Array
(
[article_data] => Array
(
[artikel_id] => 212616
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/212616/PFB/190131/garuda-select-generasi-harapan-sepakbola-indonesia
[judul] => Garuda Select, Generasi Harapan Sepakbola Indonesia
[isi] => Kekalahan/kegagalan ini menjadi pelajaran berharga buat timnas Indonesia.....
Kalimat tersebut seringkali terdengar ketika Timnas Indonesia bertanding dan kalah menghadapi kesebelasan besar Eropa yang sedang mengadakan tur atau menghadapi kesebelasan besar di turnamen penting. Tapi tampaknya kalimat tersebut sudah jadi kalimat yang memuakkan buat masyarakat Indonesia. Kalimat klise ini terucap ketika komentator pertandingan tak berani mengatakan "Timnas Indonesia bermain jelek!".
Belajar membutuhkan proses yang tidak sebentar. Rasanya tidak mungkin seorang pemain benar-benar mendapatkan pelajaran ketika dihajar oleh lawannya hanya dalam satu pertandingan, dari klub atau negara besar sekalipun. Bahkan jangankan belajar, mereka bisa saja lebih diselimuti perasaan bangga karena telah merasakan bermain dengan pemain hebat atau mulai memikirkan ingin berfoto dengan siapa ketika pertandingan selesai.
Menjalani pertandingan seperti yang disebutkan di atas memang kurang tepat disebut pembelajaran. Menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61), konsep pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Sementara dalam pertandingan, pemain bertanding untuk mengincar kemenangan, bukan untuk mencari pembelajaran.
Belum lagi manusia adalah tempatnya lupa. Lewat satu pertandingan, pembelajaran yang didapat seorang pemain bisa dengan mudah dilupakannya. Begitu juga misalnya dengan coaching clinic singkat dari pesepakbola ternama. Satu momen singkat boleh jadi bukan pembelajaran, tapi sekadar pengalaman.
Pengalaman guru terbaik, itu betul. Tapi pengalaman yang seperti apa? Juga, bagaimana respons terhadap pengalaman tersebut?
Untuk sepakbola Indonesia, pengalaman terbaik yang benar-benar menjadi guru bisa kita lihat dari sepak terjang alumni PSSI Primavera dan PSSI Barreti. Pada 1993 hingga 1996, PSSI secara berkala mengirim pemain-pemain usia di bawah 19 tahun dan 16 tahun untuk menimba ilmu di Italia. Hasilnya, nama-nama seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Aples Tecuari, Anang Maruf, Bima Sakti atau Kurnia Sandy, adalah sedikit pemain yang berhasil meningkatkan level timnas Indonesia karena pengalamannya pernah menimba ilmu di luar negeri.
Di Italia, pemain-pemain hasil seleksi di Piala Haornas yang dilakukan oleh trio Danurwindo, Harry Tjong dan Sartono Anwar ini mengikuti kompetisi Serie C2. Selain menghadapi kesebelasan-kesebelasan Primavera Italia, PSSI Primavera ini juga dilatih pelatih asal Italia, Romano Matte.
Lingkungan inilah yang mendukung pembelajaran para pemain Indonesia kala itu sampai akhirnya mereka sukses menjadi pemain. Kurniawan dan Kurnia Sandy sempat direkrut Sampdoria, sementara Bima Sakti sempat bermain di Helsingborg IF, Swedia. Bahkan ketiganya sempat masuk jajaran pelatih Timnas Indonesia pada Piala AFF 2018 lalu.
Atas dasar itu pula program Garuda Select yang dicetuskan Supersoccer TV dan PSSI bisa jadi secercah harapan untuk masa depan sepakbola Indonesia. Lewat Garuda Select, sebanyak 24 pemain yang diseleksi dari Elite Pro Academy 2018 –liga resmi untuk kelompok umur 16 tahun– diberangkatkan ke Inggris. Sejak 15 Februari, mereka akan menimba ilmu di Inggris sampai Mei mendatang.
Mungkin publik punya trauma akan "kegagalan" dari program serupa ketika para pemain muda berbakat Indonesia dikirim ke Uruguay (SAD), Mayoritas pemain gagal mencapai potensi terbaiknya. Tapi Garuda Select ini tampaknya lebih akan meniru PSSI Primavera ketimbang generasi SAD, cukup menjanjikan buat timnas Indonesia.
Inggris adalah salah satu negara sepakbola terbaik saat ini. Liga Primer Inggris disebut-sebut sebagai liga terbaik dunia. Memang Inggris bukan juara Piala Dunia. Tapi melihat PSSI Primavera, ketika itu PSSI mengirimkan pemainnya ke Italia ketika Serie A Italia sedang menjadi liga terbaik dunia. Ketika didatangi para pemain PSSI Primavera, timnas Italia waktu itu pun bukan berstatus juara Piala Dunia.
Belum lagi pemain-pemain yang dipilih merupakan hasil pantauan langsung dari Dennis Wise dan Des Walker. Wise dan Walker yang merupakan mantan pemain timnas Inggris tentu punya standar khusus untuk menentukan pemain mana saja yang layak dibawa ke Tanah Britania. Apalagi tidak seperti Romano Matte yang tidak punya karier gemilang sebagai pemain maupun pelatih, Wise dan Walker merupakan mantan pemain kesebelasan besar Inggris (Chelsea dan Nottingham Forest) serta pernah bermain di Timnas Inggris cukup reguler, tidak sekadar numpang lewat.
Wise nantinya akan bertindak sebagai Direktur Teknik, sementara Walker sebagai pelatih. Keduanya akan menjadi pembimbing para pemain Garuda Select ini selama hampir 4 bulan di Inggris.
Para pemain akan diberi latihan intensif secara profesional, memanfaatkan sport science dan mendapatkan materi pembinaan usia muda melalui standar federasi sepakbola Inggris (FA), serta berkompetisi melawan klub profesional Inggris di setiap akhir pekan. Agenda evaluasi di akhir periode pun akan membuat para pemain menjadikan perjalanan ke Inggris ini benar-benar sebagai latihan menjalani kehidupan sepakbola profesional di Eropa. Setiap pengalaman yang didapatkan para pemain muda Indonesia ini langsung direspons dan diarahkan agar bisa jadi pembelajaran di masa depan.
