Array
(
[article_data] => Array
(
[artikel_id] => 213312
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/213312/PFB/200229/liga-1-2020-antara-akselerasi-dan-slot-kompetisi-elite-asia
[judul] => Liga 1 2020: Antara Akselerasi dan Slot Kompetisi Elite Asia
[isi] =>
Di tengah antusiasme akan segera dimulainya Liga 1 2020, ada satu kesedihan yang menimpa sepakbola Indonesia. Per musim kompetisi 2021, klub Indonesia tidak akan mendapat satupun slot preliminary round 1 di kompetisi antarklub tertinggi di Asia, Asian Champions League.
Catatan pahit musim depan seolah mengulangi kisah pahit tahun 2013 dan 2014. Saat itu Indonesia juga tak mendapat slot di kompetisi elite Asia dikarenakan dualisme kompetisi sehingga menghilangkan sikap professional sesungguhnya di mata AFC. Serupa, tahun 2016 dan 2017 pun Indonesia absen di kompetisi antar klub tertinggi Asia setelah PSSI dan sepakbola Indonesia dihukum FIFA.
Kepahitan periode tersebut sejatinya kembali terulang tahun 2021 mendatang. Dari daftar ranking terbaru, klub Indonesia tidak mendapat jatah slot apapun di Asian Champions League musim depan, baik itu babak play-off pertama yang sejak 3 musim terakhir diikuti Bali United dan Persija Jakarta. Alasannya menyangkut performa klub Indonesia di kompetisi Asia yang jauh dari kata memuaskan.
Secara peringkat, kegagalan klub-klub Indonesia baik itu Bali United atau Persija Jakarta melaju jauh di LCA 2020 membuat posisi Liga 1 di ranking kompetisi AFC melorot ke posisi ke-13, sebelumnya berada di posisi 11. Ranking ini secara berkala diperbaharui oleh AFC dengan menghitung prestasi setiap klub di kompetisi resmi klub AFC, baik itu Liga Champions Asia maupun Piala AFC dalam rentan waktu 4 musim terakhir.
Melorotnya posisi Indonesia juga dipengaruhi penampilan apik klub Korea Utara di AFC Cup selama 3 musim terakhir yang diwakili April 25 SC sehingga membuat ranking kompetisinya naik ke posisi 7 Wilayah Timur. April 25 SC sanggup melaju ke Inter-Zone Playoff Semifinal tahun 2017, inter Zone Playoff Final tahun 2018 dan Final AFC Cup tahun lalu.
Kub Indonesia hanya mentok di semifinal ASEAN Zone seperti yang dicapai Persija Jakarta (2018) dan PSM Makassar (2019). Pekerjaan Rumah serta beban ada di Pundak PSM dan Bali United yang menjadi wakil Indonesia di kompetisi Asia tahun 2020. Pencapaian mereka akan menentukan ranking kompetisi Indonesia tahun mendatang dan tentunya keikutsertaan di kompetisi tertinggi Asia.
Benah-benah Kompetisi
Entah kebetulan atau tidak, secara tidak langsung PSSI dan PT LIB perlahan mulai membenahi sistem kompetisi 2020 dengan hal yang paling dasar: jadwal liga. Berbanding terbalik dengan Liga 2019 yang dimulai di bulan Mei, Liga 1 2020 akan memulai kick-off di akhir Februari 2020 dan rencana akan selesai di akhir Oktober 2020 mendatang, atau paling telat di bulan November. Jadwal ini bisa disebut seragam dengan liga-liga lainnya di Asia Tenggara.
Sebagai contoh, Thai League, sebagai liga terbaik Asia Tenggara, telah memulai kompetisi 14 Februari yang lalu dan direncanakan akan selesai di bulan Oktober. Liga Malaysia akan memulai kick-off serupa dengan Liga 1. Vietnam dan Filipina akan memulai Liga mereka di bulan Maret mendatang.
Pembenahan jadwal liga tahun ini mempunyai satu alasan besar, yaitu target juara Piala AFF 2020 mendatang. Jika kita asumsikan liga berjalan sesuai rencana dan akan selesai paling lambat akhir bulan November mendatang, maka timnas senior akan mempunyai waktu untuk persiapan yang cukup dan yang paling penting fokus tanpa terganggu urusan klub lagi. Seperti diketahui, Piala AFF 2020 akan digelar mulai 14 Desember 2020.
Lalu apa hubungannya hal ini dengan nasib jatah Indonesia di Liga Champions Asia? Percayalah, tidak ada satu klub pun akan sukses di level kejuaraan antar klub negara tanpa dukungan sistem liga lokal yang serba tertata rapi.
Secara luas sebenarnya bukan hanya masalah penjadwalan Liga saja yang rapi, semua faktor yang membuat Liga 1 naik kelas nantinya akan mempunyai efek tersendiri untuk setiap tim yang mewakili Indonesia di kancah Asia. Namun masalah jadwal ini menjadi awal tonggak Liga 1 Indonesia yang memang terus berbenah sejak selesainya sanksi FIFA 2017 mendatang. Kita tentu berharap penjadwalan rapi sejak awal sudah mengantisipasi semua kemungkinan yang akan terjadi selama satu musim ke depan, agar tidak muncul lagi drama-drama pembatalan laga beberapa hari sebelum laga tersebut dihelat. Karena tentu sangat berpengaruh terhadap fokus tim itu sendiri. Hal tersebut menguntungkan para wakil Indonesia di kompetisi Asia yang jadwalnya sudah tersusun rapi sedemikian rupa.
