Array
(
[article_data] => Array
(
[artikel_id] => 213345
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/213345/PFB/200317/dietmar-hopp-antara-protes-loyalitas-dan-sepakbola-modern
[judul] => Dietmar Hopp: Antara Protes, Loyalitas dan Sepakbola Modern
[isi] => Pernahkah terbayang menjadi Dietmar Hopp, investor TSG Hoffenheim, yang rutin diprotes suporter klub lawan karena dianggap membawa komerlialisasi sepakbola di Jerman? Mari kita bedah satu per satu.
Berbicara sosok Hopp, pria kelahiran Heidelberg Jerman tersebut merupakan lulusan Institut Teknologi Karlsruhe, perguruan tinggi terbaik Jerman dalam bidang teknologi, dengan memegang sertifikat sebagai certified engineer. Ia bekerja beberapa tahun sebagai software developer dan konsultan di IBM. Namun pada tahun 1972, ia bersama beberapa rekan di IBM mengundurkan diri dari pekerjaan dan memutuskan untuk merintis perusahaan sendiri di bidang software bernama SAP (System, Applications, and Products). Perusahaan ini yang membawa Hopp menuju kesuksesan karir, dimana ia menjabat sebagai chairman pada periode 1988 hingga 1998. SAP menjadi perusahaan IT terbesar ketiga setelah Microsoft dan juga Oracle.
Hopp kemudian pensiun dari SAP pada tahun 2003, dimana ia masih memegang saham sebesar 5,52 persen. Dengan market value perusahaan terbesar di Jerman menjadikan Hopp merupakan salah satu orang terkaya di Jerman.
VIDEO: Update dampak Coronavirus pada sepakbola
Pada tahun 1995, 3 tahun sebelum resign dari SAP, ia mendirikan ‘Dietmar Hopp Foundation’, Yayasan yang bergerak di bidang olahraga, kedokteran, perkembangan anak-anak, dan social service lainnya. Kegiatan Yayasan Hopp dipusatkan di daerah Kraichgau, tempat Hopp lahir dan tinggal.
Namun, itu semua yang tidak dilihat oleh suporter di Bundesliga, setidaknya mereka hanya melihat Hopp sebagai sosok investor dan bos dari TSG Hoffenheim, tidak lebih. Dan hal itu menjadi sumber permasalahannya.
Peran Dietmar Hopp untuk Hoffenheim
Pertanyaannya kemudian, apa yang telah dilakukan Hopp untuk klub masa kecilnya Hoffenheim?
TSG 1899 Hoffenheim sendiri sempat menjadi tempat Hopp bermain sepakbola saat usia dini. Saat itu klub tersebut belum banyak didengar dan bahkan masih berkutat sebagai klub amatir. Karena jasa Hopp berinvestasi,dalam kurun waktu 1990 hingga 2001, Hoffenheim bisa naik kasta dari tingkat 8 liga Jerman menuju tingkat 3 liga.
Pada tahun 2005, Hopp memulai investasi besar-besaran untuk klub dan mulai mematangkan rencana untuk bisa promosi ke Bundesliga. Termasuk salah satu langkahnya ialah menunjuk Ralf Rangnick sebagai pelatih kepala dan mengizinkan untuk mendatangkan pemain yang tidak dipunyai oleh klub di level tiga Liga Jerman. Hoffenheim lolos ke Bundesliga 2 pada musim 2007, dan semusim berselang ia mampu lolos ke Bundesliga.
Di luar dari itu semua, Hopp juga membangun stadion berkapasitas 30 ribu kursi pada tahun 2007 (yang selesai tahun 2009 di musim perdana Hoffenheim naik ke Bundesliga), dan fasilitas latihan modern. Ditaksir total investasi yang telah Hopp keluarkan senilai 350 juta Euro. Walaupun dalam beberapa tahun terakhir, Hoffenheim juga tertolong oleh sistem penjualan pemain, namun tanpa bantuan Hopp niscaya Die Kraichgauer (julukan Hoffenheim) tak dapat berbuat banyak di sepakbola Jerman.
Apa yang Membuat Fans Lawan Marah?
Singkatnya, menurut ultras dan fans di Bundesliga, apa yang dilakukan Hopp terhadap Hoffenheim dianggap sebagai ‘pembelian kesuksesan lewat uang’, karena dalam kultur sepakbola Jerman, khususnya Bundesliga sistem kepemilikan 50+1 wajib hukumnya dijalankan oleh setiap tim.
Sistem tersebut berarti dimana satu klub wajib memberikan hak kepemilikan penuh kepada member/supporter klub sebanyak 50 persen + 1 persen untuk menghindari kepemilikan tunggal, artinya investor luar hanya berhak memiliki saham klub maksimal di angka 49% saja. Peraturan ini terkecuali bagi Bayer Leverkusen dan VfL Wolfsburg dimana kedua klub tersebut didirikan oleh serikat pekerja. Leverkusen didirikan tahun 1904 oleh serikat pekerja Bayer, perusahaan farmasi. Sedangkan Wolfsburg didirikan tahun 1945 oleh serikat pekerja Volkswagen.
Sedangkan bagi Hopp, ia sudah menginvestasikan uang nya untuk Hoffenheim sejak 1990, namun dipandang sebagai upaya komersialisasi sepakbola. Karena pria berumur 79 tahun tersebut menguasai kurang lebih 96% saham klub, dimana hal tersebut jelas menantang aturan 50+1. Walaupun sebenarnya, aturan tersebut mempunyai kelonggaran bagi Investor yang telah menanamkan investasi besar-besar untuk satu klub lebih dari 20 tahun secara konsisten, maka ia diperbolehkan untuk membeli saham klub lebih dari 50%
Jika melihat dari kacamata investor, klub Hoffenheim bukan sesuatu yang ‘seksi’ untuk berinvestasi. Dimana kota tersebut populasinya tak lebih dari 5000 orang (tepatnya 3272 populasi). Kedatangan Hopp pada periode 1990 sangat membantu, terutama dalam hal mengatur finansial klub. Dan ia sendiri bukan tanpa alasan mendukung Hoffenheim. Yang pertama, kota tersebut merupakan tempat tinggal masa kecilnya, kedua Hoffenheim ialah tempatnya menghabiskan masa kecilnya untuk bermain sepakbola. Singkatnya, Hopp dan Hoffenheim punya ikatan emosional tersendiri.