Model seperti ini benar-benar akan menjadi pelajaran buat para pemain muda Indonesia, bukan lewat satu pertandingan atau satu coaching clinic. Karenanya kita bisa berharap Garuda Select ini menjadi tunas bagi generasi sepakbola Indonesia yang lebih baik. Dengan adanya wadah buat para pemain muda berbakat Indonesia unjuk gigi di Eropa, hal ini juga mendekatkan mereka dengan para pemandu bakat yang siap membawa mereka ke kesebelasan profesional.
Semoga dari Garuda Select ini nantinya bisa memunculkan Kurniawan baru, Bima Sakti baru, yang bisa mengharumkan nama Indonesia, khususnya prestasi bagi timnas Indonesia. Harapan itu semakin besar karena sejumlah pemain Garuda Select ini sudah sempat membawa Indonesia juara Piala AFF 2018.
Segala kegiatan para pemain Garuda Select ini akan diliput langsung oleh Super Soccer TV. Untuk menyaksikannya silakan klik di sini atau ikuti Instagram @mysupersoccer.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Champions%20dan%20Europa/GarudaSelectFitur.jpg
[tanggal] => 31 Jan 2019
[counter] => 4.389
[penulis] => redaksi
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/redaksi
[penulis_desc] => contact: redaksi[at]panditfootball.com
[penulis_initial] => RDK
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => cerita
[kategori_url] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
[user_url] => http://www.panditfootball.com
[user_fburl] =>
[user_twitterurl] =>
[user_googleurl] =>
[user_instagramurl] =>
)
[tags] => Array
(
[0] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 212616
[tag_id] => 77
[tag_name] => PSSI
[tag_slug] => pssi
[status_tag] =>
[hitung] => 61
)
[1] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 212616
[tag_id] => 9293
[tag_name] => SuperSoccer TV
[tag_slug] => supersoccer-tv
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
[2] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 212616
[tag_id] => 12490
[tag_name] => Garuda Select
[tag_slug] => garuda-select
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
[3] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 212616
[tag_id] => 12491
[tag_name] => PSSI Primavera
[tag_slug] => pssi-primavera
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
[4] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 212616
[tag_id] => 12492
[tag_name] => PSSI Barreti
[tag_slug] => pssi-barreti
[status_tag] => 1
[hitung] =>
)
)
[related_post] => Array
(
[0] => Array
(
[artikel_id] => 4236
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/4236/PFB/140411/bocah-kolombia-ini-menangis-terharu-saat-bertemu-falcao
[judul] => Bocah Kolombia Ini Menangis Terharu Saat Bertemu Falcao
[isi] => Falcao memang masih diragukan untuk tampil di Piala Dunia nanti, terkait cedera ligamen yang dideritanya. Striker tim nasional Kolombia tersebut cedera saat membela Monaco di Liga Prancis.
Meski masih menjalani terapi agar mempercepat penyembuhan lututnya di kota Madrid, Falcao masih menyempatkan diri bertemu penggermarnya.
Bocah asal Bogota Kolombia yang akhirnya berhasil bertemu dengannya memang bukan sembarangan, melainkan penggemar berat yang memiliki lebih dari 130 foto dan kliping koran terpajang di dinding kamarnya.
Berkat bantuan Revel Foundation, bocah 13 tahun bernama Michael Steven akhirnya meledak tangisnya saat bertemu langsung dengan sang idola. Kerasnya tangis seru sempat membuat heran anak - anak lain yang memang juga berkesempatan bertemu dengan El Tigre.
Pada akhir pertemuan tersebut Steven juga sempat memegang lutut Falcao sambil mendoakan agar dirinya dapat sembuh dengan cepat. Steven berharap agar di Piala Dunia nanti negaranya Kolombia dapat diperkuat mantan striker Atletico Madrid tersebut.
Falcao memang belum dapat dipastikan pulih total saat Piala Dunia nanti. Namun dokter yang menanganinya, Jose Carlos Noronha optimis kesembuhan Falcao dapat terjadi lebih cepat.
Get well soon El Tigre!
[video id="SHYpZoNLV9o" site="youtube"][/video]
(amp)
[gambar] => http://www.panditfootball.com/wp-content/uploads/2014/04/falcao.jpg
[tanggal] => 11 Apr 2014
[counter] => 2.619
[penulis] => PanditFootball
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball
[penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com
[penulis_initial] => PND
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
)
[1] => Array
(
[artikel_id] => 1930
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/1930/PFB/140201/kisah-bir-dan-sepakbola-ala-papua
[judul] => Kisah Bir dan Sepakbola ala Papua
[isi] => Oleh: Paul Cumming
"Pak Paul! Pak Paul!" Terdengar teriakan keras dari lantai atas sebuah hotel di Bekasi. Mulanya saya masih mengabaikan teriakan itu. Tapi intonasi teriakan itu membuat saya sedikit panik. Lalu terdengar lagi teriakan yang lebih jelas: "Pak Paul! Adolof, Pak Paul!"
"Hah Adolof?" Saya baru sadar. Di depan seluruh pemain Perseman Manokwari yang sedang bersiap-siap berangkat ke stadion, ternyata ada satu pemain yang belum muncul. Pemain itu adalah Adolof Kabo. Saya refleks memijit-mijit kening sembari bergumam: "Aduh Adolof!"
Adolof Kabo adalah pemain kunci Perseman Manokwari saat saya melatih di sana pada 1984-1986. Sebagai seorang striker, dia penyerang yang gol-golnya amat dibutuhkan. Tapi Kabo bukan sekadar goal-getter, dia juga nyawa tim. Dengan skill individunya, yang kadang kala membuatnya terlihat egois, Kabo sering meneror pertahanan lawan seorang diri. Bersama partnernya di lini depan, Elly Rumaropen, dan pemain tengah Yonas Sawor, Kabo bisa sangat percaya diri mengobrak-abrik pertahanan lawan. Nama-nama inilah yang berhasil membawa Perseman sampai ke grand-final Divisi Utama Perserikatan 1986 menghadapi Persib Bandung.