Persoalan tingkat kompetitif Liga pun berpengaruh sangat besar. Beberapa klub di Indonesia yang musim ini sudah tak lagi sungkan gelontorkan dana transfer untuk merekrut pemain merupakan hal positif yang akan berdampak secara tidak langsung bagi kualitas Liga baik secara teknis maupun bisnis. Di sisi teknis, semakin klub-klub Indonesia punya standar kemampuan yang bagus maka tentu klub perwakilan di kompetisi Asia akan perlahan naik standar permainannya.
Perbedaaan tingkat permainan pun yang jadi masalah terbesar klub Indonesia di AFC Cup dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2018, dua klub Indonesia hanya mampu menggapai semifinal zona Asean. Persija (2018) dan PSM (2019) sama-sama takluk dari wakil ASEAN, Persija dari Home United serta PSM dari Becamex Bin Duong.
Apapun itu, langkah PSSI untuk akselerasi sepakbola Indonesia patut dinantikan dan juga didukung sepenuhnya. Pembenahan liga yang dimulai dari sisi jadwal sudah sangat tepat, walaupun sebenarnya perubahan ini mendapat stimulus dari kondisi tahun 2021 dimana untuk menuju kesana scheduling management PSSI beserta stake-holder bersangkutan tak boleh salah. Namun setidaknya kita punya satu sistem yang bisa terus dilanjutkan tahun depan.
Pada akhirnya, sistem liga dalam negeri menjadi fondasi awal untuk klub kita berprestasi di kancah Asia ke depannya.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/fi%20liga.png
[tanggal] => 29 Feb 2020
[counter] => 8.664
[penulis] => Gia Pijar Perdana
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/GiaPijar
[penulis_desc] =>
[penulis_initial] =>
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => cerita
[kategori_url] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
[user_url] =>
[user_fburl] =>
[user_twitterurl] =>
[user_googleurl] =>
[user_instagramurl] =>
)
[tags] => Array
(
[0] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 213312
[tag_id] => 7021
[tag_name] => Indonesia
[tag_slug] => indonesia
[status_tag] => 2
[hitung] => 867
)
[1] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 213312
[tag_id] => 8504
[tag_name] => Liga 1
[tag_slug] => liga-1
[status_tag] => 2
[hitung] => 368
)
[2] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 213312
[tag_id] => 11977
[tag_name] => AFC Champions League
[tag_slug] => afc-champions-league
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
)
[related_post] => Array
(
[0] => Array
(
[artikel_id] => 4236
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/4236/PFB/140411/bocah-kolombia-ini-menangis-terharu-saat-bertemu-falcao
[judul] => Bocah Kolombia Ini Menangis Terharu Saat Bertemu Falcao
[isi] => Falcao memang masih diragukan untuk tampil di Piala Dunia nanti, terkait cedera ligamen yang dideritanya. Striker tim nasional Kolombia tersebut cedera saat membela Monaco di Liga Prancis.
Meski masih menjalani terapi agar mempercepat penyembuhan lututnya di kota Madrid, Falcao masih menyempatkan diri bertemu penggermarnya.
Bocah asal Bogota Kolombia yang akhirnya berhasil bertemu dengannya memang bukan sembarangan, melainkan penggemar berat yang memiliki lebih dari 130 foto dan kliping koran terpajang di dinding kamarnya.
Berkat bantuan Revel Foundation, bocah 13 tahun bernama Michael Steven akhirnya meledak tangisnya saat bertemu langsung dengan sang idola. Kerasnya tangis seru sempat membuat heran anak - anak lain yang memang juga berkesempatan bertemu dengan El Tigre.
Pada akhir pertemuan tersebut Steven juga sempat memegang lutut Falcao sambil mendoakan agar dirinya dapat sembuh dengan cepat. Steven berharap agar di Piala Dunia nanti negaranya Kolombia dapat diperkuat mantan striker Atletico Madrid tersebut.
Falcao memang belum dapat dipastikan pulih total saat Piala Dunia nanti. Namun dokter yang menanganinya, Jose Carlos Noronha optimis kesembuhan Falcao dapat terjadi lebih cepat.
Get well soon El Tigre!
[video id="SHYpZoNLV9o" site="youtube"][/video]
(amp)
[gambar] => http://www.panditfootball.com/wp-content/uploads/2014/04/falcao.jpg
[tanggal] => 11 Apr 2014
[counter] => 2.619
[penulis] => PanditFootball
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball
[penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com
[penulis_initial] => PND
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
)
[1] => Array
(
[artikel_id] => 1930
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/1930/PFB/140201/kisah-bir-dan-sepakbola-ala-papua
[judul] => Kisah Bir dan Sepakbola ala Papua
[isi] =>
Oleh: Paul Cumming
"Pak Paul! Pak Paul!" Terdengar teriakan keras dari lantai atas sebuah hotel di Bekasi. Mulanya saya masih mengabaikan teriakan itu. Tapi intonasi teriakan itu membuat saya sedikit panik. Lalu terdengar lagi teriakan yang lebih jelas: "Pak Paul! Adolof, Pak Paul!"