Usaha Hopp untuk menaikkan citra klub kebanggaan sejak kecilnya, membuahkan cap dari fans tim lain sebagai ‘klub plastik’ sama seperti RB Leipzig, dimana mereka menggunakan uang untuk meraih kesuksesan di liga. Sesuatu yang bisa diperdebatkan di zaman sekarang.
Menolak Sepakbola Modern
Bentuk sikap paling keras, ditunjukkan oleh supporter Borussia Dortmund. Ultras BVB, konsisten memprotes Hopp sejak tahun 2008 dengan membentangkan spanduk anti-Hopp dengan slogan ‘anti-modern football’ saat bertandang ke markas Hoffenheim, ataupun sebaliknya.
Puncak gelombang protes dimulai sejak tahun 2011, dimana saat itu salah satu karyawan Hoffenheim membuat suara bising lain di sekitaran stadion agar chant protes fans Dortmund yang bertandang ke markas Hoffenheim tidak terdengar. Kisah ini memantik gelombang protes kepada Hopp setiap musimnya semakin besar.
Hingga akhirnya tahun 2017 federasi sepakbola Jerman (DFB) lewat sang presiden Reinhard Grindel, menghukum supporter Dortmund dengan tidak diperbolehkan hadir di markas Hoffenheim selama 2 musim. Alih-alih usai, gelombang protes untuk Hopp semakin menjadi-jadi. Termasuk yang terjadi di musim ini, dan meraih perhatian besar dari media di awal bulan ini.
Awal Maret 2020, saat Hoffenheim menjamu Bayern Munchen, suporter lawan yang datang membentangkan spanduk bertuliskan ‘Son of Bitch’ yang ditunjukkan langsung kepada Hopp seketika pertandingan langsung dihentikan, manajemen serta pemain Bayern langsung memberikan support untuk Hopp dengan mendatangi langsung tempat suporter Bayern membentangkan spanduk lalu wasit menghentikan pertandingan sementara. Setelah dilanjutkan di 13 menit sisa, pertandingan tidak efektif karena kedua tim hanya mengoper bola di tengah lapangan.
Apakah semua ini akan mereda? Tampaknya untuk kasus Hopp akan sulit ditemukan sebuah solusi tepat. Karena menurut para fans di liga Jerman, apa yang dilakukan Hopp telah melunturkan kultur atau budaya sepakbola Jerman. Sebagai contoh, wasit juga menghentikan laga Union Berlin vs Wolfsburg akibat nada dan spanduk kecaman terhadap Hopp.
Di stadion sendiri, federasi menugaskan wasit untuk menerapkan 3 langkah antisipasi jika nada diskriminasi, ancaman dan ujaran kebencian ada di stadion. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumumkan di dalam stadion dan menghimbau supporter, langkah kedua akan mengeluarkan kedua tim dari dalam stadion, dan langkah ketiga ada menghentikan pertandingan.
Tugas berat menanti pemangku kebijakan di federasi Jerman. Secara prinsip, federasi menolak segala upaya tindak ancaman, rasisme, dan ujaran kebencian suporter di stadion. Namun di sisi lain, ada kultur sepakbola Jerman yang harus mereka jaga. Sebuah budaya yang selama ini membuat sepakbola Jerman spesial dibandingkan liga-liga lain di Eropa.
Sepakbola Modern vs Komersialisasi Sepakbola
Jika menilik dari sisi Hoffenheim, sosok Dietmar Hopp merupakan the savior bagi perjalanan klub tersebut yang berasal dari kota kecil. Seandainya mengikuti peraturan 50+1, maka Hoffenheim sampai kapanpun akan sulit untuk naik ke Bundesliga, karena populasi kotanya yang terbilang sangat kecil untuk bisa menjadi member klub dan membantu secara finansial. Justru kehadiran ‘warga lokal’ yang menolong klub di sisi finansial mampu membuat kota Hoffenheim berbicara banyak di level atas sepakbola Jerman.
Terhitung, hanya Bayern Munich yang mampu menerapkan peraturan 50+1 dan mampu bersaing secara global atau dengan klub top Eropa lainnya. Dengan lebih dari 300 ribu fans di seluruh dunia membuat banyak perusahaan besar, seperti Allianz, Audi, dan Qatar Airways ingin berinvestasi di Bayern. Namun kadang, hal tersebut masih diprotes oleh suporter Bayern sendiri karena begitu banyaknya sponsor yang hadir, dan dianggap sebagai komersialisasi sepakbola.
Satu bukti bahwa sistem 50+1 kadang menelurkan masalah baru dialami Borussia Dortmund. Die Borussen pernah alami krisis finansial dengan hutang yang menumpuk dan bahkan sempat dibantu pinjaman dari Bayern Munich pada musim 2003-2004. Tujuh musim sebelumnya, atau tepatnya tahun 1997 Dortmund menjuarai Liga Champions. Setelahnya banyak pemain Bintang yang meminta gaji besar, kemudian klub (Dortmund) tidak sanggup memenuhi sehingga menumpuk banyak hutang.
Sebenarnya senasib dengan Hoffenheim, RB Leipzig pun mengalami hal serupa dengan menjadi klub yang dibenci di Jerman karena dianggap membeli kesuksesan. Namun jika protes Hoffenheim tertuju kepada investor yang menguasai saham di klub, protes untuk Leipzig muncul karena posisi member klub yang juga karyawan aktif perusahaan Red Bull. Walaupun kepanjangan ‘RB’ sudah diubah menjadi RasenBallsport, tetap saja memantik gelombang protes.