Maka ketika saya sadar Adolof tak terlihat bersama rekan-rekannya, ditambah teriakan panik dari lantai atas, saya merasa gelisah bukan main. Padahal sebentar lagi kami harus berangat ke stadion Bekasi untuk berjuang mati-matian melawan Perseden Denpasar. Pertandingan itu amat menentukan bagi kami untuk lolos ke Empat Besar Divisi Satu 1984 yang akan digelar Bandung.
"Aduh, Adolof ini kemana, yah?"
"Mungkin dia masih di warung?" salah seorang pembantu umum (kitman) mencoba menenangkan saya. Setelah ditunggu beberapa menit, Adolf tak kunjung datang. Imbasnya saya pun berkeringat dingin.
"Cari dia! Cepat! Cepat! Cepat! Tidak ada waktu lagi!," teriakan saya menyentak seluruh ruangan. Dua orang pembantu umum yang terlihat kebingungan langsung berlari keluar mencari Adolof ke warung-warung terdekat.
Beberapa menit kemudian mereka berhasil menemukan Adolof. Degup jantung saya pun sedikit mereda. Syukurlah! Tapi kegugupan saya belum hilang karena Adolof tiba dengan dipapah dua pembantu umum. Adolof berjalan sempoyongan. "Duh ternyata dia mabuk!" keluh saya dalam hati.
Lantas tiba-tiba dia langsung memeluk saya. "Saya minta maaf Paul, saya baru habis sepuluh botol besar," ucap Adolof sambil meringis dengan air mata berlinang. Tampaknya dia merasa sangat bersalah.
"Adolof masih bisa main?" saya tanya dia baik-baik.
"Bisa, Paul. Walaupun saya mabuk saya janji cetak gol dan kita akan menang dan saya janji saya tidak akan minum lagi sampai kita juara di Bandung!"
"Okay Adolof. Saya percaya sama Adolof. Sekarang cepat pakai kostum karena kami menunggu Adolof untuk ikut doa sebelum ke lapangan,"
Sampai ke stadion Adolof masih loyo, langkahnya masih gontai. Dia masih belum memisahkan dunia nyata dengan alam bawah sadarnya. Waktu pemanasan dia malah sempat dua kali jatuh terpeleset membuat orang terheran-heran melihatnya. Saya sedikit ragu kepada dia, tapi saya percaya janji Adolof pada saya. Karena itulah saya pasang dia sebagai starter. Intinya dia harus berjuang dari awal.
Degup jantung saya mengencang sepanjang pertandingan, terutama saat melihat Adolof Kabo di lapangan. Duh! Masalahnya selama pertandingan dia berlari agak miring dan oleng sempoyongan. Tanpa di-tekel atau di-body charge lawan pun Adolof beberapa kali jatuh karena keseimbangannya yang setengah sadar.
Tetapi siapa sangka tiba-tiba dia mencetak gol yang sangat spektakuler lewat shooting jarak jauh dari jarak 30 meter. Kami pun menang 1-0 hingga bisa lolos ke 4 Besar di Bandung. Kejadian ini tak pernah saya lupakan, karena baru pertama kalinya saya lihat orang setengah sadar bisa cetak gol.
Cerita kemudian berlanjut di Bandung. Sampai ke Bandung saya sangat kecewa karena oleh panitia kami dan tiga tim lainnya ditempatkan dalam satu barak militer yang sama. Saya langsung melarang pemain turun dari bus. PS Bengkulu juga menolak tinggal di komplek militer itu dan memilih sebuah hotel yg sangat mewah.
Panitia marah-marah kepada saya, tetapi saya jelaskan kalau tim saya dari PSAD (Persatuan Sepakbola Angkatan darat) saya pasti setuju di situ, tapi kami tim bola sipil bukan militer. Mendengar alasan itu mereka panggil saya "Cowboy Cumming" .
Saya tak peduli omelan itu karena sesuai dengan prinsip saya kalau sebuah tim mau berhasil harus dalam keadaan gembira. Tinggal di barak militer, kami tentu tak akan gembira. Beruntung akhirnya kami dapat tempat di Balai Latihan Departemen Tenaga Kerja, di mana situasi sangat kondusif apalagi masyarakat disitu sangat-sangat ramah.
Bagi saya, bermain bola dengan kegembiraan, dengan hati yang senang, adalah kunci untuk memunculkan permainan maksimal anak-anak Perseman. Sepakbola adalah kebahagiaan, kesenangan, dan suka cita. Jika bermain dengan tertekan, sukar akan mendapatkan hasil yang diinginkan.
Ternyata kegembiraan suasana selama di situ membuat hasil yang positif dan Perseman keluar sebagai juara. Asal tahu saja, sebelum babak empat besar, semua pemain termasuk Adolof berjanji untuk tidak minum alkohol sampai kami menerima trofi juara Divisi Satu. Saya sudah bilang sama mereka, "Kalau kalian janji tidak minum sampai kita juara, malam setelah juara kalian bebas dan boleh minum sepuas-puasnya."
Dan ternyata janji itu mereka penuhi. Maka sesudah mengalakan PS Bengkulu 3-1 di final. Mereka langsung menagih janji itu. Saya menepati janji saya untuk membiarkan mereka larut dalam pesta pora.
Lanjut ke halaman berikutnya
Lanjutan dari halaman sebelumnya
Besoknya pagi-pagi saya sudah gelisah di hotel. Beberapa jam sebelum ke stasiun untuk pulang, para pemain masih banyak yang hilang entah ke mana. Untungnya beberapa mahasiswa asal Papua membantu kami mencari pemain di tempat-tempat hiburan. Beruntung sebelum kereta berangkat ke Jakarta semua pemain sudah ada di atas kereta walaupun sebagian dari mereka masih kurang sadar!