"Hah Adolof?" Saya baru sadar. Di depan seluruh pemain Perseman Manokwari yang sedang bersiap-siap berangkat ke stadion, ternyata ada satu pemain yang belum muncul. Pemain itu adalah Adolof Kabo. Saya refleks memijit-mijit kening sembari bergumam: "Aduh Adolof!"
Adolof Kabo adalah pemain kunci Perseman Manokwari saat saya melatih di sana pada 1984-1986. Sebagai seorang striker, dia penyerang yang gol-golnya amat dibutuhkan. Tapi Kabo bukan sekadar goal-getter, dia juga nyawa tim. Dengan skill individunya, yang kadang kala membuatnya terlihat egois, Kabo sering meneror pertahanan lawan seorang diri. Bersama partnernya di lini depan, Elly Rumaropen, dan pemain tengah Yonas Sawor, Kabo bisa sangat percaya diri mengobrak-abrik pertahanan lawan. Nama-nama inilah yang berhasil membawa Perseman sampai ke grand-final Divisi Utama Perserikatan 1986 menghadapi Persib Bandung.
Maka ketika saya sadar Adolof tak terlihat bersama rekan-rekannya, ditambah teriakan panik dari lantai atas, saya merasa gelisah bukan main. Padahal sebentar lagi kami harus berangat ke stadion Bekasi untuk berjuang mati-matian melawan Perseden Denpasar. Pertandingan itu amat menentukan bagi kami untuk lolos ke Empat Besar Divisi Satu 1984 yang akan digelar Bandung.
"Aduh, Adolof ini kemana, yah?"
"Mungkin dia masih di warung?" salah seorang pembantu umum (kitman) mencoba menenangkan saya. Setelah ditunggu beberapa menit, Adolf tak kunjung datang. Imbasnya saya pun berkeringat dingin.
"Cari dia! Cepat! Cepat! Cepat! Tidak ada waktu lagi!," teriakan saya menyentak seluruh ruangan. Dua orang pembantu umum yang terlihat kebingungan langsung berlari keluar mencari Adolof ke warung-warung terdekat.
Beberapa menit kemudian mereka berhasil menemukan Adolof. Degup jantung saya pun sedikit mereda. Syukurlah! Tapi kegugupan saya belum hilang karena Adolof tiba dengan dipapah dua pembantu umum. Adolof berjalan sempoyongan. "Duh ternyata dia mabuk!" keluh saya dalam hati.
Lantas tiba-tiba dia langsung memeluk saya. "Saya minta maaf Paul, saya baru habis sepuluh botol besar," ucap Adolof sambil meringis dengan air mata berlinang. Tampaknya dia merasa sangat bersalah.
"Adolof masih bisa main?" saya tanya dia baik-baik.
"Bisa, Paul. Walaupun saya mabuk saya janji cetak gol dan kita akan menang dan saya janji saya tidak akan minum lagi sampai kita juara di Bandung!"
"Okay Adolof. Saya percaya sama Adolof. Sekarang cepat pakai kostum karena kami menunggu Adolof untuk ikut doa sebelum ke lapangan,"
Sampai ke stadion Adolof masih loyo, langkahnya masih gontai. Dia masih belum memisahkan dunia nyata dengan alam bawah sadarnya. Waktu pemanasan dia malah sempat dua kali jatuh terpeleset membuat orang terheran-heran melihatnya. Saya sedikit ragu kepada dia, tapi saya percaya janji Adolof pada saya. Karena itulah saya pasang dia sebagai starter. Intinya dia harus berjuang dari awal.
Degup jantung saya mengencang sepanjang pertandingan, terutama saat melihat Adolof Kabo di lapangan. Duh! Masalahnya selama pertandingan dia berlari agak miring dan oleng sempoyongan. Tanpa di-tekel atau di-body charge lawan pun Adolof beberapa kali jatuh karena keseimbangannya yang setengah sadar.
Tetapi siapa sangka tiba-tiba dia mencetak gol yang sangat spektakuler lewat shooting jarak jauh dari jarak 30 meter. Kami pun menang 1-0 hingga bisa lolos ke 4 Besar di Bandung. Kejadian ini tak pernah saya lupakan, karena baru pertama kalinya saya lihat orang setengah sadar bisa cetak gol.
Cerita kemudian berlanjut di Bandung. Sampai ke Bandung saya sangat kecewa karena oleh panitia kami dan tiga tim lainnya ditempatkan dalam satu barak militer yang sama. Saya langsung melarang pemain turun dari bus. PS Bengkulu juga menolak tinggal di komplek militer itu dan memilih sebuah hotel yg sangat mewah.
Panitia marah-marah kepada saya, tetapi saya jelaskan kalau tim saya dari PSAD (Persatuan Sepakbola Angkatan darat) saya pasti setuju di situ, tapi kami tim bola sipil bukan militer. Mendengar alasan itu mereka panggil saya "Cowboy Cumming" .