Pada akhirnya, sepakbola era saat ini identik dengan berbagai macam leverage atau daya angkat secara finansial untuk menaikkan status klub. Rasanya tidak adil seorang Dietmar Hopp terus diprotes kala usianya menginjak 80 di tahun ini. Toh, jika melihat Hoffenheim tidak begitu konsisten di setiap musimnya.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/fi%20hofen.png
[tanggal] => 17 Mar 2020
[counter] => 6.848
[penulis] => Gia Pijar Perdana
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/GiaPijar
[penulis_desc] =>
[penulis_initial] =>
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => cerita
[kategori_url] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
[user_url] =>
[user_fburl] =>
[user_twitterurl] =>
[user_googleurl] =>
[user_instagramurl] =>
)
[tags] => Array
(
[0] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 213345
[tag_id] => 382
[tag_name] => borussia dortmund
[tag_slug] => borussia-dortmund
[status_tag] =>
[hitung] => 158
)
[1] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 213345
[tag_id] => 2875
[tag_name] => TSG Hoffenheim
[tag_slug] => tsg-hoffenheim
[status_tag] =>
[hitung] => 6
)
[2] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 213345
[tag_id] => 7542
[tag_name] => Bayern Munich
[tag_slug] => bayern-munich
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
[3] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 213345
[tag_id] => 12980
[tag_name] => Timeless
[tag_slug] => timeless
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
[4] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 213345
[tag_id] => 12994
[tag_name] => Football Business
[tag_slug] => football-business
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
[5] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 213345
[tag_id] => 12996
[tag_name] => BundesligaDietmar Hopp
[tag_slug] => bundesligadietmar-hopp
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
)
[related_post] => Array
(
[0] => Array
(
[artikel_id] => 4236
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/4236/PFB/140411/bocah-kolombia-ini-menangis-terharu-saat-bertemu-falcao
[judul] => Bocah Kolombia Ini Menangis Terharu Saat Bertemu Falcao
[isi] => Falcao memang masih diragukan untuk tampil di Piala Dunia nanti, terkait cedera ligamen yang dideritanya. Striker tim nasional Kolombia tersebut cedera saat membela Monaco di Liga Prancis.
Meski masih menjalani terapi agar mempercepat penyembuhan lututnya di kota Madrid, Falcao masih menyempatkan diri bertemu penggermarnya.
Bocah asal Bogota Kolombia yang akhirnya berhasil bertemu dengannya memang bukan sembarangan, melainkan penggemar berat yang memiliki lebih dari 130 foto dan kliping koran terpajang di dinding kamarnya.
Berkat bantuan Revel Foundation, bocah 13 tahun bernama Michael Steven akhirnya meledak tangisnya saat bertemu langsung dengan sang idola. Kerasnya tangis seru sempat membuat heran anak - anak lain yang memang juga berkesempatan bertemu dengan El Tigre.
Pada akhir pertemuan tersebut Steven juga sempat memegang lutut Falcao sambil mendoakan agar dirinya dapat sembuh dengan cepat. Steven berharap agar di Piala Dunia nanti negaranya Kolombia dapat diperkuat mantan striker Atletico Madrid tersebut.
Falcao memang belum dapat dipastikan pulih total saat Piala Dunia nanti. Namun dokter yang menanganinya, Jose Carlos Noronha optimis kesembuhan Falcao dapat terjadi lebih cepat.
Get well soon El Tigre!
[video id="SHYpZoNLV9o" site="youtube"][/video]
(amp)
[gambar] => http://www.panditfootball.com/wp-content/uploads/2014/04/falcao.jpg
[tanggal] => 11 Apr 2014
[counter] => 2.619
[penulis] => PanditFootball
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball
[penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com
[penulis_initial] => PND
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
)
[1] => Array
(
[artikel_id] => 1930
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/1930/PFB/140201/kisah-bir-dan-sepakbola-ala-papua
[judul] => Kisah Bir dan Sepakbola ala Papua
[isi] => Oleh: Paul Cumming
"Pak Paul! Pak Paul!" Terdengar teriakan keras dari lantai atas sebuah hotel di Bekasi. Mulanya saya masih mengabaikan teriakan itu. Tapi intonasi teriakan itu membuat saya sedikit panik. Lalu terdengar lagi teriakan yang lebih jelas: "Pak Paul! Adolof, Pak Paul!"
"Hah Adolof?" Saya baru sadar. Di depan seluruh pemain Perseman Manokwari yang sedang bersiap-siap berangkat ke stadion, ternyata ada satu pemain yang belum muncul. Pemain itu adalah Adolof Kabo. Saya refleks memijit-mijit kening sembari bergumam: "Aduh Adolof!"
Adolof Kabo adalah pemain kunci Perseman Manokwari saat saya melatih di sana pada 1984-1986. Sebagai seorang striker, dia penyerang yang gol-golnya amat dibutuhkan. Tapi Kabo bukan sekadar goal-getter, dia juga nyawa tim. Dengan skill individunya, yang kadang kala membuatnya terlihat egois, Kabo sering meneror pertahanan lawan seorang diri. Bersama partnernya di lini depan, Elly Rumaropen, dan pemain tengah Yonas Sawor, Kabo bisa sangat percaya diri mengobrak-abrik pertahanan lawan. Nama-nama inilah yang berhasil membawa Perseman sampai ke grand-final Divisi Utama Perserikatan 1986 menghadapi Persib Bandung.
Maka ketika saya sadar Adolof tak terlihat bersama rekan-rekannya, ditambah teriakan panik dari lantai atas, saya merasa gelisah bukan main. Padahal sebentar lagi kami harus berangat ke stadion Bekasi untuk berjuang mati-matian melawan Perseden Denpasar. Pertandingan itu amat menentukan bagi kami untuk lolos ke Empat Besar Divisi Satu 1984 yang akan digelar Bandung.
"Aduh, Adolof ini kemana, yah?"
"Mungkin dia masih di warung?" salah seorang pembantu umum (kitman) mencoba menenangkan saya. Setelah ditunggu beberapa menit, Adolf tak kunjung datang. Imbasnya saya pun berkeringat dingin.
"Cari dia! Cepat! Cepat! Cepat! Tidak ada waktu lagi!," teriakan saya menyentak seluruh ruangan. Dua orang pembantu umum yang terlihat kebingungan langsung berlari keluar mencari Adolof ke warung-warung terdekat.
Beberapa menit kemudian mereka berhasil menemukan Adolof. Degup jantung saya pun sedikit mereda. Syukurlah! Tapi kegugupan saya belum hilang karena Adolof tiba dengan dipapah dua pembantu umum. Adolof berjalan sempoyongan. "Duh ternyata dia mabuk!" keluh saya dalam hati.
Lantas tiba-tiba dia langsung memeluk saya. "Saya minta maaf Paul, saya baru habis sepuluh botol besar," ucap Adolof sambil meringis dengan air mata berlinang. Tampaknya dia merasa sangat bersalah.