Melihat mereka saya tak pernah marah, saya tahu bahwa bir dan sepakbola di Papua memang sulit dipisahkan. Saran saya kepada pelatih yang hendak melatih klub-klub Papua harus mengerti masalah itu. Jika mau berhasil turuti saran saya itu. Soalnya amat jarang pemain Papua yang tidak suka minum, karena itu sudah bagian dari tradisi di sana.
Saya masih ingat ketika Adolof dikirim ke Brasil oleh PSSI. Sesudah agak lama di Brasil dia kembali ke Manokwari. Setelah sampai di Manokwari dia langsung mendatangi saya yang waktu itu sedang memimpin latihan Perseman di lapangan Borassi.
Ketika saya sedang asyik-asyik di tepi lapangan tiba-tiba saja Adolof berlari dan memeluk saya. Langsung saya tanya dia tentang pengalaman dia selama di Brasil. Maksud saya bertanya soal ilmu sepakbola yang dia dapat disana. Tapi jawabannya ternyata berbeda. Adolof malah menjawab dengan senyum khasnya "Aduh Paul! Bir di Brasil tidak enak!"
"Aduh Adolof!"
Ada juga cerita lucu lainnya. Saat itu Perseman sedang berlaga di Divisi Utama Perserikatan tahun 1985.
Waktu itu tiba-tiba saja Solichin GP (Ketua umum Persib Bandung) membuat acara makan bersama antara pemain Persib dan Perseman Manokwari di restoran Lembur Kuring Senayan. Saya pikir acara itu adalah acara permintaan maaf Solihin kepada saya, mengingat sebelumnya dia pernah meminta PSSI untuk mendeportasi saya hanya gara-gara Jonas Sawor mendorong Adjat Sudrajat ketika Persib jumpa Perseman di putaran 12 besar
Dalam acara makan-makan tersebut, pihak Persib amat sangat ramah. Entah itu taktik atau apa, yang jelas para pemain Perseman diberikan masing-masing 5 botol bir besar. Para pemain Persib tak lama-lama di sana mereka pulang duluan. Tapi Pemain Perseman tetap di tempat karena botol-botol yang ada belum habis.
"Alamak!" mereka lupa bahwa para pemain Persib cepat-cepat pulang karena keesokan harinya akan melawan Persija Jakarta. Dan yang lebih parahnya lagi, sebelum Persib bertanding di Stadion Senayan malam hari, sorenya Perseman harus melawan PSP Padang.
Kalau tidak salah, gara-gara pesta itu, banyak pemain yang mabuk berat dan begadang sampai pagi. Ada berapa pemain inti tidak bisa turun, termasuk Adolof karena cedera. Mau tak mau saya menurunkan pemain pas-pasan, apalagi banyak di antara mereka masih di bawah pengaruh alkohol. Beruntung Sem Aupe mampu menggantikan posisi Adolof sebagai striker dengan baik.
Pertandingan berjalan lancar dengan semangat tinggi. Hanya waktu istirahat di ruang ganti saya tidak memberikan intruksi kepada mereka. Sebagian pemain memilih tidur dan harus dibangunkan lagi untuk babak kedua. Meski terlelap sebentar, Perseman di luar dugaan menang 2-1.
---------------------------------------------------
Catatan editor:
Dalam naskah buku yang akan terbit [Persib Undercover: Kisah-kisah yang Terlupakan] yang disusun oleh Aqwam Fiazmi Hanifan, ada kisah tambahan yang menarik mengenai Perseman dan bir yang tak sempat dikisahkan Paul di tulisannya ini. Wawancara Aqwam dengan Achwani, Sekretaris Umum Persib di saat Persib bertemu Perseman di Grand Final Divisi Utama 1986, menjelaskan bagaimana Persib dengan cerdik menggunakan kebiasaan minum pemain Perseman ini.
Menurut Achwani, salah seorang pengurus diberi tugas untuk memancing para pemain Perseman keluar dari kamar hotel untuk ditraktir minum sepuasnya di salah satu bar. "Saya diberi tugas untuk kasih mereka berkrat-krat bir supaya mereka mabuk berat dan tak tidur, ternyata benar saja, ternyata di malam itu misi saya sukses, mereka mabuk dan sama sekali tak istirahat, padahal besoknya mau bertanding lawan Persib," ucap Achwani.
Hal ini diakui oleh Paul Cumming. Ia mengakui kelemahannya anak asuhnya selalu dimanfaatkan oleh lawan, hampir semua lawan Perseman, bukan hanya Persib.
Dalam laporan Pikiran Rakyat edisi 19 Januari 1985, Adolf Kabo mengakui bahwa minum-minum adalah tradisi yang biasa mereka lakukan bersama rekan-rekannya. Saat itu Perseman baru saja bertanding melawan PSMS dengan skor akhir 1-1. Saat berbicara pada wartawan ketika itu, Adolf sempat memperlihatkan tumpukan kaleng bir. [@zenrs]
Penulis adalah mantan pelatih sepakbola di berbagai klub Indonesia. Kini bergabung dengan Pandit Football Indonesia sebagai penulis tamu. Akun twitter @papuansoccer
image by:
travelpapua.blogspot.com
perseman-manokwari.jimdo.com
[gambar] => https://panditfootball.com/images/attach/perseman-1986-adolf-kabo-cs.jpg
[tanggal] => 01 Feb 2014
[counter] => 115.704
[penulis] => PanditFootball
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball
[penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com
[penulis_initial] => PND
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
)
)
[prev_post] => Array
(
[artikel_id] => 212615
[slug] => https://panditfootball.com/article/show/analisa-pertandingan/212615/PFB/190130/yang-aneh-dari-status-pinjaman-beto-dan-jaimerson
[judul] => Yang Aneh dari Status Pinjaman Beto dan Jaimerson
[isi] => Peminjaman pemain hal yang lumrah di sepakbola. Di Indonesia pun praktik peminjaman pemain bukan hal tabu. Tapi untuk peminjaman Jaimerson Da Silva dan Alberto "Beto" Goncalves dari Madura United ke Persija Jakarta, ada hal yang tidak wajar.
