dan kebangkitannya di mulai disana.

Sebagai pencetak gol terbanyak untuk El Matador (97 caps dan 59 gol) dan berhasil membawa Spanyol menjuarai Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010, Villa sempat memutuskan untuk mengakhiri kariernya di timnas. Ia memutuskan pensiun di 2014 setelah memulai perjalanan di timnas Spanyol sejak 9 Februari 2005.

Pencapaiannya di NYCFC dengan 60 gol dari 87 pertandingan serta penghargaan MVP MLS pada 2016 mebuat Julen Lopetegui kembali memanggil pemain berumur 35 tahun itu untuk kembali memperkuat La Furia Roja . Hal ini yang membuat penggemar sepakbola cukup senang dengan kembalinya sang pemain dan bergabung kembali dengan Iniesta dkk. Sang pemain pun mengungkapkan bahwa tidak masalah jika dirinya tidak masuk starting eleven ketika melawan Italia.

Lain Villa, lain pula Icardi

Berbeda dari Villa, Icardi punya cerita lain perihal dirinya yang baru dipanggil oleh Tim Nasional Argentina. Jorge Sampaoli akhirnya memanggil pria yang sempat belajar di La Masia bersama Messi tersebut.

Pria bernama lengkap Mauro Emanuel Icardi Rivero ini lahir di Rosario, Argentina, 19 Februari 1993. Icardi kecil memulai mimpinya sebagai pemain sepakbola dengan bergabung di Vecindario, di Gran Canaria setelah pada usia 6 tahun memutuskan pindah ke Spanyol. 

Icardi yang pernah menimba ilmu di Barcelona setelah direkrut pada 2008 silam tersebut kemudian dipinjamkan ke Sampdoria pada 2011. Ia dipermanenkan oleh klub yang bermarkas di Stadion Luigi Ferraris tersebut di musim 2011/2012 setelah mencatatkan penampilan gemilang selama 6 bulan dengan 13 gol dari 19 penampilan di tim Primavera.

Dari 33 penampilan dan 11 gol di Sampdoria, Maurito, julukan Icardi, kemudian berlabuh ke Internazionale Milan pada 2013 silam dengan mahar sebesar 13 juta euro. Di Inter, Icardi sendiri mencatatkan catatan gemilang dengan 148 penampilan dengan 82 gol dan 22 asis. Meski sempat berseteru dengan para Interisti, sampai sekarang Icardi tetap berseragam Inter bahkan dipercaya untuk memegang jabatan sebagai kapten tim. 

Berbagai catatan apik bersama klub ternyata tidak membuat Icardi langsung bergitu saja melenggang untuk membela negaranya. Banyak asumsi yang dikeluarkan terhadap mengapa sang penyerang belum juga dipanggil padahal sudah menorehkan prestasi di level klub. Salah satu dugaan pun muncul, yaitu karena masalah pribadi yang ia alami.

Cintanya kepada Wanda Nara, perempuan yang enam tahun lebih tua darinya disinyalir membuat Icardi terhambat untuk membela timnas Argentina. Wanda Nara merupakan mantan istri dari Maxi Lopez yang notabene merupakan sahabatnya sejak berseragam Sampdoria.

Maxi merasa sangat dikhianati oleh sahabatnya sendiri setelah mengetahui bahwa istrinya jatuh ke pelukan pria yang usianya lebih muda meskipun saat itu mereka telah mempunyai tiga anak. Wanda memilih untuk bercerai dengan Maxi dan menikah dengan Icardi yang jatuh hati kepada istri seseorang yang dianggapnya idolanya tersebut. Wajar jika Maxi sangat dendam dengan pamain yang saat ini berumur 24 tahun tersebut.

Permasalahan internal dengan Maxi diduga menjadi penyebab Icardi belum juga dipanggil oleh timnas mengingat Maxi sendiri merupakan pemain timnas Argentina. Padahal secara kemampuan, Icardi sudah punya kemampuan yang cukup untuk membela timnas.