"Adolof masih bisa main?" saya tanya dia baik-baik.
"Bisa, Paul. Walaupun saya mabuk saya janji cetak gol dan kita akan menang dan saya janji saya tidak akan minum lagi sampai kita juara di Bandung!"
"Okay Adolof. Saya percaya sama Adolof. Sekarang cepat pakai kostum karena kami menunggu Adolof untuk ikut doa sebelum ke lapangan,"
Sampai ke stadion Adolof masih loyo, langkahnya masih gontai. Dia masih belum memisahkan dunia nyata dengan alam bawah sadarnya. Waktu pemanasan dia malah sempat dua kali jatuh terpeleset membuat orang terheran-heran melihatnya. Saya sedikit ragu kepada dia, tapi saya percaya janji Adolof pada saya. Karena itulah saya pasang dia sebagai starter. Intinya dia harus berjuang dari awal.
Degup jantung saya mengencang sepanjang pertandingan, terutama saat melihat Adolof Kabo di lapangan. Duh! Masalahnya selama pertandingan dia berlari agak miring dan oleng sempoyongan. Tanpa di-tekel atau di-body charge lawan pun Adolof beberapa kali jatuh karena keseimbangannya yang setengah sadar.
Tetapi siapa sangka tiba-tiba dia mencetak gol yang sangat spektakuler lewat shooting jarak jauh dari jarak 30 meter. Kami pun menang 1-0 hingga bisa lolos ke 4 Besar di Bandung. Kejadian ini tak pernah saya lupakan, karena baru pertama kalinya saya lihat orang setengah sadar bisa cetak gol.
Cerita kemudian berlanjut di Bandung. Sampai ke Bandung saya sangat kecewa karena oleh panitia kami dan tiga tim lainnya ditempatkan dalam satu barak militer yang sama. Saya langsung melarang pemain turun dari bus. PS Bengkulu juga menolak tinggal di komplek militer itu dan memilih sebuah hotel yg sangat mewah.
Panitia marah-marah kepada saya, tetapi saya jelaskan kalau tim saya dari PSAD (Persatuan Sepakbola Angkatan darat) saya pasti setuju di situ, tapi kami tim bola sipil bukan militer. Mendengar alasan itu mereka panggil saya "Cowboy Cumming" .
Saya tak peduli omelan itu karena sesuai dengan prinsip saya kalau sebuah tim mau berhasil harus dalam keadaan gembira. Tinggal di barak militer, kami tentu tak akan gembira. Beruntung akhirnya kami dapat tempat di Balai Latihan Departemen Tenaga Kerja, di mana situasi sangat kondusif apalagi masyarakat disitu sangat-sangat ramah.
Bagi saya, bermain bola dengan kegembiraan, dengan hati yang senang, adalah kunci untuk memunculkan permainan maksimal anak-anak Perseman. Sepakbola adalah kebahagiaan, kesenangan, dan suka cita. Jika bermain dengan tertekan, sukar akan mendapatkan hasil yang diinginkan.
Ternyata kegembiraan suasana selama di situ membuat hasil yang positif dan Perseman keluar sebagai juara. Asal tahu saja, sebelum babak empat besar, semua pemain termasuk Adolof berjanji untuk tidak minum alkohol sampai kami menerima trofi juara Divisi Satu. Saya sudah bilang sama mereka, "Kalau kalian janji tidak minum sampai kita juara, malam setelah juara kalian bebas dan boleh minum sepuas-puasnya."
Dan ternyata janji itu mereka penuhi. Maka sesudah mengalakan PS Bengkulu 3-1 di final. Mereka langsung menagih janji itu. Saya menepati janji saya untuk membiarkan mereka larut dalam pesta pora.
Lanjut ke halaman berikutnya
Lanjutan dari halaman sebelumnya
Besoknya pagi-pagi saya sudah gelisah di hotel. Beberapa jam sebelum ke stasiun untuk pulang, para pemain masih banyak yang hilang entah ke mana. Untungnya beberapa mahasiswa asal Papua membantu kami mencari pemain di tempat-tempat hiburan. Beruntung sebelum kereta berangkat ke Jakarta semua pemain sudah ada di atas kereta walaupun sebagian dari mereka masih kurang sadar!
Melihat mereka saya tak pernah marah, saya tahu bahwa bir dan sepakbola di Papua memang sulit dipisahkan. Saran saya kepada pelatih yang hendak melatih klub-klub Papua harus mengerti masalah itu. Jika mau berhasil turuti saran saya itu. Soalnya amat jarang pemain Papua yang tidak suka minum, karena itu sudah bagian dari tradisi di sana.
Saya masih ingat ketika Adolof dikirim ke Brasil oleh PSSI. Sesudah agak lama di Brasil dia kembali ke Manokwari. Setelah sampai di Manokwari dia langsung mendatangi saya yang waktu itu sedang memimpin latihan Perseman di lapangan Borassi.
Ketika saya sedang asyik-asyik di tepi lapangan tiba-tiba saja Adolof berlari dan memeluk saya. Langsung saya tanya dia tentang pengalaman dia selama di Brasil. Maksud saya bertanya soal ilmu sepakbola yang dia dapat disana. Tapi jawabannya ternyata berbeda. Adolof malah menjawab dengan senyum khasnya "Aduh Paul! Bir di Brasil tidak enak!"
"Aduh Adolof!"
Ada juga cerita lucu lainnya. Saat itu Perseman sedang berlaga di Divisi Utama Perserikatan tahun 1985.
Waktu itu tiba-tiba saja Solichin GP (Ketua umum Persib Bandung) membuat acara makan bersama antara pemain Persib dan Perseman Manokwari di restoran Lembur Kuring Senayan. Saya pikir acara itu adalah acara permintaan maaf Solihin kepada saya, mengingat sebelumnya dia pernah meminta PSSI untuk mendeportasi saya hanya gara-gara Jonas Sawor mendorong Adjat Sudrajat ketika Persib jumpa Perseman di putaran 12 besar
Dalam acara makan-makan tersebut, pihak Persib amat sangat ramah. Entah itu taktik atau apa, yang jelas para pemain Perseman diberikan masing-masing 5 botol bir besar. Para pemain Persib tak lama-lama di sana mereka pulang duluan. Tapi Pemain Perseman tetap di tempat karena botol-botol yang ada belum habis.