Tanggal 24 Januari 2019, Persija Jakarta menyurati Madura United perihal keinginan sang juara Liga 1 2018 tersebut meminjam pemain. Macan Kemayoran menyebut bahwa mereka ingin meminjam Jaimerson Da Silva dan Zah Rahan Krangar. Kedua pemain ini bisa menjadi amunisi tambahan untuk Persija di babak penyisihan Liga Champions Asia 2019.
Sehubungan dengan Liga 1 2019 yang baru dimulai pada awal Mei, Persija memang tidak bisa mendaftarkan pemain asing barunya, yang kesemuanya belum pernah main di Indonesia, serta Ryuji Utomo yang direkrut dari kesebelasan Thailand. Karena bursa transfer baru bisa dibuka paling cepat 84 hari sebelum liga dimulai (untuk Liga 1 2019 dibuka 15 Februari), International Transfer Certificate (ITC) empat pemain baru Persija tersebut belum keluar. Keempatnya dipastikan tidak bisa membela Persija pada pertandingan Liga Champions Asia melawan Home United pada 5 Februari mendatang.
Tidak seperti perekrutan dari luar negeri, perekrutan pemain dalam negeri tidak membutuhkan ITC. Karena itulah Persija berusaha "mendapatkan" pemain dari kesebelasan Indonesia lain agar bisa dimainkan melawan Home United. Setelah merekrut Rishadi Fauzi dengan kontrak jangka pendek, Jaimerson dan Zah Rahan adalah incaran Persija untuk menjaga kualitas tim kala menghadapi Home United.
Madura United menyambut baik permintaan Persija. Tapi mereka enggan meminjamkan Zah Rahan. Sebagai gantinya, Madura United menyodorkan Beto. Menariknya, meski berstatus pinjaman, Jaimerson dan Beto nyatanya tetap punya kewajiban membela Madura United.
"Kepentingan Indonesia kita dahulukan di atas kepentingan kelompok. Persija wakil Indonesia, harus kita support," kata Manajer Madura United, Haruna Soemitro, pada pewarta. "Tapi mereka tidak digunakan untuk pertandingan domestik, turnamen-turnamen pra-musim, yang ada di Indonesia. Ini semata-mata untuk kepentingan event internasional. Saya sudah hitung, tidak akan mungkin ada benturan jadwal. Kalau misal ternyata ada bentrok, kepentingan Madura akan didahulukan."
Di sini lah letak ketidakwajaran tersebut. Dalam regulasi FIFA soal transfer dan status pemain memang disebutkan kedua belah pihak boleh menyertakan kesepakatan-kesepakatan tertentu. Tapi masih dalam regulasi tersebut, pada Pasal 10 ayat 2, disebutkan bahwa "...periode minimal peminjaman adalah waktu antara dua periode pendaftaran."
Berdasarkan paragraf tersebut, yang juga ada dalam regulasi PSSI, regulasi ini bisa dimaknai bahwa peminjaman pemain sejatinya hanya boleh, minimal, berdurasi pada setengah musim pertama atau setengah musim terakhir, selain satu musim penuh. Karena di federasi lain pun, federasi sepakbola Inggris misalnya, durasi minimal peminjaman pemain adalah setengah musim kompetisi.
Regulasi EFL tentang durasi peminjaman pemain
Jaimerson dan Beto akan dimaksimalkan Persija hanya pada pertandingan melawan Home United (5 Februari), pertandingan melawan Newcastle Jets pada 12 Februari mendatang serta Kashima Antlers pada 19 Februari (dengan catatan Persija terus menang). Melawan Kashima sebenarnya Persija bisa memainkan keempat pemain barunya karena bursa transfer Liga 1 sudah dibuka (meski pendaftaran pemain di Liga Champions Asia wajib dilakukan 7 hari sebelum pertandingan).
Jika kalah, Persija akan terlempar ke AFC Cup dan Persija sudah bisa mendaftarkan pemainnya karena pertandingan pertama baru akan digelar April mendatang. Begitu pun jika Persija lolos ke fase grup Liga Champions yang dimulai sejak Maret, pendaftaran pemain akan kembali dibuka di mana bursa transfer Indonesia pun sudah dibuka.
Dengan Madura United yang masih bisa menggunakan pemainnya meskipun sedang dipinjamkan ke Persija, ini artinya durasi peminjaman Jaimerson dan Beto hanya untuk pertandingan babak penyisihan Liga Champions Asia saja. Dalam kesepakatan yang diutarakan oleh Haruna juga disebutkan bahwa Persija boleh memainkan Jaimerson dan Beto khusus untuk pertandingan internasional dan "kepentingan Madura akan didahulukan".
Pemandangan seperti ini bukannya tak ada di Indonesia. Di tim amatir yang saya latih misalnya, ada pemain yang juga bermain di kesebelasan lain, mengikuti kompetisi berbeda. Atau ada juga pemain amatir lain yang bermain di banyak kesebelasan untuk mengikuti kompetisi berbeda. Tapi ini kan level sepakbola amatir dan kebetulan tidak ada regulasi yang mengikatnya. Masa Persija dan Madura United yang mengaku profesional memperlakukan pemainnya seperti pemain amatir?
Tapi sebenarnya Persija dan Madura United pun tidak akan melakukan hal seperti ini jika dari PSSI mengatur jadwal liga sesuai kalender AFC. Penyebab Persija tidak bisa mendaftarkan pemain baru dari luar negeri memang dipengaruhi keputusan PSSI yang memutuskan Liga 1 2019 baru dimulai awal Mei dengan alasan adanya Pemilihan Presiden.
Lagipula, bukan hanya Persija dan Madura United, kesebelasan Liga 1 lain pun saat ini memperlakukan pemainnya seperti pemain tarkam alias amatir. Piala Indonesia yang dimulai sejak 2018 kini diisi oleh kesebelasan-kesebelasan yang mencoba pemain-pemain baru di babak 32 besar. Uniknya lagi babak 16 besar akan ditunda karena akan berlangsungnya Piala Presiden 2019.