Pada Agustus 2017, pelatih Argentina, Jorge Sampaoli memutuskan untuk memanggil Icardi yang dirasa mampu untuk kembali menaikkan asa Argentina untuk lolos ke Rusia setelah di beberapa pertadingan tersendat. Argentina sadar untuk tidak bisa terus bergantung kepada seorang Lionel Messi. Sampaoli mungkin telah membelakangkan masa lalu perdebatan mengenai Icardi yang lebih mementingkan kontribusi gol nya sebagai ujung tombak Inter Milan untuk sesegera mungkin membantu Argentina. 

Mampukah seorang Icardi membuktikan diri dan mampukah ia mempersembahkan gelar untuk La Albiceleste? Dan mampukah seorang David Villa membawa Spanyol menjuarai Piala Dunia 2018?

Welcome back, Villa, and enjoy your moment, Icardi!                   

Penulis adalah mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Sumatera Utara. Biasa berkicau di akun Twitter @anandarizkasn


Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Isi dan opini di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Internasional/David_Villa.jpg [tanggal] => 04 Sep 2017 [counter] => 6.099 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [penulis_desc] => Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com 1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan 2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word 3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll) 4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan) [penulis_initial] => PSH [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [next_post] => Array ( [artikel_id] => 209849 [slug] => https://panditfootball.com/article/show/berita/209849/PFB/170904/mayoritas-skuat-chelsea-man-city-dan-spurs-pemain-non-inggris [judul] => Mayoritas Skuat Chelsea, Man City, dan Spurs Pemain Non-Inggris [isi] =>

Berakhirnya bursa transfer musim panas 2017 memastikan komposisi setiap klub di Eropa. Di Liga Primer Inggris, setiap kesebelasan pun wajib mendaftarkan 25 pemain plus skuat U21 mereka untuk mengarungi musim 2017/2018. Ternyata dari daftar tersebut, Chelsea, Manchester City dan Tottenham Hotspur dihuni oleh mayoritas pemain asing.

Dalam pendaftaran 25 pemain kesebelasan Liga Primer, setiap kesebelasan wajib menyertakan delapan pemain homegrown alias pemain di atas 21 tahun yang merupakan didikan asli akademi klub di negara masing-masing, dalam hal ini Inggris. Artinya, setiap klub Inggris maksimal mendaftarkan 17 pemain non-Inggris untuk skuat mereka. Sementara itu Chelsea, Man City dan Tottenham menjadi kesebelasan yang hanya mendaftarkan empat pemain homegrown untuk skuat utama mereka. Jumlah tersebut merupakan yang paling sedikit di antara kesebelasan Inggris lainnya. 

Chelsea musim ini memang cukup membutuhkan pemain berstatus homegrown. Karena itulah mereka sempat dikaitkan dengan beberapa pemain Inggris dimulai dari Kyle Walker, Ross Barkley, hingga Alex Oxlade-Chamberlain. Pilihan Chelsea akhirnya jatuh pada Daniel Drinkwater dari Leicester City, yang membuat mereka bisa mendaftarkan 20 pemain untuk skuat senior.

Kehadiran Drinkwater membuat Chelsea memiliki empat pemain homegrown. Tiga pemain lainnya adalah Gary Cahill, Cesc Fabregas, dan Victor Moses. Hengkangnya John Terry, Asmir Begovic, serta dipinjamkannya Ruben Loftus-Cheek memang mengurangi jumlah pemain homegrown Chelsea. Walau begitu, mereka masih memiliki Andreas Christiansen dan Charles Musonda, pemain berstatus U21 yang bisa bersaing dengan skuat utama.

Jika Chelsea 20 pemain didaftarkan, Manchester City hanya mendaftarkan 18 pemain senior saja (14 pemain non-Inggris). Sama seperti musim lalu, musim ini pun City kembali hanya memiliki empat pemain homegrown. Jika musim lalu keempat pemain tersebut adalah John Stones, Raheem Sterling, Fabian Delph dan Gael Clichy, musim ini Clichy digantikan Kyle Walker.

Walau begitu, City punya sejumlah pemain U21 dengan kualitas matang seperti Gabriel Jesus dan Leroy Sane. Beberapa pemain U21 lain seperti Bersant Cellina, Tosin Aradabioyo, dan Brahim Diaz pun sejak musim lalu seringkali menghiasi skuat City. Apalagi Diaz tampil cukup mengesankan selama pramusim.