"Alamak!" mereka lupa bahwa para pemain Persib cepat-cepat pulang karena keesokan harinya akan melawan Persija Jakarta. Dan yang lebih parahnya lagi, sebelum Persib bertanding di Stadion Senayan malam hari, sorenya Perseman harus melawan PSP Padang.
Kalau tidak salah, gara-gara pesta itu, banyak pemain yang mabuk berat dan begadang sampai pagi. Ada berapa pemain inti tidak bisa turun, termasuk Adolof karena cedera. Mau tak mau saya menurunkan pemain pas-pasan, apalagi banyak di antara mereka masih di bawah pengaruh alkohol. Beruntung Sem Aupe mampu menggantikan posisi Adolof sebagai striker dengan baik.
Pertandingan berjalan lancar dengan semangat tinggi. Hanya waktu istirahat di ruang ganti saya tidak memberikan intruksi kepada mereka. Sebagian pemain memilih tidur dan harus dibangunkan lagi untuk babak kedua. Meski terlelap sebentar, Perseman di luar dugaan menang 2-1.
---------------------------------------------------
Catatan editor:
Dalam naskah buku yang akan terbit [Persib Undercover: Kisah-kisah yang Terlupakan] yang disusun oleh Aqwam Fiazmi Hanifan, ada kisah tambahan yang menarik mengenai Perseman dan bir yang tak sempat dikisahkan Paul di tulisannya ini. Wawancara Aqwam dengan Achwani, Sekretaris Umum Persib di saat Persib bertemu Perseman di Grand Final Divisi Utama 1986, menjelaskan bagaimana Persib dengan cerdik menggunakan kebiasaan minum pemain Perseman ini.
Menurut Achwani, salah seorang pengurus diberi tugas untuk memancing para pemain Perseman keluar dari kamar hotel untuk ditraktir minum sepuasnya di salah satu bar. "Saya diberi tugas untuk kasih mereka berkrat-krat bir supaya mereka mabuk berat dan tak tidur, ternyata benar saja, ternyata di malam itu misi saya sukses, mereka mabuk dan sama sekali tak istirahat, padahal besoknya mau bertanding lawan Persib," ucap Achwani.
Hal ini diakui oleh Paul Cumming. Ia mengakui kelemahannya anak asuhnya selalu dimanfaatkan oleh lawan, hampir semua lawan Perseman, bukan hanya Persib.
Dalam laporan Pikiran Rakyat edisi 19 Januari 1985, Adolf Kabo mengakui bahwa minum-minum adalah tradisi yang biasa mereka lakukan bersama rekan-rekannya. Saat itu Perseman baru saja bertanding melawan PSMS dengan skor akhir 1-1. Saat berbicara pada wartawan ketika itu, Adolf sempat memperlihatkan tumpukan kaleng bir. [@zenrs]
Penulis adalah mantan pelatih sepakbola di berbagai klub Indonesia. Kini bergabung dengan Pandit Football Indonesia sebagai penulis tamu. Akun twitter @papuansoccer
image by:
travelpapua.blogspot.com
perseman-manokwari.jimdo.com
[gambar] => https://panditfootball.com/images/attach/perseman-1986-adolf-kabo-cs.jpg
[tanggal] => 01 Feb 2014
[counter] => 115.704
[penulis] => PanditFootball
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball
[penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com
[penulis_initial] => PND
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
)
)
[prev_post] => Array
(
[artikel_id] => 213344
[slug] => https://panditfootball.com/article/show/analisa-pertandingan/213344/PFB/200316/cara-persiraja-catatkan-nirbobol-di-tiga-laga-liga-1-2020
[judul] => Cara Persiraja Catatkan Nirbobol di Tiga Laga Liga 1 2020
[isi] => Persiraja Banda Aceh baru meraih satu kemenangan pada pekan ketiga Liga 1 2020. Tapi mereka punya catatan impresif, terlebih sebagai dengan status kesebelasan promosi. Persiraja hingga saat ini belum pernah kebobolan. Hasilnya, mereka pun belum menelan kekalahan, sama seperti Persib, Bali United, PSM, dan Bhayangkara FC.
Pertahanan Persiraja patut diacungi jempol karena pada dua laga pertama, mereka menghadapi dua tim kuat Liga 1: Bhayangkara FC dan Madura United. Dua lawan Persiraja itu merupakan kesebelasan bertabur bintang. Tapi hebatnya, tak satupun dari kedua kesebelasan itu yang mampu membobol gawang Persiraja yang dikawal Fakhrurrazi Quba. Sementara satu klub lainnya yang juga tidak berhasil mencetak gol ke gawang Persiraja adalah satu klub promosi lainnya, Persik Kediri.
Tanpa mendiskreditkan kemampuan Fakhrurrazi, yang disebut-sebut sebagai faktor utama Persiraja tak kebobolan, sebenarnya skema pertahanan Persiraja-lah yang membuat Fakhrurrazi punya tugas lebih ringan. Sistem pertahanan Persiraja sangat sulit ditembus sehingga Fakhrurrazi jarang mendapatkan peluang terbuka.
VIDEO: Update dampak Coronavirus pada sepakbola
Garis Pertahanan Rendah Persiraja
Bukti kuatnya pertahanan Persiraja karena sistem adalah Persiraja tetap sulit dibobol meski mereka mengubah-ubah susunan pemain di belakang pada tiga laga awal. Pelatih Persiraja, Hendri Susilo, tampaknya belum menemukan komposisi yang pas di lini pertahanan.
Persiraja selalu bermain dengan skema empat bek. Di laga pertama melawan Bhayangkara FC, Hendri Susilo memasang Agus Suhendra, Adam Mitter, Tri Rahmad Priadi, dan Eriyanto. Di laga kedua melawan Madura United, Rezham Baskoro dan Ganjar Mukti menghuni line-up, Tri dan Agus terdepak ke bangku cadangan (koreksi: Tri dan Agus cedera pada laga melawan Bhayangkara FC). Sedangkan di laga ketiga melawan Persik, Rezham dan Ganjar digantikan oleh Luis Irsanda dan Rendi Saputra. Artinya, hanya Eriyanto dan Adam Mitter yang tak tergantikan di lini pertahanan.
