Mario Gomez Pelatih Baru Persib: Dari Asisten Pelatih Hector Cuper Hingga Pelatih Mahal

Mario Gomez Pelatih Baru Persib: Dari Asisten Pelatih Hector Cuper Hingga Pelatih Mahal
Font size:

Persib Bandung resmi memperkenalkan pelatih baru mereka. Untuk Liga 1 2018, skuat berjuluk Maung Bandung tersebut akan dilatih oleh pelatih asal Argentina, Roberto Carlos Mario Gomez. Mario Gomez, begitu sapaan akrabnya sebagai pelatih (sebagai pemain dikenal dengan sebutan Roberto Gomez), sebelumnya menukangi kesebelasan Malaysia Super League, Johor Darul Takzim (JDT).

Secara prestasi, Mario Gomez punya rekam jejak yang cukup mentereng. Dua musim di JDT ia sukses mengantarkan kesebelasan berjuluk Harimau Selatan tersebut menjuarai Liga Super Malaysia dua musim beruntun (2015 dan 2016), Piala FA Malaysia dan AFC Cup 2015. Perlu diketahui, ketika menjuarai AFC Cup 2015, JDT mencatatkan sejarah sebagai kesebelasan Malaysia pertama yang menjuarai kompetisi antar kesebelasan Asia tersebut (bahkan untuk berlaga di finalnya sekalipun).

Maka bisa dibilang, Mario Gomez ini merupakan pelatih berprestasi. Secara kemampuan dan pengalaman kepelatihan pun ia cukup menjanjikan bagi Persib Bandung. Berikut ini adalah 4 hal yang perlu diketahui dari pelatih yang akan menaklukkan Maung Bandung setelah sukses bersama Harimau Selatan.

https://twitter.com/persib/status/935330141361680384

Asisten Pelatih Kepercayaan Hector Cuper

Mario Gomez lahir di Mar de Plata (Argentina) pada 27 Februari 1957. Ini artinya, usia Mario Gomez saat ini adalah 60 tahun. Kariernya sebagai pemain mungkin tak begitu sukses karena setelah usia 30 tahun ia mulai tidak aktif bermain. Tapi soal kepelatihan, ia punya segudang pengalaman.

Karier Gomez di kepelatihan tak lepas dari hubungan dekatnya dengan salah satu pelatih kenamaan asal Argentina, Hector Cuper. Di awal kepelatihannya, Gomez selalu menjadi tangan kanan Cuper. Di beberapa kesebelasan yang ditukangi Cuper, Gomez selalu dipilihnya sebagai asisten pelatih. Tak heran sebenarnya karena Cuper dan Gomez merupakan rekan satu tim saat masih bermain di Ferro Carril Oeste, kesebelasan Argentina. Cuper dan Gomez menjadi bagian dari masa keemasan Ferro Carril yang berhasil meraih gelar juara liga pada 1982 dan 1984. 

Cuper yang lebih tua dua tahun dari Gomez terjun ke dunia kepelatihan lebih awal dari Gomez. Pertama kali Gomez ditunjuk sebagai asisten pelatih oleh Cuper adalah ketika Cuper menangani Lanus. Bahkan ketika Cuper hijrah ke Real Mallorca dan Valencia pun Gomez masih dibawanya. Gomez yang percaya pada rekannya itu pun kembali menemani Cuper yang menjadi pelatih Internazionale Milan di Serie A pada musim 2001/2002 hingga 2002/2003. 

Jalan Gomez untuk menjadi pelatih kepala sebenarnya sudah terbuka ketika Cuper hijrah dari Mallorca ke Valencia pada 1999 di mana Mallorca hendak mengangkatnya sebagai pelatih kepala. Tapi karena regulasi La Liga saat itu tak mengizinkan pelatih yang belum menjadi pelatih kepala selama dua tahun sebagai pelatih kepala, akhirnya Gomez terus menjadi pengikut setia Cuper.