Saya tak peduli omelan itu karena sesuai dengan prinsip saya kalau sebuah tim mau berhasil harus dalam keadaan gembira. Tinggal di barak militer, kami tentu tak akan gembira. Beruntung akhirnya kami dapat tempat di Balai Latihan Departemen Tenaga Kerja, di mana situasi sangat kondusif apalagi masyarakat disitu sangat-sangat ramah.
Bagi saya, bermain bola dengan kegembiraan, dengan hati yang senang, adalah kunci untuk memunculkan permainan maksimal anak-anak Perseman. Sepakbola adalah kebahagiaan, kesenangan, dan suka cita. Jika bermain dengan tertekan, sukar akan mendapatkan hasil yang diinginkan.
Ternyata kegembiraan suasana selama di situ membuat hasil yang positif dan Perseman keluar sebagai juara. Asal tahu saja, sebelum babak empat besar, semua pemain termasuk Adolof berjanji untuk tidak minum alkohol sampai kami menerima trofi juara Divisi Satu. Saya sudah bilang sama mereka, "Kalau kalian janji tidak minum sampai kita juara, malam setelah juara kalian bebas dan boleh minum sepuas-puasnya."
Dan ternyata janji itu mereka penuhi. Maka sesudah mengalakan PS Bengkulu 3-1 di final. Mereka langsung menagih janji itu. Saya menepati janji saya untuk membiarkan mereka larut dalam pesta pora.
Lanjut ke halaman berikutnya
Lanjutan dari halaman sebelumnya
Besoknya pagi-pagi saya sudah gelisah di hotel. Beberapa jam sebelum ke stasiun untuk pulang, para pemain masih banyak yang hilang entah ke mana. Untungnya beberapa mahasiswa asal Papua membantu kami mencari pemain di tempat-tempat hiburan. Beruntung sebelum kereta berangkat ke Jakarta semua pemain sudah ada di atas kereta walaupun sebagian dari mereka masih kurang sadar!
Melihat mereka saya tak pernah marah, saya tahu bahwa bir dan sepakbola di Papua memang sulit dipisahkan. Saran saya kepada pelatih yang hendak melatih klub-klub Papua harus mengerti masalah itu. Jika mau berhasil turuti saran saya itu. Soalnya amat jarang pemain Papua yang tidak suka minum, karena itu sudah bagian dari tradisi di sana.
Saya masih ingat ketika Adolof dikirim ke Brasil oleh PSSI. Sesudah agak lama di Brasil dia kembali ke Manokwari. Setelah sampai di Manokwari dia langsung mendatangi saya yang waktu itu sedang memimpin latihan Perseman di lapangan Borassi.
Ketika saya sedang asyik-asyik di tepi lapangan tiba-tiba saja Adolof berlari dan memeluk saya. Langsung saya tanya dia tentang pengalaman dia selama di Brasil. Maksud saya bertanya soal ilmu sepakbola yang dia dapat disana. Tapi jawabannya ternyata berbeda. Adolof malah menjawab dengan senyum khasnya "Aduh Paul! Bir di Brasil tidak enak!"
"Aduh Adolof!"
Ada juga cerita lucu lainnya. Saat itu Perseman sedang berlaga di Divisi Utama Perserikatan tahun 1985.
Waktu itu tiba-tiba saja Solichin GP (Ketua umum Persib Bandung) membuat acara makan bersama antara pemain Persib dan Perseman Manokwari di restoran Lembur Kuring Senayan. Saya pikir acara itu adalah acara permintaan maaf Solihin kepada saya, mengingat sebelumnya dia pernah meminta PSSI untuk mendeportasi saya hanya gara-gara Jonas Sawor mendorong Adjat Sudrajat ketika Persib jumpa Perseman di putaran 12 besar
Dalam acara makan-makan tersebut, pihak Persib amat sangat ramah. Entah itu taktik atau apa, yang jelas para pemain Perseman diberikan masing-masing 5 botol bir besar. Para pemain Persib tak lama-lama di sana mereka pulang duluan. Tapi Pemain Perseman tetap di tempat karena botol-botol yang ada belum habis.
"Alamak!" mereka lupa bahwa para pemain Persib cepat-cepat pulang karena keesokan harinya akan melawan Persija Jakarta. Dan yang lebih parahnya lagi, sebelum Persib bertanding di Stadion Senayan malam hari, sorenya Perseman harus melawan PSP Padang.
Kalau tidak salah, gara-gara pesta itu, banyak pemain yang mabuk berat dan begadang sampai pagi. Ada berapa pemain inti tidak bisa turun, termasuk Adolof karena cedera. Mau tak mau saya menurunkan pemain pas-pasan, apalagi banyak di antara mereka masih di bawah pengaruh alkohol. Beruntung Sem Aupe mampu menggantikan posisi Adolof sebagai striker dengan baik.
