Oleh: Bayu Diktiarsa Pratama
Barcelona dipastikan keluar sebagai kampiun La Liga 2018 – 19 setelah menang atas Levante 1-0, Minggu (28/04). Satu gol Lionel Messi sudah cukup untuk mengantarkan Barcelona ke tangga juara mesti masih menyisakan tiga pertandingan lagi. Barcelona unggul atas dua klub ibukota Spanyol, Atletico Madrid dan Real Madrid, di tempat kedua dan ketiga. Kemenangan Barcelona semakin menegaskan keunggulan mereka sekaligus bermakna bagi publik Katalunya yang terus mengusahakan kemerdekaannya.
“Viva Barcelona, Viva Katalunya,” ungkap Gerard Pique dalam sebuah kesempatan. Pemain asli binaan La Masia ini memang kerap menunjukkan dukungan terhadap kemerdekaan tanah kelahirannya. Dia selalu membawa bendera Katalan di setiap kesempatan hingga menjadi kapten kesebelasan Republik Katalunya ketika melakukan pertandingan persahabatan melawan Venezuela, 25 Maret 2019 di Estadio Montilivi, Girona.
Pada pertandingan tersebut, mantan pemain Barcelona seperti Martin Montoya, Marc Bartra, Aleix Vidal, Bojan Krkic, hingga Xavi Hernandes hadir sekaligus menjadi simbol upaya memerdekakan diri dari Spanyol. Walau demikian, Katalunya sampai saat ini masih belum diakui semenjak deklarasi kemerdekaan 2017 silam.
Tepatnya pada 1 Oktober 2017, referendum untuk kemerdekaan Katalunya digelar. Penduduk sekitar 7,5 juta jiwa tersebut menentukan nasibnya sendiri dan memilih untuk merdeka. Total 92,01% suara memilih opsi "YA" dalam sebuah pertanyaan “Apakah Anda ingin Katalunya menjadi negara merdeka dalam bentuk republik”.
Walaupun demikian upaya merdeka tersebut digagalkan oleh Senat Spanyol dan Perdana Menteri Mariano Rajoy yang membubarkan parlemen dan pemerintahan Katalunya. Alhasil tarik ulur kemerdekaan Katalunya masih terjadi hingga sekarang dan merambat ke rivalitas sepakbola dalam tajuk El Clasico melawan musuh abadi mereka yakni Real Madrid.
Sejarah Katalunya dan Penaklukan Sumber Daya
Katalunya adalah daerah yang indah dan strategis di semenanjung Liberia. Dulunya, orang Katalan diserang berbagai musuh dimulai dari Fenesia hingga Kartago. Musuh yang berhasil menaklukkan daerah Katalunya mendirikan koloni di Barcino (sekarang Barcelona). Karena letaknya yang strategis, penaklukan Katalunya berlangsung hingga kekaisaran Romawi.
Setelah kekaisaran Romawi tumbuh dan berkembang di daerah tersebut, bangsa Jerman tiba dan menguasai daerah tersebut mulai abad kelima hingga kedelapan. Hal tersebut berlangsung sampai ketika muslim Arab berhasil merebut untuk satu abad lamanya.
Kekuatan muslim yang telah menguasai Perancis berhasil ditahan oleh Kaum Frank Suzerainty hingga meletus perang besar pada tahun 801 yang dikenal dengan Marca Hispanica. Kemenangan pasukan kristen di semenanjung Liberia saat itu membuat Katalunya menjadi salah satu basis kekuatan melawan kelompok muslim Andalus yang telah menguasai Spanyol.
Pada 1922, Francesc Macia mendirikan partai Estat Catala (Negara Katalan) yang menjadi awal mula semangat kemerdekaan Katalunya. Gerakan kemerdekaan di Katalunya berlanjut pada tahun 1931, partai Esquerra Republicana de Katalunya (Republik Kiri Katalunya) terbentuk dan mendeklarasikan diri pada 1931. Akhirnya pada tahun 1931, kemudian menerima tawaran otonomi negara bagian Spanyol setelah melakukan negosiasi dengan Republik Spanyol.
Pada 1938, Jenderal Francisco Franco membatalkan otonomi Katalan sehingga status khusus kembali seperti semua. Puncaknya, pada 1942, kerajaan Spanyol berhasil menaklukkan kerajaan muslim Granada dan menghubungkan Katalunya dan Kerajaan Spanyol secara politis. Akhirnya Catalanya resmi menjadi bagian negara monarki Spanyol walau budaya Katalunya dan semangat merdeka terus bertahan hingga saat ini.