Perlu diketahui, Piala Presiden merupakan turnamen pra-musim yang disikapi secara serius oleh kesebelasan-kesebelasan Indonesia. Kalau pemain (khususnya asing) atau pelatih menunjukkan performa yang tidak sesuai harapan manajemen selama Piala Presiden, bukan hal mustahil mereka akan didepak sebelum liga dimulai. Ini artinya kesebelasan tersebut bisa berganti pemain lagi ketika liga yang sebenarnya dimulai.
Ketidakwajaran di sepakbola memang banyak terjadi di sepakbola Indonesia. Kebetulan atau tidak, ketidakwajaran tersebut selalu ada kaitannya dengan PSSI.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Event%20Khusus/Feature%20Image%20Madura%20Persija.jpg
[tanggal] => 30 Jan 2019
[counter] => 12.748
[penulis] => ardypandit
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/test/ardyskets.JPG
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/ArdyPandit
[penulis_desc] => Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com
[penulis_initial] => ANS
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
)
[next_post] => Array
(
[artikel_id] => 212617
[slug] => https://panditfootball.com/article/show/pandit-sharing/212617/PFB/190131/gelandang-serba-bisa-warisan-belanda
[judul] => Gelandang Serba Bisa Warisan Belanda
[isi] => Oleh: Moch. Adib Irham Ali*
Namanya mungkin memang tidak setenar sederet bintang-bintang yang pernah mengisisi pos gelandang timnas Oranje Belanda macam Mark van Bommel, Rafael van der Vaart, Clarence Seedorf, Edgar Davids, Johan Cruyff, dan pemegang caps terbanyak untuk timnas Belanda yaitu Wesley Sneidjer. Namun nama ini juga tidak bisa dikesampingkan sebagai salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki oleh Belanda.
Bagi anak-anak awal 2000-an penggemar game PES/Winning Eleven dan tim Oranje Belanda, pasti akan sangat paham dengan nama ini. Nama lengkapnya Phillip John-William Cocu atau yang lebih dikenal sebagai Phillip Cocu.
Cocu adalah maestro lini tengah dan gelandang box-to-box yang bisa mengalirkan bola dari belakang ke depan ataupun sebaliknya. Selain itu, Cocu memang mencerminkan pemain masa kini yang harus serba bisa. Ia bisa menyusuri sisi kiri lapangan baik sebagai penyerang sayap maupun bek sayap. Jika digambarkan pada zaman sekarang, gaya bermainnya hampir mirip James Milner yang juga gelandang serba bisa.
Darah Eindhoven sudah mengalir pada diri Cocu sejak kecil. Cocu terlahir di Kota Eindhoven, yang juga adalah kota terbesar kelima di Belanda, pada 29 Oktober 1970. Namun Cocu muda bukanlah didikan Akademi PSV Eindhoven melainkan lebih banyak menghabiskan waktu dan menimba ilmu di De Graafschap, kesebelasan lokal yang berbasis di kota Doetinchem.
Bakat Cocu muda lantas tercium oleh seorang pemandu bakat AZ Alkmaar yang lantas menawarkan karier profesional kepadanya. Di usia 18 tahun, Cocu debut di tim senior Alkmaar. Selama dua tahun, dari 1988 hingga 1990, Cocu bermain di 50 pertandingan dan mencetak delapan gol. Angka ini tergolong mentereng untuk ukuran pemain muda minim pengalaman. Selanjutnya, karier Cocu muda dilanjutkan ke Vitesse Arnherm pada 1990.
Di Vitesse, bakat Cocu mulai terlihat jelas dan diperhitungkan oleh publik sepakbola Belanda. Tak terkecuali pelatih tim Oranje kala itu, Dick Advocaat, yang memanggilnya untuk mempersiapkan timnas Belanda yang akan dikirim ke Piala Dunia 1994. Pada waktu itu, usia Cocu kurang lebih masih 23 tahun. Sayangnya, ia gagal terpilih untuk berangkat ke Amerika Serikat untuk melakoni Piala Dunia pertamanya. Pada akhirnya, sang pemain harus menunggu dua tahun lagi untuk melakukan debut internasionalnya.
Selama di Vitesse yaitu antara 1990 sampai 1995 ia berhasil melakoni 137 penampilan dengan melesakkan 25 gol. Pada usia 24 tahun, ia akhirnya memutuskan untuk pindah ke kota kelahirannya bersama PSV Eindhoven. PSV bahkan rela membayar klausul pelepasan kontraknya dari Vitesse.
Di tahun keduanya di PSV, ia berhasil membantu PSV untuk meraih gear juara Eredivise 1996/97. Dua tahun kemudian, atau pada musim 1998/1999, Barcelona pun mengangkutnya ke Liga Spanyol karena terpincut oleh kemampuan Cocu, dan mungkin juga untuk melanjutkan tradisi-tradisi pemain hebat Belanda yang merumput di Camp Nou, macam Johan Cruyff, Ronald Koeman, dan Johan Neeskens.
Karier Cocu tak begitu sukses di Camp Nou. Prestasinya seret. Namun, hal itu tak lantas membuat kemampuannya juga ikut surut. Di Barcelona, beberapa kali ban kapten melingkar di lengannya.
Penampilan gemilangnya di Barcelona akhirnya membuahkan panggilan ke Piala Dunia. Cocu merupakan salah satu pilar tim Oranje Belanda yang tampil impresif di Piala Dunia 1998 Prancis. Sayangnya, mereka gagal melangkah ke final setelah dikalahkan Brasil lewat adu penalti.
Momen ini merupakan salah satu yang kelabu dalam karier Cocu. Dalam pertandingan semifinal di Stade Velodrome, Marseille, tersebut, pertandingan harus dilanjutkan hingga adu tendangan penalti karena skor tetap bertahan 1-1.
Taffarel mengawal gawang Brasil, sementara gawang De Oranje dijaga Edwin van der Sar. Empat penendang dari Brasil yaitu Ronaldo, Rivaldo, Emerson, dan Sang Kapten, Dunga, berhasil menggetarkan jala gawang Van der Sar. Sementara Belanda hanya mampu mencetak gol lewat Frank De Boer dan Dennis Bergkamp.