Pertandingan berjalan lancar dengan semangat tinggi. Hanya waktu istirahat di ruang ganti saya tidak memberikan intruksi kepada mereka. Sebagian pemain memilih tidur dan harus dibangunkan lagi untuk babak kedua. Meski terlelap sebentar, Perseman di luar dugaan menang 2-1.
---------------------------------------------------
Catatan editor:
Dalam naskah buku yang akan terbit [Persib Undercover: Kisah-kisah yang Terlupakan] yang disusun oleh Aqwam Fiazmi Hanifan, ada kisah tambahan yang menarik mengenai Perseman dan bir yang tak sempat dikisahkan Paul di tulisannya ini. Wawancara Aqwam dengan Achwani, Sekretaris Umum Persib di saat Persib bertemu Perseman di Grand Final Divisi Utama 1986, menjelaskan bagaimana Persib dengan cerdik menggunakan kebiasaan minum pemain Perseman ini.
Menurut Achwani, salah seorang pengurus diberi tugas untuk memancing para pemain Perseman keluar dari kamar hotel untuk ditraktir minum sepuasnya di salah satu bar. "Saya diberi tugas untuk kasih mereka berkrat-krat bir supaya mereka mabuk berat dan tak tidur, ternyata benar saja, ternyata di malam itu misi saya sukses, mereka mabuk dan sama sekali tak istirahat, padahal besoknya mau bertanding lawan Persib," ucap Achwani.
Hal ini diakui oleh Paul Cumming. Ia mengakui kelemahannya anak asuhnya selalu dimanfaatkan oleh lawan, hampir semua lawan Perseman, bukan hanya Persib.
Dalam laporan Pikiran Rakyat edisi 19 Januari 1985, Adolf Kabo mengakui bahwa minum-minum adalah tradisi yang biasa mereka lakukan bersama rekan-rekannya. Saat itu Perseman baru saja bertanding melawan PSMS dengan skor akhir 1-1. Saat berbicara pada wartawan ketika itu, Adolf sempat memperlihatkan tumpukan kaleng bir. [@zenrs]
Penulis adalah mantan pelatih sepakbola di berbagai klub Indonesia. Kini bergabung dengan Pandit Football Indonesia sebagai penulis tamu. Akun twitter @papuansoccer
image by:
travelpapua.blogspot.com
perseman-manokwari.jimdo.com
[gambar] => https://panditfootball.com/images/attach/perseman-1986-adolf-kabo-cs.jpg
[tanggal] => 01 Feb 2014
[counter] => 115.704
[penulis] => PanditFootball
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball
[penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com
[penulis_initial] => PND
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
)
)
[prev_post] => Array
(
[artikel_id] => 213310
[slug] => https://panditfootball.com/article/show/cerita/213310/PFB/200221/mourinho-yang-tidak-akan-disambut-baik-di-stamford-bridge
[judul] => Mourinho yang Tidak Akan Disambut Baik di Stamford Bridge
[isi] =>
Akhir pekan ini, Jose Mourinho akan datang ke Stamford Brigde untuk pertama kalinya sebagai pelatih Tottenham Hotspurs. Stadion yang sempat menjadi tempat yang membesarkan namanya pada tahun 2004-2007 lalu, mungkin sudah memiliki kondisi yang berbeda. Mourinho bukan lagi orang yang akan disambut dengan hangat oleh pendukung The Blues.
Ada masa dimana Mourinho mendapatkan tempat yang spesial di Stamford Bridge. Pada masa itu, mantel Armani yang sering ia kenakan saat membawa Chelsea menjadi juara Liga Primer Inggris musim 2004/05 dipajang di museum yang ada di Stamford Brigde. Mantel ini ditempatkan di tempat terbaik yang sangat mudah dilihat oleh siapapun yang mengunjungi museum.
Namun tidak jika Anda mengunjungi museum dalam beberapa tahun terakhir. Mantel bersejarah ini dipindahkan ke tempat yang kurang strategis setelah kepergiannya yang kedua dari Chelsea di tahun 2015 berjalan kurang baik-baik. The Athletics kemudian menanyakan, akan ditaro dimana mantel tersebut pada pertandingan besok saat Mourinho datang bersama Tottenham? Salah satu pegawai museum menjawab dengan nada bercanda, “sepertinya akan kami pindahkan ke lantai bawah tanah.”
VIDEO: Informasi terkini Chelsea FC
Jika kita melihat apa yang telah diberikan Mourinho kepada Chelsea memang Ia layak mendapat penghargaan lebih. Mourinho memberikan gelar juara Liga Primer Inggris 2 musim berturut-turut kepada Chelsea. Sebelum Mourinho datang ke klub asal London tersebut, mereka baru pernah satu kali menjadi juara di Inggris, tepatnya pada musim 1954/55. Tidak berlebihan sepertinya jika dikatakan Mourinho adalah manager tersukses bersama Chelsea sejauh ini.
Hal tersebut tidak tergambarkan dengan kondisi Stamford Brigde saat ini. Tidak ada satupun foto yang menunjukan muka Mourinho di setiap sudut Stamford Bridge saat ini. Lebih buruk lagi, kenangan terdekat antara Mourinho dan Stamford Bridge bukanlah kenangan yang bisa memperbaiki hubungannya dengan Chelsea.
Pada kedatangannya bersama Manchester United di musim 2018/19 yang berakhir dengan hasil imbang 2-2, emosinya tersulut akibat perayaan berlebihan gol penyama kedudukan oleh salah satu staf Chelsea yang dilakukan persis di depannya. Mourinho pun naik pitam dan hampir terjadi perkelahian antar keduanya. Tidak sampai di situ, setelah pertandingan selesai Mourinho yang masih mendapat perlakukan tidak enak dari suporter Chelsea yang hadir di stadion, meninggalkan lapangan dengan melayangkan 3 jari kepada para suporter.
“Ketika mereka memiliki seseorang yang berhasil memberikan mereka 4 gelar juara untuk mereka, maka aku akan menjadi nomor dua. Namun sekarang, ‘judas’ ini adalah yang pertama,” katanya setelah pertandingan tersebut.
Seorang pemilik tiket musiman Chelsea, Mark Worrall, melihat Mourinho pada masa pertama dan masa kedua menangani Chelsea adalah dua sosok yang berbeda. “Aku melihat dia berubah menjadi sosok orang tua yang menjengkelkan. Kami masih ingat ketika dia belum memiliki rambut berwarna putih dengan wajah yang masih segar, bercengkrama dengan Frank Lampard dan Jonh Terry. Jauh berbeda degan sosoknya yang pendendam dan meninggalkan klub dalam kondisi berantakan,” kata Worrall.
Ia bahkan sedikit memiliki perasaan buruk sangka setelah melihat perjalanan Mourinho di beberapa klub yang ia tangani. “Chelsea memang sempat mengalami masa yang baik di musim 2014/15 bersama Mourinho. Namun, apa yang terjadi setelahnya adalah apa yang sering dikatakan orang sebagai kebiasaan Mourinho. Pertama-tama Mourinho memecut para pemain agar meraih piala, kemudian mencari kambing hitam setelah gagal, lalu merancang situasi agar Dia dipecat, dan pergi meninggalkan dengan membawa uang pemecatan,” tambah Worrall. Dugaan Worrall tentu bukan tanpa dasar, pasalnya pola seperti itu juga terjadi saat Mourinho menangani Manchester United. Pola ini juga yang Ia harapkan akan terjadi di Tottenham Hotspurs nanti.
Memang tidak semua pendukung Chelsea berpikiran sama dengan Worrall. Beberapa tetap menaruh hormat pada Mourinho. “Aku tidak benci kepadanya (Mourinho). Ketika dia meninggalkan Tottenham, aku akan kembali menyukainya lagi,” kata seorang pemilik tiket musiman Chelsea lainnya.
Mourinho juga masih akan bertemu beberapa orang yang akrab dengannya. Bukan tidak mungkin Mourinho akan melepaskan senyum seperti saat bertemu John Terry di Villa Park akhir pekan lalu. Ia akan tetap menyapa dengan hangat Frank Lampard dan beberapa rekan lainnya yang masih berada di Chelsea.
Namun tetap saja, chants-chants yang menyudutkan Mourinho pasti akan terdengar di Stamford Bridge hari sabtu ini. Mungkin memang tidak dinyanyikan oleh semua pendukung Chelsea yang hadir, hanya oleh para pendukung yang belum bisa memaafkan Mourinho.
Kenangan buruk yang terbangun antara Chelsea dan Jose Mourinho, akan diperparah dengan rivalitas dua klub London yang sedang mencoba menjaga posisinya di zona Liga Champions. Pertandingan ini akan menjadi pertandingan panas yang rawan dengan bentrokan keras.
Mourinho tidak memiliki catatan yang baik saat Ia datang ke Stamford Bridge sebagai pelatih tim tamu. Dari 5 kali pertandingan, hanya satu yang berhasil ia menangkan. Saat itu ia datang bersama Inter Milan di musim 2009/10.
Namun, satu hal yang sangat ditakuti pendukung Chelsea pada pertandingan besok adalah jika sampai Tottenham berhasil memenangkan pertandingan. Jika hal itu terjadi, Chelsea bukan hanya kehilangan poin di kandang sendiri, melainkan juga mimpi buruk melihat Mourinho melakukan selebrasi kemenangan di Stamford Bridge bersama Tottenham Hotspurs. “Jika ia melakukan apa yang ia lakukan saat membawa Porto menang atas Manchester United, berlari dari pinggir lapangan sambil memukul dadanya, itu akan menjadi mimpi buruk bagi kami,” kata seorang pendukung Chelsea.
Hati-hati Blank Gameweek, bungs! Akhir pekan gameweek 28 Liga Primer Inggris akan berlangsung. Tapi, ada empat kesebelasan yang tidak akan bermain di gameweek ini. Keempat kesebelasan tersebut adalah Manchester City, Aston Villa, Arsenal, dan Sheffield United. Manchester City dan Aston Villa akan saling bertemu di final Carabao Cup, sementara Arsenal dan Sheffield United harus menunda laga mereka karena Man City dan Aston Villa yang saling bertemu.