Sementara itu untuk Tottenham pun mengalami apa yang dialami Chelsea. Musim lalu Spurs memiliki enam pemain homegrown, yakni Harry Kane, Ben Davies, Danny Rose, Kieran Trippier, Kyle Walker dan Tom Carroll. Akan tetapi dua nama terakhir hengkang ke kesebelasan lain. 

Menyadari hal ini, pada bursa transfer musim panas ini Spurs lebih berinvestasi dengan membeli pemain U21. Mereka adalah Davinson Sanchez dari Ajax Amsterdam dan Juan Foyth dari Estudiantes. Kedatangan dua pemain tersebut menambah kekuatan Spurs dari pemain U21 yang sudah bermain dengan skuat senior di mana sebelumnya sudah ada nama-nama seperti Dele Alli, Harry Winks, dan Kyle Walker-Pieters.

Di samping ketiga kesebelasan di atas, kesebelasan Liga Primer lainnya terbilang cukup leluasa soal aturan homegrown ini. Bournemouth menjadi kesebelasan dengan jumlah pemain homegrown terbanyak yakni 19 pemain, diikuti Burnley (18 pemain). Sementara itu West Ham United berhasil menggenapi delapan pemain homegrown mereka setelah mendatangkan Joe Hart. Begitu juga Watford yang jumlah pemain homegrown-nya kini mencapai delapan pemain, musim lalu hanya lima pemain saja.

""

Jumlah di atas tidak termasuk pemain yang berusia di bawah 21 tahun. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di tautan ini.

Di Liga Primer, kini aturan batas minimal jumlah penggunaan pemain homegrown menjadi masalah yang cukup serius dikarenakan semakin banyaknya jumlah pemain asing (non-Inggris) yang beredar. Bahkan ketua federasi sepakbola Inggris (FA), Greg Dyke, berencana menambah batas minimal pemain homegrown menjadi 12 pemain.

Rencana itu masih menjadi pembahasan di FA bersama Premier League. Namun aturan tersebut cukup mungkin terjadi karena aturan tersebut demi mewujudkan target FA yakni Inggris bisa menjuarai Piala Dunia 2022. Selain itu, aturan perekrutan pemain di bawah usia 21 tahun pun akan diperketat agar klub-klub Liga Primer tetap mengedepankan pembinaan usia muda dari masing-masing klub.