Sebagai penendang ketiga sekaligus pengawal kegagalan De Oranje yang malam itu berperan sebagai tokoh protagonis adalah Cocu. Cocu yang selama pertandingan dimainkan di posisi bek kiri dari formasi 4-4-2 yang dimainkan Guus Hiddink terlihat gugup dalam menendang penalti tersebut. Benar saja tendangannya yang mengarah ke sisi kiri gawang mampu dibaca dengan baik oleh Taffarel dan sekaligus membuat mental pasukan De Oranje goyah. Benar saja penendang keempat yaitu Ronald de Boer gagal juga untuk membobol gawang Taffarel. Akhirnya Belanda harus puas bertengger di posisi keempat pada Piala Dunia 1998 setelah dikalahkan Kroasia di perebutan peringkat ketiga.
Setelah mengabdi cukup lama di Barcelona dari 1998 dan berhasil mencatat penampilan 205 kali dengan 31 gol, Cocu kembali ke PSV pada 2004. Sebagai pemain dengan segudang pengalaman, ia pun dipercaya menjadi kapten. PSV sukses mendominasi Eredivisie dengan keluar sebagai juara tiga tahun berturut-turut. Cocu pun mencatatkan 23 gol dari 94 pertandingan yang dilakoninya bersama PSV Eindhoven; nilai yang cukup mentereng untuk pemain yang sudah berusia kepala tiga.
Lalu, pada 2007, Cocu yang kala itu sudah berusia 37 tahun memutuskan untuk menghabiskan tahun terakhir kariernya di Timur Tengah. Ia membela Al-Jazira di Liga Uni Emirat Arab selama setahun, sebelum akhirnya memutuskan untuk gantung sepatu pada 2008.
Setelah pensiun sebagai pemain, Cocu bergabung dengan PSV lagi sebagai pelatih tim remaja dan kemudian menjadi asisten manajer. Dia juga menjabat sebagai asisten di tim nasional Belanda di bawah pelatih Bert van Marwijk pada Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Secara keseluruhan Cocu mendampingi timnas Belanda antara 2008 sampai 2012.
Pada 2012, Cocu ditunjuk untuk menjadi pelatih PSV yang kala itu baru saja mengakhiri kerja sama dengan Fred Rutten. Hasilnya bombastis, sebagai pelatih sementara pada musim pertamanya di PSV dia berhasil membawa tim ini menjadi juara.
Selanjutnya karier kepelatihannya di PSV berjalan sangat baik bagi seorang pelatih baru. Cocu berhasil memberikan empat gelar Eredivisie kepada PSV dan yang terakhir adalah musim kemarin yang diwarnai dengan pensiunnya seorang Dirk Kuyt dari sepakbola. Namun karier kepelatihannya di PSV harus berhenti tatkala beberapa bulan yang lalu dia diberhentikan dan dia melanjutkan kariernya di Fenerbache yang juga beberapa waktu lalu baru memecatnya karena dinilai kurang berhasil.
Secara keseluruhan Cocu bermain di 598 pertandingan dan melesakkan 122 gol di level klub. Selain itu bagi timnas Belanda, Cocu tercatat sebagai salah satu pengoleksi caps terbanyak bagi De Oranje di pertandingan internasional yaitu dengan rincian 101 caps dan berhasil membuat 10 gol; jumlah yang termasuk sangat bagus bagi seorang gelandang yang sering diposisikan sebagai bek sayap. Secara keseluruhan Cocu adalah gambaran pesepakbola modern pada zamannya di mana pemain yang fasih bermain di berbagai posisi.
*Penulis adalah mahasiswa tingkat akhir. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @@IrhamAdib dan Instagram @mochadibirham_21
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Champions%20dan%20Europa/CocuBarcelona.jpg
[tanggal] => 31 Jan 2019
[counter] => 9.079
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[penulis_desc] => Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com
1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)
[penulis_initial] => PSH
[kategori_id] => 454
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[categories] => Array
(
[0] => Array
(
[kategori_id] => 18
[kategori_name] => Editorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial
[status] => 1
[counter] => 203
)
[1] => Array
(
[kategori_id] => 4969
[kategori_name] => Advetorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial
[status] => 1
[counter] => 46
)
[2] => Array
(
[kategori_id] => 6729
[kategori_name] => tentang
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang
[status] => 1
[counter] => 0
)
[3] => Array
(
[kategori_id] => 334
[kategori_name] => Sains
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola
[status] => 1
[counter] => 183
)
[4] => Array
(
[kategori_id] => 454
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
[status] => 1
[counter] => 613
)
[5] => Array
(
[kategori_id] => 6719
[kategori_name] => Terbaru
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru
[status] => 1
[counter] => 0
)
[6] => Array
(
[kategori_id] => 599
[kategori_name] => Berita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita
[status] => 1
[counter] => 3271
)
[7] => Array
(
[kategori_id] => 151
[kategori_name] => Fantasy Premier League
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture
[status] => 1
[counter] => 930
)
[8] => Array
(
[kategori_id] => 1385
[kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi
[status] => 1
[counter] => 2
)
[9] => Array
(
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
[status] => 1
[counter] => 1270
)
[10] => Array
(
[kategori_id] => 5
[kategori_name] => Football Culture
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture
[status] => 1
[counter] => 31
)
[11] => Array
(
[kategori_id] => 2049
[kategori_name] => Nasional
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional
[status] => 1
[counter] => 87
)
[12] => Array
(
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
[status] => 1
[counter] => 3163
)
)
[populer_tag] => Array
(
[0] => stdClass Object
(
[tag_id] => 20
[tag_name] => EPL
[tag_slug] => epl
[status_tag] => 0
[hitung] => 1279
)
[1] => stdClass Object
(
[tag_id] => 7021
[tag_name] => Indonesia
[tag_slug] => indonesia
[status_tag] => 2
[hitung] => 867
)
[2] => stdClass Object
(
[tag_id] => 6143
[tag_name] => Manchester United
[tag_slug] => manchester-united
[status_tag] => 0
[hitung] => 639
)
[3] => stdClass Object
(
[tag_id] => 6502
[tag_name] => Liga Champions Eropa
[tag_slug] => liga-champions-eropa
[status_tag] => 0
[hitung] => 495
)
[4] => stdClass Object
(
[tag_id] => 63
[tag_name] => Chelsea
[tag_slug] => chelsea
[status_tag] =>
[hitung] => 479
)
[5] => stdClass Object
(
[tag_id] => 42
[tag_name] => Arsenal
[tag_slug] => arsenal
[status_tag] =>
[hitung] => 474
)
)
[populer_sidebar] => Array
(
[0] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/taktik/215443/PFB/240317/sekarang-thiago-motta-tidak-akan-diejek-lagi
[judul] => Sekarang, Thiago Motta Tidak Akan Diejek Lagi
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/FI%20BOLOGNSA.jpeg
[tanggal] => 17 Mar 2024
[counter] => 7.470
)
[1] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215427/PFB/240117/indonesia-vs-irak-mengapa-wasit-tidak-menganulir-gol-kedua-irak
[judul] => Indonesia vs Irak : Mengapa Wasit Tidak Menganulir Gol Kedua Irak
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FPL%202023-2024/WhatsApp%20Image%202024-01-16%20at%2010.26.01%20PM.jpeg
[tanggal] => 17 Jan 2024
[counter] => 5.399
)
[2] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215442/PFB/240302/siapa-bisa-hentikan-inter-di-serie-a
[judul] => Siapa Bisa Hentikan Inter di Serie A?