Meski susunan pemain berubah, cara bertahan Persiraja tetap sama. Mereka memainkan garis pertahanan rendah. Ketika lawan menguasai bola, para pemain Persiraja akan menunggu di wilayah pertahanan sendiri, tidak langsung melancarkan pressing. Penyerang Persiraja, Vanderlei Francisco, juga turut mundur hingga belakang garis tengah lapangan.
Secara tidak langsung, Persiraja membentuk pertahanan tiga lapis. Persiraja akan membentuk pola 4-4-2 atau 4-1-4-1 saat membentuk pertahanan. Jika membentuk pola 4-4-2, Bruno Dybal akan temani Vanderlei sebagai tembok pertama pertahanan. Tapi jika bola berhasil lolos ke tengah, maka salah satu di antara mereka akan turun ke tengah, yang dibarengi satu gelandang yang lebih mendekati dua bek tengah.
Dalam transisi menyerang ke bertahan pun, para pemain Persiraja tidak `tertarik` untuk langsung mengambil alih kembali penguasaan bola dengan berupaya merebut bola secepat mungkin. Mereka akan buru-buru kembali ke pertahanan lalu membentuk kembali pola 4-4-2 atau 4-1-4-1.
Bhayangkara FC, Madura United, dan Persik kesulitan membongkar sistem pertahanan ini. Bhayangkara dan Persik yang memainkan umpan-umpan pendek saat menyerang, tertahan di tengah karena ruang di lini pertahanan Persiraja tertutup rapat. Sementara itu Madura United yang mengandalkan kecepatan para pemain depannya, tak punya ruang untuk dieksploitasi karena garis pertahanan terakhir Persiraja sangat dekat dengan penjaga gawang, Fakhrurrazi. Alhasil ketiga kesebelasan berusaha menciptakan peluang melalui tendangan jarak jauh ataupun bola mati.
Berdampak Pada Minimnya Kreasi Serangan
Kekuatan Persiraja di lini pertahanan ini mengorbankan satu hal penting: kreasi serangan. Dengan menyimpan 10 pemain lapangan di lini pertahanan, Hendri Susilo lebih mengandalkan serangan balik pada situasi transisi dari bertahan ke menyerang. Itulah yang membuat Persiraja pada akhirnya hanya menyerang dengan tiga sampai lima pemain saja.
Pada gol Defry Risky ke gawang Persik, Persiraja menyerang hanya mengandalkan tiga pemain saja di wilayah pertahanan lawan. Momentum seperti itu jarang terjadi, hingga pada akhirnya gol Defry Risky menjadi gol pertama Persiraja pada musim ini. Ya, Persiraja baru mencetak satu gol, di samping mereka tak kebobolan.
Persiraja sangat berharap pada skema bola-bola mati untuk membuat para pemain belakang meninggalkan posisinya. Saat mendapatkan tendangan gawang, Fakhrurrazi akan melakukan tendangan jauh ke tengah. Saat itulah Persiraja berusaha menaikkan garis pertahanan mereka, berharap bola hasil duel-duel udara maupun duel kedua tetapi berada di kaki para pemain Persiraja.
Pun begitu saat lemparan ke dalam, sepak pojok, dan tendangan bebas, hanya di momen-momen itulah para pemain belakang Persiraja meninggalkan posnya untuk mencetak gol. Kedua bek sayap Persiraja nyaris tak berupaya mencari celah overlap (kalaupun terjadi mungkin tak lebih dari tiga kali) untuk membantu serangan. Kedua bek sayap memiliki tugas utama untuk menjaga kedua sisi sehingga saat menghadapi serangan balik para pemain Persiraja tak kalah jumlah.
***
Di tiga laga terakhir Persiraja sukses tak kebobolan. Tapi sebenarnya ketika mereka menghadapi serangan balik cepat, sangat terlihat sistem pertahanan Persiraja begitu rapuh, faktor utamanya karena para pemain Persiraja tidak berusaha menjegal lawan yang melakukan transisi dari bertahan ke menyerang, mengutamakan membentuk pola pertahanan.
Namun di tiga lawan perdana Persiraja, ketiganya tidak punya skema serangan balik yang mematikan dan efektif. Jika bertemu dengan kesebelasan yang memiliki sirkulasi cepat dalam melancarkan serangan, dapat dipastikan skuad asuhan Hendri Susilo ini akan kewalahan dan gawang Fakhrurrazi pun tak laga aman.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/fi%20persiraja.png
[tanggal] => 16 Mar 2020
[counter] => 7.691
[penulis] => ardypandit
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/test/ardyskets.JPG
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/ArdyPandit
[penulis_desc] => Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com
[penulis_initial] => ANS
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
)
[next_post] => Array
(
[artikel_id] => 213346
[slug] => https://panditfootball.com/article/show/sains-bola/213346/PFB/200318/hamstring-sebagai-bagian-penting-bagi-pemain-sepakbola
[judul] => Hamstring Sebagai Bagian Penting Bagi Pemain Sepakbola
[isi] => Pemain sepakbola tidak akan terlepas dari cedera. Baik yang ringan maupun yang parah, seorang pemain sepakbola hampir dipastikan pernah mengalami cedera. Bahkan tidak jarang seorang pemain harus mengakhiri karirnya lebih awal, karena cedera yang ia alami.
Apalagi jika sepak bola dimainkan pada level tertinggi yang menyajikan intensitas dan tempo tinggi.Resiko cedera tentu akan lebih besar. Dalam ajang Liga Premer Inggris yang dikenal sebagai liga paling keras dan sering menyajikan pertandingan dengan intensitas tinggi, angka cedera pada musim 2018/2019 seperti dilansir jlt.com mencapai 764 kasus yang mana meningkat 15% dari musim 2017/2018.
Dalam artikel jlt.com dikatakan bahwa klub-klub liga inggris mengeluarkan dana sebesar 221 juta poundsterling pada musim 2018/2019 hanya untuk perawatan cedera pemain. Tak hanya itu, angka pengeluaran klub untuk menggaji pemain yang cedera juga meningkat sebesar 86% dibanding musim sebelumnya.
VIDEO: Update dampak Coronavirus pada sepakbola
Dalam penelitian UEFA.com untuk ajang UEFA EURO 2016, dipaparkan bahwa 87% insiden cedera pemain sepak bola terjadi pada ekstremitas bawah (tungkai). Dari 87% tersebut, sekitar 33% kasus cedera terjadi pada ekstremitas bawah, menyerang bagian paha pemain.