Baca juga: Mengenal Istilah Pemain Homegrown

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/EPL%202017-2018/chelseatot.jpg [tanggal] => 04 Sep 2017 [counter] => 13.148 [penulis] => redaksi [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/redaksi [penulis_desc] => contact: redaksi[at]panditfootball.com [penulis_initial] => RDK [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita ) [categories] => Array ( [0] => Array ( [kategori_id] => 18 [kategori_name] => Editorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial [status] => 1 [counter] => 203 ) [1] => Array ( [kategori_id] => 4969 [kategori_name] => Advetorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial [status] => 1 [counter] => 46 ) [2] => Array ( [kategori_id] => 6729 [kategori_name] => tentang [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang [status] => 1 [counter] => 0 ) [3] => Array ( [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [status] => 1 [counter] => 183 ) [4] => Array ( [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing [status] => 1 [counter] => 613 ) [5] => Array ( [kategori_id] => 6719 [kategori_name] => Terbaru [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru [status] => 1 [counter] => 0 ) [6] => Array ( [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita [status] => 1 [counter] => 3271 ) [7] => Array ( [kategori_id] => 151 [kategori_name] => Fantasy Premier League [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture [status] => 1 [counter] => 930 ) [8] => Array ( [kategori_id] => 1385 [kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi [status] => 1 [counter] => 2 ) [9] => Array ( [kategori_id] => 3 [kategori_name] => Analisis [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan [status] => 1 [counter] => 1270 ) [10] => Array ( [kategori_id] => 5 [kategori_name] => Football Culture [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture [status] => 1 [counter] => 31 ) [11] => Array ( [kategori_id] => 2049 [kategori_name] => Nasional [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional [status] => 1 [counter] => 87 ) [12] => Array ( [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita [status] => 1 [counter] => 3163 ) ) [populer_tag] => Array ( [0] => stdClass Object ( [tag_id] => 20 [tag_name] => EPL [tag_slug] => epl [status_tag] => 0 [hitung] => 1279 ) [1] => stdClass Object ( [tag_id] => 7021 [tag_name] => Indonesia [tag_slug] => indonesia [status_tag] => 2 [hitung] => 867 ) [2] => stdClass Object ( [tag_id] => 6143 [tag_name] => Manchester United [tag_slug] => manchester-united [status_tag] => 0 [hitung] => 639 ) [3] => stdClass Object ( [tag_id] => 6502 [tag_name] => Liga Champions Eropa [tag_slug] => liga-champions-eropa [status_tag] => 0 [hitung] => 495 ) [4] => stdClass Object ( [tag_id] => 63 [tag_name] => Chelsea [tag_slug] => chelsea [status_tag] => [hitung] => 479 ) [5] => stdClass Object ( [tag_id] => 42 [tag_name] => Arsenal [tag_slug] => arsenal [status_tag] => [hitung] => 474 ) ) [populer_sidebar] => Array ( [0] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/taktik/215443/PFB/240317/sekarang-thiago-motta-tidak-akan-diejek-lagi [judul] => Sekarang, Thiago Motta Tidak Akan Diejek Lagi [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/FI%20BOLOGNSA.jpeg [tanggal] => 17 Mar 2024 [counter] => 7.470 ) [1] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215427/PFB/240117/indonesia-vs-irak-mengapa-wasit-tidak-menganulir-gol-kedua-irak [judul] => Indonesia vs Irak : Mengapa Wasit Tidak Menganulir Gol Kedua Irak [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FPL%202023-2024/WhatsApp%20Image%202024-01-16%20at%2010.26.01%20PM.jpeg [tanggal] => 17 Jan 2024 [counter] => 5.399 ) [2] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215442/PFB/240302/siapa-bisa-hentikan-inter-di-serie-a [judul] => Siapa Bisa Hentikan Inter di Serie A? [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Italia/FI%20-%20Dominasi%20Inter.jpeg [tanggal] => 02 Mar 2024 [counter] => 4.889 ) [3] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/cerita/215428/PFB/240117/eritrea-dan-kisah-pemain-yang-kabur-dari-negaranya [judul] => Eritrea dan Kisah Pemain yang Kabur dari Negaranya  [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Afrika/FI%20ERITREA.jpeg [tanggal] => 17 Jan 2024 [counter] => 1.911 ) ) [terbaru_sidebar] => Array ( [0] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215481/PFB/240923/ [judul] => Penunjuk Jalan Menuju Panah Hijau di FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20PENUNJUK%20JALAN.png [tanggal] => 23 Sep 2024 [counter] => 277 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [1] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215487/PFB/240918/ [judul] => Simulasi Pemain Timnas Jadi Aset FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20SIMULASI%20PEMAIN%20TIMNAS%20JADI%20ASET%20FPL.png [tanggal] => 18 Sep 2024 [counter] => 208 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [2] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215482/PFB/240912/ [judul] => Kupas Misteri Naik Turun Harga Aset di FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HARGA%20ASET.png [tanggal] => 12 Sep 2024 [counter] => 389 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [3] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215480/PFB/240912/ [judul] => Dilema Kepemilikan Erling Haaland: Madu atau Racun? [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HAALAND%20MADU%20ATAU%20RACUN.png [tanggal] => 12 Sep 2024 [counter] => 618 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) ) [categories_with_count] => Array ( [0] => Array ( [kategori_id] => 18 [kategori_name] => Editorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial [status] => 1 [counter] => 203 ) [1] => Array ( [kategori_id] => 4969 [kategori_name] => Advetorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial [status] => 1 [counter] => 46 ) [2] => Array ( [kategori_id] => 6729 [kategori_name] => tentang [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang [status] => 1 [counter] => 0 ) [3] => Array ( [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [status] => 1 [counter] => 183 ) [4] => Array ( [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing [status] => 1 [counter] => 613 ) [5] => Array ( [kategori_id] => 6719 [kategori_name] => Terbaru [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru [status] => 1 [counter] => 0 ) [6] => Array ( [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita [status] => 1 [counter] => 3271 ) [7] => Array ( [kategori_id] => 151 [kategori_name] => Fantasy Premier League [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture [status] => 1 [counter] => 930 ) [8] => Array ( [kategori_id] => 1385 [kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi [status] => 1 [counter] => 2 ) [9] => Array ( [kategori_id] => 3 [kategori_name] => Analisis [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan [status] => 1 [counter] => 1270 ) [10] => Array ( [kategori_id] => 5 [kategori_name] => Football Culture [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture [status] => 1 [counter] => 31 ) [11] => Array ( [kategori_id] => 2049 [kategori_name] => Nasional [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional [status] => 1 [counter] => 87 ) [12] => Array ( [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita [status] => 1 [counter] => 3163 ) ) [meta_title] => Keamanan Stadion Bukan Cuma Fasilitas dan Petugas Tapi Juga Perilaku Penonton [meta_desc] => Saya punya mimpi untuk berekreasi ke stadion bersama keluarga sambil menonton pertandingan sepakbola. Jika saya sedang membicarakan stadion di Inggris, Jerman, atau Jepang, mungkin yang menjadi unsur... [meta_keyword] => Wembley,stadion,arsitektur,Desain,manajemen,Indonesia,Fiji,Perilaku [meta_image] => https://panditfootball.com/images/large/others/Football_stadium_tragedy.JPG [meta_url] => https://panditfootball.com/article/show/sains-bola/209848/PFB/170903/stadion [js_custom_page] => [socmed_facebook] => [socmed_instagram] => Array ( [id_option] => 26 [name_option] => socmed_instagram [value_option] => https://www.instagram.com/panditfootball/ [desc_option] => @panditfootball ) [socmed_youtube] => Array ( [id_option] => 25 [name_option] => socmed_youtube [value_option] => https://www.youtube.com/@pandit.football [desc_option] => @pandit.football ) [socmed_twitter] => Array ( [id_option] => 24 [name_option] => socmed_twitter [value_option] => https://x.com/panditfootball [desc_option] => @panditfootball ) ) 1
PANDIT FOOTBALL INDONESIA

Keamanan Stadion Bukan Cuma Fasilitas dan Petugas Tapi Juga Perilaku Penonton

Keamanan Stadion Bukan Cuma Fasilitas dan Petugas Tapi Juga Perilaku Penonton
Font size:

Saya punya mimpi untuk berekreasi ke stadion bersama keluarga sambil menonton pertandingan sepakbola. Jika saya sedang membicarakan stadion di Inggris, Jerman, atau Jepang, mungkin yang menjadi unsur “mimpi” di kalimat tersebut hanya tempatnya, karena saya harus merogoh kocek sangat dalam untuk merealisasikannya. Tapi jika saya sedang membicarakan stadion di Indonesia, unsur “mimpi” di kalimat tersebut malah semakin menggelikan karena hampir pasti tidak akan terealisasikan.

Namun, jangan suudzon dulu dengan Indonesia. Pada kenyataannya, pelaksanaan acara olahraga bisa memakan sebanyak 2.000 korban jiwa setiap tahunnya. Keselamatan dan keamanan penonton di fasilitas olahraga telah menjadi hal yang sangat penting di seluruh dunia pada tahap desain, konstruksi, pelaksanaan pertandingan, dan pengelolaan fasilitas olahraga dengan langkah-langkah yang diberlakukan untuk menjamin keamanan dan keselamatan di fasilitas olahraga, khususnya stadion sepakbola.

Kasus terbaru mengenai kematian Catur Yuliantono, suporter tim nasional Indonesia, di pertandingan persahabatan antara Indonesia melawan Fiji, menjadi buah bibir dalam kasus yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan ini.