Seperti biasa kami hadir kembali untuk merekomendasikan para pemain yang punya potensi mendulang poin dan diawali dari posisi kiper dan pemain belakang. Sebelum dimulai, kami ingatkan bahwa batas tenggat waktu GW28 ini adalah Sabut, 29 Februari 2020 pukul 02.00 WIB. Jadi, jangan sampai lupa mengatur skuad kalian, bungs!
Nick Pope (Burnley, £4.8) kami pilih sebagai kiper unggulan untuk GW28. Meski harus bertandang ke markas Newcastle, Pope masih punya potensi cukup besar untuk meraih nirbobol seperti yang ia lakukan di GW27 lalu. Newcastle hanya mencetak dua gol dalam empat gameweek terakhir (tersedikit kedua) dan hanya melepaskan 12 tembakan tepat sasaran (Tersedikit ketiga). Selain faktor lini serang Newcastle yang cupu, kemungkinan Pope bisa kembali meraih nirbobol terlihat dari lini pertahanan Burnley yang sedang baik, di mana mereka hanya kemasukan satu gol dalam kurun waktu yang sama dan Pope tercatat melakukan 14 kali penyelamatan.
Berpindah ke posisi bek. Trent Alexander-Arnold (Liverpool, £7.7) masih tetap layak berada di urutan pertama sebagai bek unggulan. Pemain berusia 21 tahun ini kembali menunjukkan kelasnya dengan memberikan dua asis di GW27 lalu. Dalam daftar catatan statistik di empat gameweek terakhir namanya tercatat di urutan pertama sebagai bek yang paling banyak melepaskan tembakan (sembilan kali) dan paling banyak dalam menciptakan umpan kunci (11 kali). Watford akan menjadi lawan Liverpool di GW28 ini dan catatan pertahanan mereka tidak terlalu baik di empat gameweek terakhir, ditembak lawan sebanyak 59 kali dan kebobolan sembilan gol (terbanyak kedua).
Aset-aset dari Leicester City sangat menarik untuk bisa kalian hingga tiga gameweek ke depan. Pasalnya, Leicester hanya akan menghadapi Norwich City, Aston Villa, dan Watford.
Maka dari itu di posisi bek, Ricardo Pereira (Leicester, £6.3) kami pilih sebagai bek unggulan untuk GW28. Bek yang beroperasi di sisi kanan Leicester ini tampil baik meski Leicester sering gagal meraih kemenangan. Pereira tercatat di urutan kedua sebagai bek yang paling banyak melepaskan tembakan dalam empat gameweek terakhir (Delapan kali) dan berada di urutan ketujuh sebagai bek yang paling banyak menciptakan peluang (enam kali).
Norwich City, sang lawan, tercatat hanya menciptakan satu gol dan kebobolan enam gol dalam empat gameweek terakhir. Bisa jadi di GW28 ini Perreira busa mencatatkan nirbobol sekaligus mencetak gol atau hanya sekedar memberi asis.
Patrick van Aanholt (Crystal Palace, £5.5) adalah bek terakhir yang kami rekomendasikan untuk GW28. Di GW27 lalu ia berhasil menghasil 15 poin bagi para manager yang percaya kepadanya. Di GW28 ini ia bisa mengulangi apa yang ia lakukan di akhir pekan lalu karena sang lawan, Brighton & Hove Albion juga sedang tidak tampil baik. Dalam empat gameweek terakhir, mereka kemasukan delapan gol dan tak sekalipun mencatatkan nirbobol.
***
Salam panah hijau dan semoga mendapatkan poin di atas rata-rata.
Harga pemain, angka kepemilikan, dan status pemain akurat per 28 Februari 2020.
Di tengah antusiasme akan segera dimulainya Liga 1 2020, ada satu kesedihan yang menimpa sepakbola Indonesia. Per musim kompetisi 2021, klub Indonesia tidak akan mendapat satupun slot preliminary round 1 di kompetisi antarklub tertinggi di Asia, Asian Champions League.
Catatan pahit musim depan seolah mengulangi kisah pahit tahun 2013 dan 2014. Saat itu Indonesia juga tak mendapat slot di kompetisi elite Asia dikarenakan dualisme kompetisi sehingga menghilangkan sikap professional sesungguhnya di mata AFC. Serupa, tahun 2016 dan 2017 pun Indonesia absen di kompetisi antar klub tertinggi Asia setelah PSSI dan sepakbola Indonesia dihukum FIFA.
Kepahitan periode tersebut sejatinya kembali terulang tahun 2021 mendatang. Dari daftar ranking terbaru, klub Indonesia tidak mendapat jatah slot apapun di Asian Champions League musim depan, baik itu babak play-off pertama yang sejak 3 musim terakhir diikuti Bali United dan Persija Jakarta. Alasannya menyangkut performa klub Indonesia di kompetisi Asia yang jauh dari kata memuaskan.
Secara peringkat, kegagalan klub-klub Indonesia baik itu Bali United atau Persija Jakarta melaju jauh di LCA 2020 membuat posisi Liga 1 di ranking kompetisi AFC melorot ke posisi ke-13, sebelumnya berada di posisi 11. Ranking ini secara berkala diperbaharui oleh AFC dengan menghitung prestasi setiap klub di kompetisi resmi klub AFC, baik itu Liga Champions Asia maupun Piala AFC dalam rentan waktu 4 musim terakhir.
Melorotnya posisi Indonesia juga dipengaruhi penampilan apik klub Korea Utara di AFC Cup selama 3 musim terakhir yang diwakili April 25 SC sehingga membuat ranking kompetisinya naik ke posisi 7 Wilayah Timur. April 25 SC sanggup melaju ke Inter-Zone Playoff Semifinal tahun 2017, inter Zone Playoff Final tahun 2018 dan Final AFC Cup tahun lalu.
Kub Indonesia hanya mentok di semifinal ASEAN Zone seperti yang dicapai Persija Jakarta (2018) dan PSM Makassar (2019). Pekerjaan Rumah serta beban ada di Pundak PSM dan Bali United yang menjadi wakil Indonesia di kompetisi Asia tahun 2020. Pencapaian mereka akan menentukan ranking kompetisi Indonesia tahun mendatang dan tentunya keikutsertaan di kompetisi tertinggi Asia.
Benah-benah Kompetisi
Entah kebetulan atau tidak, secara tidak langsung PSSI dan PT LIB perlahan mulai membenahi sistem kompetisi 2020 dengan hal yang paling dasar: jadwal liga. Berbanding terbalik dengan Liga 2019 yang dimulai di bulan Mei, Liga 1 2020 akan memulai kick-off di akhir Februari 2020 dan rencana akan selesai di akhir Oktober 2020 mendatang, atau paling telat di bulan November. Jadwal ini bisa disebut seragam dengan liga-liga lainnya di Asia Tenggara.
Sebagai contoh, Thai League, sebagai liga terbaik Asia Tenggara, telah memulai kompetisi 14 Februari yang lalu dan direncanakan akan selesai di bulan Oktober. Liga Malaysia akan memulai kick-off serupa dengan Liga 1. Vietnam dan Filipina akan memulai Liga mereka di bulan Maret mendatang.
Pembenahan jadwal liga tahun ini mempunyai satu alasan besar, yaitu target juara Piala AFF 2020 mendatang. Jika kita asumsikan liga berjalan sesuai rencana dan akan selesai paling lambat akhir bulan November mendatang, maka timnas senior akan mempunyai waktu untuk persiapan yang cukup dan yang paling penting fokus tanpa terganggu urusan klub lagi. Seperti diketahui, Piala AFF 2020 akan digelar mulai 14 Desember 2020.
Lalu apa hubungannya hal ini dengan nasib jatah Indonesia di Liga Champions Asia? Percayalah, tidak ada satu klub pun akan sukses di level kejuaraan antar klub negara tanpa dukungan sistem liga lokal yang serba tertata rapi.
Secara luas sebenarnya bukan hanya masalah penjadwalan Liga saja yang rapi, semua faktor yang membuat Liga 1 naik kelas nantinya akan mempunyai efek tersendiri untuk setiap tim yang mewakili Indonesia di kancah Asia. Namun masalah jadwal ini menjadi awal tonggak Liga 1 Indonesia yang memang terus berbenah sejak selesainya sanksi FIFA 2017 mendatang. Kita tentu berharap penjadwalan rapi sejak awal sudah mengantisipasi semua kemungkinan yang akan terjadi selama satu musim ke depan, agar tidak muncul lagi drama-drama pembatalan laga beberapa hari sebelum laga tersebut dihelat. Karena tentu sangat berpengaruh terhadap fokus tim itu sendiri. Hal tersebut menguntungkan para wakil Indonesia di kompetisi Asia yang jadwalnya sudah tersusun rapi sedemikian rupa.
Persoalan tingkat kompetitif Liga pun berpengaruh sangat besar. Beberapa klub di Indonesia yang musim ini sudah tak lagi sungkan gelontorkan dana transfer untuk merekrut pemain merupakan hal positif yang akan berdampak secara tidak langsung bagi kualitas Liga baik secara teknis maupun bisnis. Di sisi teknis, semakin klub-klub Indonesia punya standar kemampuan yang bagus maka tentu klub perwakilan di kompetisi Asia akan perlahan naik standar permainannya.
Perbedaaan tingkat permainan pun yang jadi masalah terbesar klub Indonesia di AFC Cup dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2018, dua klub Indonesia hanya mampu menggapai semifinal zona Asean. Persija (2018) dan PSM (2019) sama-sama takluk dari wakil ASEAN, Persija dari Home United serta PSM dari Becamex Bin Duong.
Apapun itu, langkah PSSI untuk akselerasi sepakbola Indonesia patut dinantikan dan juga didukung sepenuhnya. Pembenahan liga yang dimulai dari sisi jadwal sudah sangat tepat, walaupun sebenarnya perubahan ini mendapat stimulus dari kondisi tahun 2021 dimana untuk menuju kesana scheduling management PSSI beserta stake-holder bersangkutan tak boleh salah. Namun setidaknya kita punya satu sistem yang bisa terus dilanjutkan tahun depan.
Pada akhirnya, sistem liga dalam negeri menjadi fondasi awal untuk klub kita berprestasi di kancah Asia ke depannya.