Mario Gomez (kanan) saat masih menjadi asisten pelatih Hector Cuper di Inter (via: inter.it)

Baru pada 2004 Gomez menentukan jalannya sendiri. Tidak lagi bersandar pada Cuper, ia kembali ke Argentina untuk mencari pengalaman. Gymnasia La Plata, Gymansia de Jujuy, Quilmes, dan Club Atletico de Bergamo adalah kesebelasan-kesebelasan yang ia latih pada periode 2004 hingga 2007. Prestasinya adalah dengan mempromosikan Gymnasia de Jujuy ke divisi teratas Argentina.

Kariernya semakin berkembang dengan perjalanannya ke luar Amerika Selatan. Asteras Tripoli (Yunani), Deportivo Cuenca (Ekuador) dan South China (Hongkong) adalah kesebelasan-kesebelasan berikutnya yang ia latih. Sampai akhirnya ia berlabuh di Malaysia dengan menukangi JDT pada 2015.

Dikenal Sebagai Pelatih Berfilosofi Defensif

Sama seperti Cuper, Gomez dikenal sebagai pelatih yang mengedepankan defensif daripada ofensif. Walau begitu, Gomez sebenarnya menerapkan strategi yang berorientasi pada kemenangan untuk meraih gelar juara. Hal ini merupakan gaya permainan yang ditularkan oleh mantan pelatihnya (dan Cuper) di Ferro Carril Oeste, yaitu Carlos Timoteo Griguol. Apalagi Gomez juga pernah menjadi asisten Griguol.

Bersambung ke halaman berikutnya

Halaman kedua

Kolumnis Goal International, Sivan John, pernah membahas soal cara bermain Gomez yang defensif ini ketika Gomez mulai ramai diperbincangkan akan melatih JDT. Menurutnya, Gomez adalah pelatih yang berorientasi pada hasil.

"Punya momen penting di karier sepakbolanya bersama Cuper dan Grigol, Anda bisa membayangkan apa yang bisa diharapkan dari penunjukan Mario Gomez oleh JDT. Mungkin ini sebuah indikasi bahwa JDT hendak memilih pendekatan taktik yang berbeda dan lebih mengedepankan hasil ketimbang permainannya itu sendiri?"

Saat diperkenalkan sebagai pelatih JDT pada 2015 lalu, Gomez dengan tegas hal yang akan ia ubah pertama kali dari JDT adalah gaya permainan. "Yang pertama kali saya ubah adalah gaya permainan," tutur Gomez seperti yang ia katakan pada video yang diunggah Alchetron. "Cara tim ini bermain perlu diubah, dengan gaya permainan yang baik."

Ketika musim berjalan, apa yang dituliskan Sivan John menjadi kenyataan. JDT hanya mencetak 36 gol dari 22 penampilan, paling sedikit di antara kesebelasan lima besar, di musim pertamanya. Walau begitu, jumlah kebobolan JDT saat itu hanya 18 kali, tersedikit di liga. Tapi perlu menjadi catatan juga bahwa musim tersebut diakhiri dengan gelar juara Liga Super Malaysia dan Piala AFC.

Yang perlu diketahui juga, pada musim berikutnya Gomez berbenah. JDT tak lagi menjadi kesebelasan yang defensif. Terbukti pada musim keduanya JDT menjadi kesebelasan dengan gol terbanyak di liga (56 gol, FELDA di tempat kedua 47 gol dan Kelantan 37 gol). Jumlah kebobolannya kembali menjadi yang tersedikit, 14 gol. Prestasinya? JDT pertahankan gelar juara liga ditambah menjuarai Piala FA.

Pelatih Mahal

Kebersamaan Gomez dan JDT berakhir pada awal Januari 2017. Ketika itu pengumuman perpisahan Gomez dan JDT cukup mengejutkan karena sebelumnya Gomez sudah dua bulan menjalani pramusim bersama JDT. Ketika itu JDT dibawanya menjalani pramusim ke Thailand menghadapi kesebelasan-kesebelasan kuat macam Buriram United, Chonburi dan Air Force Central. Gomez selalu melakukan pramusim menghadapi kesebelasan Thailand selama di JDT.

Disinyalir faktor berakhirnya kebersamaan Gomez dan JDT terjadi karena dua penyerang andalan Gomez, Jorge Pereyra Diaz dan Juan Martin Lucero, dijual oleh klub. Diaz dan Lucero merupakan pencetak gol terbanyak pertama dan kedua di Malaysia Super League tahun 2016.