Masih berdasarkan data UEFA.com, cedera otot masih menjadi masalah besar bagi pemain sepak bola dengan angka kejadian mencapai 55% dari total cedera di ajang UEFA EURO 2016. Ironisnya angka cedera otot terus mengalami peningkatan dalam setiap ajang EURO.
Otot dan tulang adalah dua bagian tubuh yang paling berperan saat manusia bergerak. Bagi pemain sepakbola, otot bagian paha memiliki peran cukup penting selama bermain 90 menit. Hal inilah yang membuat cedera otot paha merupakan cedera yang paling sering terjadi.
Mari kita pahami lebih dalam komponen yang ada pada bagian paha. Dalam orthoinfo.aaos.org dijelaskan bahwa paha memiliki 3 kelompok otot besar yaitu Hamstring (belakang paha), Quadriceps (depan paha), dan otot adduktor pada bagian dalam. Hamstring dan quadriceps adalah kelompok otot yang sering cedera karena mereka dibutuhkan untuk memfasilitasi gerakan dengan intensitas tinggi seperti berlari, melompat, dan mengubah arah. Selain itu dua kelompok otot ini juga sangat rawan karena keduanya melintang dari sendi panggul dan lutut.
Dari kedua kelompok otot paha di atas, hamstring menjadi otot yang paling sering mengalami cedera. Howard J. Luks, MD, dalam artikelnya pada 5 November 2016, mengatakan bahwa kasus cedera hamstring menjadi kasus yang paling sering terjadi dalam sepak bola dengan angka kejadian mencapai 40%. Bernard Duvivier (dkk, 2019) juga memaparkan pada penelitian di Liga Australia, yang mana kasus cedera hamstring terus mengalami peningkatan hingga 71% dari musim 2003 hingga 2012.
Tak hanya itu, rata-rata pemain harus beristirahat setidaknya 14 hari jika mengalami cedera hamstring dan rata-rata klub liga Australia harus mengeluarkan sekitar 250.000 Euro untuk perawatan cedera hamstring. Dari ajang UEFA EURO 2016, terdapat 3 pemain yang harus merelakan caps tim nasional mereka dikarenakan cedera hamstring yang menjadikan kasus cedera hamstring menjadi kasus yang paling sering terjadi pada kompetisi tersebut.
Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ini? Menurut penelitian Ross A Clark (2008) dikatakan bahwa ada beberapa langkah untuk mencegah cedera hamstring.
Meningkatkan fleksibilitas pada otot hamstring dapat dijadikan salah satu upaya untuk menurunkan risiko cedera hamstring. Kurangnya fleksibilitas pada otot dan tendon hamstring mengakibatkan penurunan kemampuan otot dan tendo untuk berkontraksi dengan cepat dan kuat sehingga meningkatkan risiko cedera.
Meningkatkan keseimbangan tulang belakang juga dapat mengurangi risiko cedera hamstring. Saat postur tubuh tidak dalam keadaan ideal (terlalu membungkuk ke depan contohnya) mengakibatkan hamstring bekerja dengan sangat berat untuk memproduksi gaya yang secara otomatis akan meningkatkan risiko cedera hamstring itu sendiri.
Menghindari kelelahan juga harus menjadi perhatian. Saat pemain harus bertarung dalam posisi kelelahan, kontrol terhadap gerakan tentu akan terus mengalami penurunan. Hamstring yang merupakan salah satu kelompok otot yang memfasilitasi keseimbangan di ekstremitas bawah tentu akan bekerja dua kali lebih berat jika pemain sering kehilangan kontrol terhadap gerakannya.
Untuk menurunkan risiko cedera, atlet harus memastikan bahwa rasio kekuatan antara hamstring dan quadriceps harus ideal. Menurut Ross A Clark (2008) dikatakan bahwa hamstring setidaknya harus mampu memproduksi gaya sebesar >60% lebih besar dibanding gaya yang dapat diproduksi quadriceps untuk mencegah cedera hamstring.
Keselamatan adalah yang utama dalam hal apapun. Memastikan pemain untuk terhindar sejauh mungkin dari cedera tentu harus menjadi aspek yang diutamakan oleh pemain itu sendiri, pelatih, dan tentunya klub.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/fi-hamstring.jpg
[tanggal] => 18 Mar 2020
[counter] => 8.496
[penulis] => Wimpi Pardede
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/wimpi
[penulis_desc] =>
[penulis_initial] =>
[kategori_id] => 334
[kategori_name] => Sains
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola
)
[categories] => Array
(
[0] => Array
(
[kategori_id] => 18
[kategori_name] => Editorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial
[status] => 1
[counter] => 203
)
[1] => Array
(
[kategori_id] => 4969
[kategori_name] => Advetorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial
[status] => 1
[counter] => 46
)
[2] => Array
(
[kategori_id] => 6729
[kategori_name] => tentang
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang
[status] => 1
[counter] => 0
)
[3] => Array
(
[kategori_id] => 334
[kategori_name] => Sains
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola
[status] => 1
[counter] => 183
)
[4] => Array
(
[kategori_id] => 454
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
[status] => 1
[counter] => 613
)
[5] => Array
(
[kategori_id] => 6719
[kategori_name] => Terbaru
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru
[status] => 1
[counter] => 0
)
[6] => Array
(
[kategori_id] => 599
[kategori_name] => Berita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita
[status] => 1
[counter] => 3271
)
[7] => Array
(
[kategori_id] => 151
[kategori_name] => Fantasy Premier League
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture
[status] => 1
[counter] => 930
)
[8] => Array
(
[kategori_id] => 1385
[kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi
[status] => 1
[counter] => 2
)
[9] => Array
(
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
[status] => 1
[counter] => 1270
)
[10] => Array
(
[kategori_id] => 5
[kategori_name] => Football Culture
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture
[status] => 1
[counter] => 31
)
[11] => Array
(
[kategori_id] => 2049
[kategori_name] => Nasional
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional
[status] => 1
[counter] => 87
)
[12] => Array
(
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
[status] => 1
[counter] => 3163
)
)
[populer_tag] => Array
(
[0] => stdClass Object
(
[tag_id] => 20
[tag_name] => EPL
[tag_slug] => epl
[status_tag] => 0
[hitung] => 1279
)
[1] => stdClass Object
(
[tag_id] => 7021
[tag_name] => Indonesia
[tag_slug] => indonesia
[status_tag] => 2
[hitung] => 867