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Italia/FI%20-%20Dominasi%20Inter.jpeg
[tanggal] => 02 Mar 2024
[counter] => 4.889
)
[3] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/cerita/215428/PFB/240117/eritrea-dan-kisah-pemain-yang-kabur-dari-negaranya
[judul] => Eritrea dan Kisah Pemain yang Kabur dari Negaranya
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Afrika/FI%20ERITREA.jpeg
[tanggal] => 17 Jan 2024
[counter] => 1.911
)
)
[terbaru_sidebar] => Array
(
[0] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215481/PFB/240923/
[judul] => Penunjuk Jalan Menuju Panah Hijau di FPL
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20PENUNJUK%20JALAN.png
[tanggal] => 23 Sep 2024
[counter] => 277
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[1] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215487/PFB/240918/
[judul] => Simulasi Pemain Timnas Jadi Aset FPL
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20SIMULASI%20PEMAIN%20TIMNAS%20JADI%20ASET%20FPL.png
[tanggal] => 18 Sep 2024
[counter] => 208
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[2] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215482/PFB/240912/
[judul] => Kupas Misteri Naik Turun Harga Aset di FPL
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HARGA%20ASET.png
[tanggal] => 12 Sep 2024
[counter] => 389
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
[3] => Array
(
[slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215480/PFB/240912/
[judul] => Dilema Kepemilikan Erling Haaland: Madu atau Racun?
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HAALAND%20MADU%20ATAU%20RACUN.png
[tanggal] => 12 Sep 2024
[counter] => 618
[penulis] => panditsharing
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
)
)
[categories_with_count] => Array
(
[0] => Array
(
[kategori_id] => 18
[kategori_name] => Editorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial
[status] => 1
[counter] => 203
)
[1] => Array
(
[kategori_id] => 4969
[kategori_name] => Advetorial
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial
[status] => 1
[counter] => 46
)
[2] => Array
(
[kategori_id] => 6729
[kategori_name] => tentang
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang
[status] => 1
[counter] => 0
)
[3] => Array
(
[kategori_id] => 334
[kategori_name] => Sains
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola
[status] => 1
[counter] => 183
)
[4] => Array
(
[kategori_id] => 454
[kategori_name] => PanditSharing
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing
[status] => 1
[counter] => 613
)
[5] => Array
(
[kategori_id] => 6719
[kategori_name] => Terbaru
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru
[status] => 1
[counter] => 0
)
[6] => Array
(
[kategori_id] => 599
[kategori_name] => Berita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita
[status] => 1
[counter] => 3271
)
[7] => Array
(
[kategori_id] => 151
[kategori_name] => Fantasy Premier League
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture
[status] => 1
[counter] => 930
)
[8] => Array
(
[kategori_id] => 1385
[kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi
[status] => 1
[counter] => 2
)
[9] => Array
(
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
[status] => 1
[counter] => 1270
)
[10] => Array
(
[kategori_id] => 5
[kategori_name] => Football Culture
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture
[status] => 1
[counter] => 31
)
[11] => Array
(
[kategori_id] => 2049
[kategori_name] => Nasional
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional
[status] => 1
[counter] => 87
)
[12] => Array
(
[kategori_id] => 392
[kategori_name] => Cerita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita
[status] => 1
[counter] => 3163
)
)
[meta_title] => Garuda Select, Generasi Harapan Sepakbola Indonesia
[meta_desc] => Kekalahan/kegagalan ini menjadi pelajaran berharga buat timnas Indonesia..... Kalimat tersebut seringkali terdengar ketika Timnas Indonesia bertanding dan kalah menghadapi kesebelasan besar Eropa...
[meta_keyword] => PSSI,SuperSoccer TV,Garuda Select,PSSI Primavera,PSSI Barreti
[meta_image] => https://panditfootball.com/images/large/Champions%20dan%20Europa/GarudaSelectFitur.jpg
[meta_url] => https://panditfootball.com/article/show/cerita/212616/PFB/190131/garuda-select
[js_custom_page] =>
[socmed_facebook] =>
[socmed_instagram] => Array
(
[id_option] => 26
[name_option] => socmed_instagram
[value_option] => https://www.instagram.com/panditfootball/
[desc_option] => @panditfootball
)
[socmed_youtube] => Array
(
[id_option] => 25
[name_option] => socmed_youtube
[value_option] => https://www.youtube.com/@pandit.football
[desc_option] => @pandit.football
)
[socmed_twitter] => Array
(
[id_option] => 24
[name_option] => socmed_twitter
[value_option] => https://x.com/panditfootball
[desc_option] => @panditfootball
)
)
1