Simak cerita dan sketsa adegan Rochi Putiray tentang rasisme yang jadi musuh bersama di sepakbola:
Baru semenjak 1975, partai politik di Katalunya fokus mengembalikan otonomi dibanding kemerdekaan penuh. Pada 2012, tepatnya pada 11 September, presiden Catalan Artur Mas mengadakan beberapa pemilihan yang tetap memperlihatkan dukungan besar untuk kemerdekaan. Hingga pada 2017, Referendum Kemerdekaan digelar di Katalunya, walaupun banyak konflik yang terjadi hingga saat ini.
Faktor sumber daya ekonomi dan kekayaan alam Katalunya dianggap menjadi salah satu penyebab Katalunya ingin merdeka. Katalunya beranggapan Madrid berlaku tidak adil dengan mengontrol penuh kekayaan Katalunya. Pemimpin Katalunya, Carles Puigdemont, menyatakan bahwa perekonomian Spanyol berasal dari Katalunya, namun ketidakadilan terhadap sistem ekonomi menjadi masalah utama.
Walau hanya menguasai 6 persen wilayah Spanyol, Katalunya mampu menyumbang 20,1 persen GDP Spanyol pada 2015. Kontribusi ekspor komoditi dari Katalunya mencapai 25,6 persen dari total ekspor Spanyol pada 2016.
Sektor pariwisata berupa kota pinggir pantai yang indah menarik wisatawan hingga 38,8 persen dari total pendapatan di Spanyol. Sementara itu investasi perusahaan asing dan ekosistem bisnis yang kondusif seperti akses transportasi, logistik, bandara, dan pelabuhan Barcelona menawarkan peluang perdagangan global yang menguntungkan.
Ekonomi Katalunya memang bergerak dengan cukup baik hingga saat ini. Terhitung industri logam, farmasi kimia, dan start-up hadir dan tumbuh di wilayah otonomi khusus tersebut. Serta sektor pariwisata yang cukup potensial dan menjadi destinasi favorit di Spanyol yakni berada di Kota Barcelona, Pantai Costa Brava di Girona, Pantai Costa del Maresme dan daerah lain di Katalunya menggenjot perekonomian di negara mereka.
Katalunya dan Sepakbola Barcelona
FC Barcelona adalah bentuk simbol politik melawan kerajaan Spanyol yang disimbolkan oleh Real Madrid. Hampir di setiap pertandingan antara FC Barcelona dan Real Madrid berlangsung panas karena bukan sekadar pertandingan sepakbola biasa.
Bahkan keganasan Jenderal Franco mengganti simbol FC Barcelona dan menembak mati Presiden FC Barcelona saat itu menunjukkan bagaimana rivalitas mereka. Ditambah lagi, Jenderal Franco menjadi simbol dari FC Real Madrid yang berhasil mendominasi La Liga mulai 1954 – 1976.
Momentum referendum Katalunya pada Oktober 2017 tidak hanya berpengaruh terhadap masyarakat politik di Spanyol dan Eropa, melainkan mempengaruhi dunia sepakbola Internasional. Kontribusi Katalunya terhadap sepakbola Spanyol sangat terasa, sebut saja Xavi, Gerard Pique, Sergio Busquet, Carles Puyol, hingga Pep Guardiola adalah nama – nama pemain atau pelatih profesional dari Katalan.
Kemerdekaan Katalunya tidak hanya berarti lepas dari Spanyol, melainkan juga lepas dari La Liga Spanyol. Walau begitu Presiden La Liga Spanyol, Javier Tebas, menyatakan merasa aneh bila Barcelona keluar dari sepakbola di Spanyol. Selain karena prestasi dan rivalitas dengan Real Madrid, pamor La Liga dipastikan akan menurun drastis. Gonjang – ganjing kemerdekaan Katalunya membuat Barcelona terancam keluar dari panggung La Liga bila benar – benar merdeka.
Hingga saat ini, kemerdekaan Katalunya dan sepakbola melalui FC Barcelona masih menjadi dilema yang terus diperbincangkan. Tidak hanya tentang kemerdekaan, tapi juga tentang sepakbola dunia.
*Penulis merupakan seorang mahasiswa asal Malang dan pendiri gerakmahasiswa.com
***Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar