Sepakbola Indonesia di Antara "Per" dan "PS"

Panditcamp

by Pandit Sharing 26011

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Sepakbola Indonesia di Antara

Karya Murhartadi Siregar

Untung saja Kabupaten Jember tidak menamakan klub sepakbola mereka dengan Persijem. Pikiran bisa kacau jika membacanya. Jember menamakan klub sepakbola mereka dengan Persid Djember, menggunakan ejaan lama, ‘dj’ dibaca ‘j’.

Untung juga tidak ada kesebelasan yang dinamai Persetan. Itu akan jadi olok-olok mengerikan dari para rivalnya. Pacitan pun rasa-rasanya tak berminat menggunakan nama itu, bukan?

“Persatuan Sepakbola” adalah awalan paling lazim yang digunakan kesebelasan-kesebelasan di seluruh Indonesia, terutama bagi yang dulunya berkompetisi di Perserikatan. Beberapa kesebelasan yang muncul belakangan, yang juga tidak sempat muncul ke permukaan di masa berjayanya Divisi Utama Perserikatan, juga masih banyak yang menggunakan awalan kata “persatuan”.

Dalam bahasa Indonesia, “per” di situ masuk ke dalam kategori “akronim” yaitu kependekan yang -- menurut kamus-- terdiri dari gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar.

Selain “akronim”, ada juga singkatan. Singkatan merujuk hanya mengambil huruf-huruf tertentu, biasanya huruf depan sebuah kata, dan tidak membentuk suku kata yang bisa diucapkan secara wajar, namun diucapkan dengan mengeja huruf demi huruf.

Dalam topik nama-nama kesebelasan  di Indonesia, singkatan ini bisa dijumpai dalam “PS” atau Persatuan Sepakbola. Pilihan kata itu sekelas dengan FC atau Football Club di negara-negara lain. Beberapa kesebelasan tidak menggunakan awalan “Per” tapi memilih “PS”. Misalnya: PSS, PSGC, PSMS, PSDS, dll.

Kesebelasan-kesebelasan itu memakai “persatuan sepakbola” (baik ditulis “Per” atau “PS) di bagian awal nama, yang kemudian dilanjutkan identitas mereka. Coba kita lihat mulai dari sisi barat wilayah Indonesia, ada Persiraja Banda Aceh dan PSMS Medan. Masuk ke Pulau Jawa, ada Persija Jakarta, Persib Bandung, PSIS Semarang, Persebaya Surabaya, Persema Malang. Di Pulau Kalimantan ada Persisam Samarinda, Persiba Balikpapan. PSM Makassar, Persmin Minahasa dan Persigo Gorotalo ada di Sulawesi. Begitu juga di Pulau Irian, Persipura Jayapura, Persiwa Wamena, Persidafon Dafonsoro, sampai Persiram Raja Ampat. Semua berawal dengan persatuan sepakbola.

Kebanyakan kesebelasan-kesebelasan itu dulunya berkompetisi di Perserikatan. Fanatisme daerah sangat pekat dalam sejarah mereka. Sehingga memasukkan eleman nama daerah seperti menjadi suatu keharusan, agar seluruh Indonesia mengetahui dari mana asal mereka.

Konsep perserikatan memang sangat khas Indonesia, dan mungkin hampir tidak ada padanannya di negara lain. Perihal bagaimana dan seperti apa konsep "perserikatan", simak ulasan chief editor kami, Zen RS, secara khusus soal perserikatan di sini:

Perserikatan dan Anatomi Pengelolaan Sepakbola Indonesia


Kemudian muncul masalah ketika nama daerah memiliki huruf awal atau suku kata yang sama. Misalnya yang terjadi pada Bandung, Bantul, Balikpapan, dan sebagainya.

Bandung berhasil berbeda dengan menggunakan Persib, sedangakan Balikpapan dan Bantul tidak mampu menghindari nama Persiba. Alhasil, sampai saat ini nama persiba digunakan oleh Persiba Balikpapan dan Persiba Bantul.

Ada lagi suku kata awal “Bat” di Batanghari dan Batang. Tenang saja, mereka tidak menggunakan Persiba, tidak juga Persibat apalagi Persib. Persibat hanya digunakan Kabupaten Batang, sedangkan Batanghari menggunakan Persibri Batanghari.

Hal berbeda muncul dengan kabupaten/kota yang berawalan hufuf dengan “S”. Sleman frontal dengan akronim di huruf awal, menghasilkan “PSS Sleman”, tanpa diawali atau diakhiri dengan huruf lain. Surabaya menggunakan sukukata ‘ba’ dan ‘ya’ di akhir persatuan sepakbola sehingga menghasilkan “Persebaya”. Semarang menambahkan Indonesia, hasilnya PSIS. Solo menggunakan suku kata dan huruf awal dan menghasilkan “Persis”. Kesialan menimpa Sragen, sepertinya mereka tidak berhasil membangun logika akronim sehingga menghasilkan PSISra (baca: pe es i esra)

Medan, Malang, dan Makassar punya nasib berbeda. Sama halnya dengan PSS yang frontal menggunakan inisial, Makassar menamakan klubnya dengan “PSM Makassar”. Malang menggunakan suku kata pertama dari setiap kata dari Persatuan Sepakbola Malang untuk disusun menjadi “Persema”. Medan sedikit unik. Mereka menambahkan kata “sekitarnya” di belakang gabungan inisial. Persatuan Sepakbola Medan dan Sekitarnya, PSMS.