Almarhum meninggal di tribun timur setelah terkena luncuran petasan roket dari tribun yang letaknya sebenarnya cukup jauh, tribun selatan. Kita bisa mencari kambing hitam dari kejadian ini: oknum peluncur petasan, pihak keamanan, desain stadion, nasib korban, angin yang membuat luncuran petasan mengarah ke tribun timur, dan masih banyak alasan lainnya.

Jujur saja, menonton pertandingan sepakbola di stadion sudah dianggap sebagai salah satu kegiatan yang berisiko. Intinya, banyak aspek yang memengaruhi keamanan dan keselamatan di stadion sepakbola. Kita tidak bisa hanya menunjuk satu kambing hitam pada kejadian Indonesia melawan Fiji yang memakan korban dari situasi yang sebenarnya tidak penting-penting amat, yaitu petasan nyasar.

https://twitter.com/panditfootball/status/903992178007048192

Peran desain dan manajemen dalam keamanan dan keselamatan stadion sepakbola

Dalam beberapa jurnal dan peraturan yang saya tinjau mengenai stadion sepakbola, ada banyak aspek desain diatur untuk keselamatan ekstra seperti desain tangga dan koridor di mana kecelakaan dan “kemacetan manusia” biasa terjadi, material bangunan, pemisahan perimeter (dengan pagar pemisah), sampai pemisah antara tribun dan lapangan (di Indonesia umumnya adalah parit atau trek atletik).

Hal-hal di atas bukan lah penyelesaian desain yang mengedepankan estetika, tetapi salah satu yang efektif di Indonesia. Stadion Patriot Chandrabhaga sebenarnya sudah memenuhi semua aspek desain di atas, sehingga kita bisa berlanjut ke aspek berikutnya.

Dari aspek manajemen, aktivitas di stadion akan memengaruhi manajemen perencanaan operasional, misalnya pada keamanan, evakuasi, pengaturan alur penonton, zoning, dan lain sebagainya, sehingga akses masuk harus dibuat terbatas jumlahnya, tetapi bisa ditambah ketika penonton membludak untuk menghindari overcrowd. Harus ada pemisah yang jelas untuk penonton tandang.

Pada FIFA Stadium Safety and Security Regulations, dua hal yang menjadi fokus pada kajian infrastruktur yang berkaitan dengan penonton adalah (1) alur penonton dan pemisahan wilayah, dan (2) faktor pengawasan umum.

Penegasan pelarangan membawa barang yang rentan api juga menjadi hal penting di Indonesia, umumnya adalah korek api, rokok, apalagi suar (flare) dan petasan. Hal ini membuat security check pada perimiter pertama (body check) akan sangan menentukan. Nah, dari aspek manajemen ini mungkin pihak pengawas Stadion Patriot kecolongan.

Pada intinya begini, apa-apa yang tidak terselesaikan pada aspek desain, maka seharusnya bisa terselesaikan pada aspek manajemen. Tapi, ini kabar buruknya, bencana di stadion tidak sepenuhnya berasal dari kesalahan desain dan manajemen, tapi dari perilaku penonton.

Hal yang tak terselesaikan dari desain dan manajemen: perilaku penonton

Saya bisa bicara soal peraturan desain dan manajemen stadion sepakbola sampai berbusa, tapi pada akhirnya kita tetap akan kecolongan. Membicarakan stadion sepakbola yang aman bukan hanya soal bentuk fisik dan manajemen dari stadion itu sendiri.

Misalnya, Stadion Wembley memiliki desain dan manajemen yang super-aman untuk menggelar pertandingan paling bertensi tinggi seperti Tottenham Hotspur menghadapi Chelsea. Sekarang bayangkan saja begini: jika Stadion Wembley dan seisinya (artinya dalam aspek manajemennya) bisa dipindahkan ke Indonesia dan disuruh menggelar pertandingan yang punya rivalitas panas dengan suporter dari kedua kesebelasan boleh masuk dan menonton, apa bisa menjamin pertandingan akan berjalan aman?

Dari sini kita seperti ditabok oleh kita sendiri. Kita tidak bisa menyelesaikan hal-hal elementer dengan sesuatu yang terlalu advanced. Sebagai analogi, kecelakaan lalu lintas bukan merupakan kesalahan polisi ketika polisi yang menilang pengendara motor tanpa helm saja sudah dianggap sesuatu hal yang mengesalkan. Apalagi sampai ada pemakluman tidak memakai helm di jalan raya. 

Ini semua berakar pada diri kita sendiri. Kita harus memperbaiki perilaku sebagai penonton sepakbola. (Baca juga: Mempertanyakan Kontribusi Langsung Suporter kepada Finansial Kesebelasan)

Penyelesaian masalah keamanan dan keselamatan yang berkaitan dengan suporter tidak bisa diselesaikan begitu saja dengan desain maupun manajemen, termasuk penerapan CCTV dan sistem tiket elektronik. Sedangkan edukasi bagi suporter juga dinilai tidak akan terlalu efektif karena menyangkut mental penonton yang pada dasarnya ingin diakui (aktualisasi diri) sehingga tidak akan terhindar dari tindakan kekerasan, baik di dalam maupun di luar stadion.

Ada persamaan antara korban, almarhum Catur Yuliantono, dengan sang peluncur petasan, yaitu persamaan antara orang meninggal dengan orang bodoh. Orang meninggal tidak merasakan dari dampak ia meninggal, tapi yang merasakannya justru adalah orang-orang di sekitarnya. Hal yang sama berlaku untuk orang bodoh.

Mulai dari sekadar membawa botol minum (apalagi melemparnya), rokok, korek api, suar, petasan, senjata tajam, dan lain sebagainya; ya, kalau mau apa-apa, ya, mikir, kek. Mohon maaf jika ada yang tersinggung. Mentalitas bangsa kita dipertaruhkan dari hal-hal elementer seperti ini, baik di stadion sepakbola, di jalan raya, atau dimanapun.


Sumber peraturan:

  • (2010). Club Licensing Regulations. Kuala Lumpur: AFC.
  • (2012). Stadia Regulations for AFC Champions League and AFC Cup. Kuala Lumpur: AFC.
  • (2014). Laws of the Game. Zurich: FIFA.
  • (2007). Club Licensing Regulations. Zurich: FIFA.
  • (2007). Stadium Safety and Security Regulations. Zurich: FIFA.
  • (2011). Football Stadiums: technical recommendations and requirements. Zurich: FIFA.
  • (2015). Regulasi Liga Indonesia. Jakarta: PSSI.
  • (2011). Guide to Quality Stadium. Nyon: UEFA.
  • (2010). Stadium Infrastructure Regulations. Nyon: UEFA.

Sumber jurnal:

  • Coutinho-Rodriguez, J., Tralhão, L., Alçada-Almeida, L. (2012). Solving a location-routing problem with a multiobjective approach: the design of urban evacuation plans. Coimbra: Elsevier.
  • Fang, Z., Li, Q., Li, Q., Han, D., Wang, D. (2011). A proposed pedestrian waiting-time model for improving spaceetime use efficiency in stadium evacuation scenarios. Wuhan: Elsevier.
  • Fang, Z., Zong, X., Li, Q., Li, Q., Xiong, S. (2011). Hierarchical multi-objective evacuation routing in stadium using ant colony optimization approach. Wuhan: Elsevier.
  • Tiffandiputra, D., Apriantono, T., Sidi, B. (2016). Optimization of football stadiums management and design to improve the spectators’ safety and security. Bandung: The International Seminar on Physical Education on Sport 2016.
  • Melrose, A., Hampton, P., Manu, P. (2011). Safety at Sports Stadia. Wolverhampton: Elsevier.
  • Xiaoping, Z., Tingkuan, Z., Mengting, L. (2007). Modeling crowd evacuation of a building based on seven methodological approaches. Beijing: Elsevier.

Akar masalah:

  • Mentalitas bangsa.
Villa dan Icardi yang Kembali ke Timnas
Artikel sebelumnya Villa dan Icardi yang Kembali ke Timnas
Mayoritas Skuat Chelsea, Man City, dan Spurs Pemain Non-Inggris
Artikel selanjutnya Mayoritas Skuat Chelsea, Man City, dan Spurs Pemain Non-Inggris
Artikel Terkait