Sebenarnya cukup wajar Diaz dan Lucero dijual JDT karena keduanya dibeli dua klub Meksiko dengan total transfer 5,34 juta euro. Ini menjadi keuntungan bisnis tersendiri bagi JDT karena Diaz didapatkan secara gratis sementara Lucero direkrut JDT dengan nilai transfer 1,3 juta euro. Lucero dijual dengan harga 2,44 juta euro ke Club Tijuana dan Diaz dijual seharga 2,9 juta euro ke Leon.

Setelah lepas dari JDT, sebenarnya Gomez dilirik oleh Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) untuk menjadi pelatih timnas. Hanya saja Gomez meminta gaji yang sangat tinggi yang tak bisa disanggupi oleh FAM, padahal FAM sempat menaikkan tawarannya. 

"Saya informasikan bahwa Gomez gagal didatangkan karena meminta gaji yang tinggi," tulis Tunku Ismail di akun Facebook FAM pada Maret lalu. "Kami menawarinya 25 ribu USD tapi ia meminta 40 ribu USD. Bukankah dia meminta lebih dari apa yang kami tawarkan? Tak masalah, kami akan mencari sosok lain yang benar-benar ingin menjadi pelatih timnas Malaysia."

Jika itu benar, maka bisa jadi saat ini Persib mengontraknya juga dengan bayaran yang cukup mahal karena itu terjadi belum lama ini. Apalagi JDT sendiri sebelumnya dikenal sebagai kesebelasan yang royal, yang bersedia membayar lebih untuk mendatangkan pemain maupun pelatih terbaik untuk mereka.

Mario Gomez saat membawa juara JDT di Piala AFC pada 2015 (via:johorsoutherntigers.com.my)

Argentina Connection dan Formasi 4-4-2 Andalan

Di setiap kesebelasan yang ditukanginya, Gomez punya sebuah kecenderungan. Yang paling terlihat adalah Argentina Connection, di mana ia selalu menggunakan pemain Argentina di setiap kesebelasan. Hanya di South China ia tidak menggunakan pemain Argentina; di Tripolis, Cuenca, dan JDT, pemain Argentina merupakan pemain kunci timnya.

Di Tripolis, ia menggunakan empat pemain Argentina; satu bek, satu gelandang, dan dua penyerang. Di Cuenca, ia menggunakan tiga pemain Argentina; dua gelandang dan satu penyerang. Musim pertama di JDT, tiga pemain Argentina ia gunakan; satu gelandang dan dua penyerang. Pada musim keduanya, hanya dua pemain Argentina yang ia gunakan, dan keduanya berposisi penyerang.

Memiliki dua pemain Argentina pada posisi penyerang juga seolah menjadi bagian dari kesuksesan Gomez. Apalagi pada musim 2016, dua penyerangnya, Diaz dan Lucero, menjadi mesin gol tim. Diaz berhasil mencetak 32 gol sementara Lucero mencetak 27 gol dalam satu musim. Diaz juga mencatatkan 13 asis, sementara Lucero 10 asis. Walau begitu, produktivitas keduanya tak lepas dari kontribusi besar Safiq Rahim yang mencatatkan 19 asis. 

Untuk memaksimalkan kedua penyerangnya ini, Gomez mengandalkan formasi 4-4-2. Walaupun begitu tak jarang juga ia mengubahnya menjadi 4-3-3 dengan memainkan Safee Sali atau Amri Yahyah untuk menemani Diaz dan Lucero.

Maka kemungkinan besar, jika Gomez hendak kembali membuat tim yang sesuai dengan yang ia inginkan di Persib, Persib akan kedatangan pemain Argentina dan Persib akan gunakan formasi dasar 4-4-2. 

Partai Final Liga 2 Diprediksi Tetap Dalam Tensi Tinggi
Artikel sebelumnya Partai Final Liga 2 Diprediksi Tetap Dalam Tensi Tinggi
Silang Pendapat Javier Tebas dan Zinedine Zidane Soal VAR di La Liga Musim Depan
Artikel selanjutnya Silang Pendapat Javier Tebas dan Zinedine Zidane Soal VAR di La Liga Musim Depan
Artikel Terkait