)
[2] => stdClass Object
(
[tag_id] => 6143
[tag_name] => Manchester United
[tag_slug] => manchester-united
[status_tag] => 0
[hitung] => 639
)
[3] => stdClass Object
(
[tag_id] => 6502
[tag_name] => Liga Champions Eropa
[tag_slug] => liga-champions-eropa
[status_tag] => 0
[hitung] => 495
)
[4] => stdClass Object
(
[tag_id] => 63
[tag_name] => Chelsea
[tag_slug] => chelsea
[status_tag] =>
[hitung] => 479
)
[5] => stdClass Object
(
[tag_id] => 42
[tag_name] => Arsenal
[tag_slug] => arsenal
[status_tag] =>
[hitung] => 474
)
)
[populer_sidebar] => Array
(
[0] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/taktik/215443/PFB/240317/sekarang-thiago-motta-tidak-akan-diejek-lagi
[judul] => Sekarang, Thiago Motta Tidak Akan Diejek Lagi
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/FI%20BOLOGNSA.jpeg
[tanggal] => 17 Mar 2024
[counter] => 7.470
)
[1] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215427/PFB/240117/indonesia-vs-irak-mengapa-wasit-tidak-menganulir-gol-kedua-irak
[judul] => Indonesia vs Irak : Mengapa Wasit Tidak Menganulir Gol Kedua Irak
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FPL%202023-2024/WhatsApp%20Image%202024-01-16%20at%2010.26.01%20PM.jpeg
[tanggal] => 17 Jan 2024
[counter] => 5.399
)
[2] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215442/PFB/240302/siapa-bisa-hentikan-inter-di-serie-a
[judul] => Siapa Bisa Hentikan Inter di Serie A?
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Italia/FI%20-%20Dominasi%20Inter.jpeg
[tanggal] => 02 Mar 2024
[counter] => 4.889
)
[3] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/215428/PFB/240117/eritrea-dan-kisah-pemain-yang-kabur-dari-negaranya
[judul] => Eritrea dan Kisah Pemain yang Kabur dari Negaranya
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Afrika/FI%20ERITREA.jpeg
[tanggal] => 17 Jan 2024
[counter] => 1.911
)
)
[terbaru_sidebar] => Array
(
[0] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215481/PFB/240923/
[judul] => Penunjuk Jalan Menuju Panah Hijau di FPL
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20PENUNJUK%20JALAN.png
[tanggal] => 23 Sep 2024
[counter] => 277
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[1] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215487/PFB/240918/
[judul] => Simulasi Pemain Timnas Jadi Aset FPL
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20SIMULASI%20PEMAIN%20TIMNAS%20JADI%20ASET%20FPL.png
[tanggal] => 18 Sep 2024
[counter] => 208
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[2] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215482/PFB/240912/
[judul] => Kupas Misteri Naik Turun Harga Aset di FPL
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HARGA%20ASET.png
[tanggal] => 12 Sep 2024
[counter] => 389
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[3] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215480/PFB/240912/
[judul] => Dilema Kepemilikan Erling Haaland: Madu atau Racun?
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HAALAND%20MADU%20ATAU%20RACUN.png
[tanggal] => 12 Sep 2024
[counter] => 618
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
)
[categories_with_count] => Array
(
[0] => Array
(
[kategori_id] => 18
[kategori_name] => Editorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial
[status] => 1
[counter] => 203
)
[1] => Array
(
[kategori_id] => 4969
[kategori_name] => Advetorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial
[status] => 1
[counter] => 46
)
[2] => Array
(
[kategori_id] => 6729
[kategori_name] => tentang
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang
[status] => 1
[counter] => 0
)
[3] => Array
(
[kategori_id] => 334
[kategori_name] => Sains
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola
[status] => 1
[counter] => 183
)
[4] => Array
(
[kategori_id] => 454
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
[status] => 1
[counter] => 613
)
[5] => Array
(
[kategori_id] => 6719
[kategori_name] => Terbaru
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru
[status] => 1
[counter] => 0
)
[6] => Array
(
[kategori_id] => 599
[kategori_name] => Berita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita
[status] => 1
[counter] => 3271
)
[7] => Array
(
[kategori_id] => 151
[kategori_name] => Fantasy Premier League
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture
[status] => 1
[counter] => 930
)
[8] => Array
(
[kategori_id] => 1385
[kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi
[status] => 1
[counter] => 2
)
[9] => Array
(
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
[status] => 1
[counter] => 1270
)
[10] => Array
(
[kategori_id] => 5
[kategori_name] => Football Culture
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture
[status] => 1
[counter] => 31
)
[11] => Array
(
[kategori_id] => 2049
[kategori_name] => Nasional
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional
[status] => 1
[counter] => 87
)
[12] => Array
(
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
[status] => 1
[counter] => 3163
)
)
[meta_title] => Dietmar Hopp: Antara Protes, Loyalitas dan Sepakbola Modern
[meta_desc] => Pernahkah terbayang menjadi Dietmar Hopp, investor TSG Hoffenheim, yang rutin diprotes suporter klub lawan karena dianggap membawa komerlialisasi sepakbola di Jerman? Mari kita bedah satu per...
[meta_keyword] => borussia dortmund,TSG Hoffenheim,Bayern Munich,Timeless,Football Business,BundesligaDietmar Hopp
[meta_image] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/fi%20hofen.png
[meta_url] => https://panditfootball.com/cerita/213345/PFB/200317/tsg-hoffenheim
[js_custom_page] =>
[socmed_facebook] =>
[socmed_instagram] => Array
(
[id_option] => 26
[name_option] => socmed_instagram
[value_option] => https://www.instagram.com/panditfootball/
[desc_option] => @panditfootball
)
[socmed_youtube] => Array
(
[id_option] => 25
[name_option] => socmed_youtube
[value_option] => https://www.youtube.com/@pandit.football
[desc_option] => @pandit.football
)
[socmed_twitter] => Array
(
[id_option] => 24
[name_option] => socmed_twitter
[value_option] => https://x.com/panditfootball
[desc_option] => @panditfootball
)
)
1