Font size:
Ribuan warga Suriah berbondong-bondong meninggalkan negara mereka karena meningkatnya kekerasan di negara tersebut. Tujuan utama mereka adalah negara-negara Uni Eropa.
Sejumlah pihak terutama penganut paham ultra-nasionalis menentang hal ini. Namun, tak sedikit, terutama para penggemar sepakbola yang terbuka hatinya, mendorong pemerintah setempat memberi ruang buat pengungsi. Baru pekan pertama bergulir, suporter kesebelasan Bundesliga membentangkan spanduk besar bertuliskan "Welcome Refugees". Sejumlah penggemar sepakbola pun mencari tahu apa yang tengah terjadi di Eropa khususnya yang dilakukan para suporter kesebelasan-kesebelasan Bundesliga tersebut. Berbeda dengan Hungaria yang enggan memberi akses buat pengungsi, Jerman bersedia menampung 800 ribu pengungsi dari wilayah yang diduduki ISIS maupun karena kekejaman penguasa. Apa yang dilakukan suporter kesebelasan Bundesliga dipuji. Mereka dianggap bukan cuma memikirkan tentang sepakbola, tetapi juga kemanusiaan. Sikap terbuka Jerman tidak diikuti Perancis dan Inggris. Negara Ratu Elisabeth tersebut melakukan pengawasan ketat di perbatasan terutama di selat antara Inggris dan Perancis. Inggris malah balik menyerang mengapa tidak negara-negara Arab saja yang membantu pengungsi. Kalaupun tidak bisa memberi tempat, mengapa mereka dengan sumber daya alam dan pengaruh kekuasaan yang dimiliki, untuk menekan para pemimpin yang menghalalkan kekuasaan. Namun, ancaman jelas bukan jawaban. Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengecam aksi kelompok ultra-nasionalis Neo Nazi yang menentang kehadiran pengungsi. Merkel menyatakan kalau suaka politik adalah hak dasar yang dilindungi konstitusi Jerman. Bahkan, kalau ada yang mengganggu perihal suaka politik, mereka akan berhadapan dengan hukum yang berlaku di Jerman. Sejumlah kelompok sosial di Jerman menyambut kedatangan para pengungsi termasuk memberi perlindungan dari ancaman Neo Nazi. Salah satunya adalah Joachim Leber yang merupakan anggota organisasi Integrationshilfe Sylt. Sukarelawan seperti Leber memberi dukungan moral. Alasannya sederhana, "Jerman juga dibantu (negara lain) setelah Perang Dunia II." Inggris Menyusul [caption id="" align="alignnone" width="570"]

Baca juga: Dari Tenda Pengungsian, Menuju Manchester United Betapa Berbahayanya Main dan Nonton Bola di IrakSelain Madrid, Barcelona pun melakukan hal serupa. Mereka mengadakan rapat dengan para socios dalam beberapa hari untuk mengonfirmasi apa saja yang bsia dilakukan untuk membantu para pengungsi. Lionel Messi yang juga menjadi duta UNICEF menulis dalam akun facebook-nya, "Kami peduli terhadap situasi atas ribuan pengungsi yang tiba di Eropa setiap hari akibat perang. Kami ikut bergabung bersama komunitas internasional untuk mencari solusi yang cepat atas tragedi ini." Nyatanya bukan cuma klub besar macam Barcelona dan Real Madrid yang memberi bantuan. Kesebelasan macam SD Eibar sekalipun berusaha turut bergabung membantu para pengungsi. Eibar berjanji mendonasikan 5 euro dari setiap tiket yang terjual dalam pertandingan menghadapi Atletico Madrid pekan depan. Paradoks Negara-Negara Arab Negara-negara Uni Eropa seolah ditekan untuk menerima para pengungsi. Padahal, pertanyaanya adalah mengapa tidak negara-negara Arab yang memfasilitasi para pengungsi untuk mendapatkan suaka di negara-negera Eropa tersebut? Dengan segala sumber daya dan kekuatan yang ada, mengapa negara-negara Arab tidak menghabisi ISIS maupun menekan pemimpin yang dzalim, yang menciptakan kekacauan di timur tengah? Negara-negara Teluk terutama enam negara yang tak menawarkan bantuan untuk tempat tinggal pengungsi Qatar, United Arab Emirates, Saudi Arabia, Kuwait dan Bahrain, sejatinya diberkahi dengan sumber daya yang luar biasa besar. Kalau mampu membangun gedung tinggi dan megah, mengakuisisi klub top Eropa, semestinya bantuan dengan mengirimkan transportasi ataupun melobi pemimpin Uni Eropa bisa juga dilakukan. Dikutip dari Amnesti Internsional pada Desember 2014, 95 persen pengungsi Suriah ditampung di Turki (1,6 juta), Lebanon (1,1 juta), Yordania (618 ribu), Irak (225 ribu)dan Mesir (142 ribu). https://twitter.com/NatashaFatah/status/639824149872005120 Sama halnya dengan Pemerintah Indonesia yang pada awalnya terkesan abu-abu terhadap pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh--saat ini Pemerintah Indonesia menampung pengungsi Rohingya di Lhokseumawe, Aceh Timur, dan Aceh Utara hingga setahun ke depan (Sumber BBC). Para pengungsi adalah tamu yang datang karena keterpaksaan. Apakah wajar jika kita membiarkan mereka mati di depan pintu rumah kita? Sepakbola mengajarkan banyak hal, salah satunya tentang kemanusiaan. Sepakbola bukan cuma soal hura-hura, tapi juga tentang bagaimana membantu sesama atas nama etika peradaban. sumber utama: The Guardian foto: abc.net.au