Kami punya beberapa tulisan terkait penamaan dan nama-nama seperti ini. Simak beberapa kisahnya yang lucu dan segar:

Anehnya Nama-Nama Pemain di Brasil

Arti Sebuah Nama Bagi Pemain Sepakbola

Sial-Sial yang Mendera Pemain Bernama Diarra


Kesebelasan-kesebelasan yang barusan kita bahas di atas semuanya berada di daerah administratif tingkat dua, Kabupaten atau Kota (daerah administratif tingkat satu adalah provinsi dan tingkat tiga adalah kecamatan).

Agak sedikit berbeda dengan Persih Tembilahan. Tembilahan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Klub ini dapat terbilang cukup sukses di kelasnya. Tahun 2008, Persih berkompetisi di Divisi Utama Liga Indonesia (level kompetisi kedua kala itu). Fenomenal. Bahkan klub di tingkat kabupaten, seperti Kabupaten Indragiri Hilir, saja tidak setinggi itu. Sampai pada suatu saat, Persih Tembilahan berubah nama menjadi Persih Indragiri Ilir. Klub kecamatan “naik kelas” menjadi klub kabupaten.

Dengan kecenderungan kesebelasan di Indonesia mengidentifikasikan dirinya dengan daerah administratif tingkat dua, maka sewajarnya jumlah kesebelasan sepakbola di Indonesia ada di sekitaran jumlah daerah administratif tingkat dua pula. Menurut wikipedia, jumlahnya mencapai 514 kabupaten atau kota.

Untung saja tidak semua punya. Bayangkan PSSI jika harus mengatur ke-514 klub tersebut, mendapatkan emas di Sea Games saja susah. Namun jangan-jangan justru di situ letak persoalannya: Indonesia terlalu sedikit punya kesebelasan, sehingga jumlah pemain pun tidak terlalu banyak.

Terkecuali Jakarta. Daerah Khusus Ibukota Jakarta, DKI Jakarta. Daerah ini adalah daerah khusus, setingkat Provinsi. Daerah tingkat dua-nya adalah Kota Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan sebagainya. Namanya juga khusus, klub sepakbolanya pun khusus. Adalah Persija Jakarta, satu- satunya klub yang ada di tingkat Provinsi yang bermain di Liga Indonesia, setidaknya identik dengan nama provinsi. Beberapa sumber menyebut bahwa ada kata "Pusat" dalam penamaan Persija Jakarta. Namun Persija kadung identik tidak diikuti dengan kata "Pusat". 

Di Jakarta sendiri ada juga Persitara Jakarta Utara dan Persijatim Jakarta Timur. Untuk yang terakhir ini, Persijatim, agak sedikit lucu. Ketika pindah kandang ke Solo, mereka tidak mau melepaskan nama Persijatim. Jadilah Persijatim Solo FC, Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta Timur Solo FC. Pelik, agak lucu, dan terkesan anakronis.

Dari seluruh kabupaten atau kota yang yang ada di Indonesia, dan definisi akronim yang kita pahami, ada beberapa klub yang mungkin dapat dikatan unik.

Kabupaten Gianyar, dengan klub Persatuan Sepakbola Gianyar, Persegi. Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Persegi adalah bangun datar yang memiliki empat  sisi yang sama panjang. Salah pelafalan? Tentu saja. Seharusnya, kan, “segi” dalam “Persegi” diucapkan seperti mengucapkan kata “belok”, bukan seperti mengucapkan kata “detik”. Salah sendiri EYD menghapuskan ejaan Soewandi, yang tidak lagi membedakan mana “e pepet” dan “e taling”, sehingga pengucapan “e” dalam “belok” dan “detik” bisa salah kaprah.

Simak juga Persiram dari Kabupaten Raja Ampat. Terdapat suku kata ‘si’ dan ‘ram’ di dalamnya. Yang jika digabungkan menjadi “siram”, punya arti tersendiri dalam Bahasa Indonesia. “Siram”, seperti menyiram tanaman, menyiram halaman. Begitu pun dengan Persibangga Purbalingga, punya kata “bangga”. Persewangi, “wangi” itu tidak bau.

Masih banyak yang lain. Perseru Serui, memuat kata “seru” atau membuat panggilan. Persela, ada “sela” atau “pelana”. Persiraja Banda Aceh, “raja” atau king dalam bahasa Inggris. Persis Solo, “persisi” atau yakin dengan pasti. Persemaju Mamuju, maju atau bergerak kedepan. Persinga Ngawi, singa sang raja hutan (padahal habitat singa itu savana, bukan hutan). Persik Kediri, persik itu buah, juga nama penyanyi dangdut. Persada Abdya Aceh Pidie, persada atau tempat duduk orang “besar”. Persilat Lampung Tengah, silat beladiri asli Indonesia. Persikomet Kota Metro (Lampung), komet adalah asteroid yg terbakar. Persituba, Persilab, Persatu, persilaki

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama, kita mempelajari yang namanya Homofon. Homofon adalah kata yang tulisan berbeda namun memiliki kemiripan dalam pembacaannya. Hukum ini berlaku untuk Persib dan Persip (Pekalongan). Ada juga Persik-Persic-Persig, klub asal Kediri, Cilegon, dan Gunungkidul.

Sudah, cukup sudah. Dan silahkan kalau mau menambahkan.

Penulis adalah peserta kelas menulis di #PanditCamp gelombang ketiga. Akun twitter: @murhartadi.

Komentar