Font size:
Ditulis oleh Ibnu Ahmadsyah
Radamel Falcao sedang mengalami penurunan dalam karirnya. Reputasinya sebagai penyerang berbahaya di dunia tengah meredup. Karirnya yang cemerlang tiba-tiba berbalik 180 derajat setelah satu kejadian mengenaskan menimpanya. Dalam sebuah pertandingan antara AS Monaco Monts d’Or Azergues, Falcao mengalami cedera pada ligamen lututnya. Ia pun mengalami cedera ACL dan harus menjalani perawatan dalam beberapa bulan. Sejak cedera tersebut, Falcao seperti menjadi sosok yang berbeda di lapangan. Ia tidak sesangar saat sebelum cedera. Penampilannya menurun drastis ketika ia membela Manchester United di Liga Inggris musim 2014/2015. Dari 29 penampilan yang dilaluinya, hanya 4 gol yang berhasil ia sumbangkan. Cedera ACL memang merupakan salah satu cedera yang paling ditakuti oleh atlet, termasuk pemain sepakbola. Tidak hanya masa penyembuhannya yang lama, ACL juga memberikan trauma yang cukup berat bagi atlet. Hal inilah yang membuat banyak atlet tidak bisa kembali ke performa asalnya pasca mengalami cedera ACL.Simak tulisan tentang hantu ACL yang bersemayam di kepala FalcaoFalcao pun menjadi salah satu korban dari cedera ini. Dan Falcao juga menjadi salah satu atlet yang kesulitan untuk kembali ke performa maksimal pasca mengalami cedera ACL. Namun, Falcao sebenarnya juga bisa banyak belajar dari atlet-atlet yang berhasil bangkit pasca mengalami cedera ACL. Salah satu atlet tersebut adalah legenda tim nasional Brasil, Ronaldo Luis Nazario de Lima. Kisah Kemunculan Ronaldo Sang Fenomena Membicarakan kehebatan Ronaldo tentu membuat memori penggemar bola harus flashback sejenak ke masa lalu. Pemain yang terkenal dengan kepala pelntosnya ini meruapakan salah satu pemain muda berbakat pada zamannya. Kiprahnya diawali dengan torehan 44 gol dalam 47 penampilan dua musimnya bersama Cruzeiro ketika masih berusia 17-18 tahun. Berkat pencapaiannya tersebut, Ronaldo pun dipanggil ke skuat juara timnas Brazil pada piala dunia 1994. Meski pada Piala Dunia di Amerika Serikat tersebut, Ronaldo hanya duduk di bangku cadangan. Tak lama kemudian, dirinya pun direkrut klub Belanda, PSV Eindhoven. Lagi-lagi, bersama PSV Ronaldo membuat sensasi dengan menjadi top scorer Eredivisie 1994-1995 dengan 30 gol saat masih berusia 19 tahun. Catatan luar biasa ini kembali membuat klub besar Eropa lainnya, FC Barcelona, tertarik untuk mendatangkan Ronaldo. Kiprah Ronaldo bersama FC Barcelona bisa dibilang merupakan pencapaian terbaik sepanjang karirnya. Ronaldo sanggup menjadi Top Scorer La Liga edisi 1996-1997 dengan 34 gol dan membantu Barca menjuarai Copa Del Rey dan Piala Winners. Kiprahnya bersama Barcelona inilah yang mulai membuka mata dunia tentang kehadiran sang fenomena. Puncaknya, pada 1996 dan 1997 Ronaldo pun berhasil menjadi pemain terbaik dunia versi FIFA. Ronaldo pun tercatat sebagai pemain termuda yang pernah memenangi penghargaan ini. Kehancuran Karier Ronaldo di Inter Milan Musim 1997-1998, Ronaldo hijrah ke Serie A bersama Inter Milan. Di musim pertamanya bersama Inter, Ronaldo harus beradaptasi dengan gaya Serie A yang terkenal dengan pertahanan tangguh. Namun kemampuannya menggiring bola yang fenomenal ternyata masih mampu menyihir Serie A. Bahkan Paolo Maldini mengakuinya sebagai penyerang terbaik yang pernah dihadapinya. Kariernya di Inter Milan pun terlihat lancar-lancar saja dan Ia berhasil menjadi runner up Top Scorer Serie A dengan 25 gol dan runner up Pemain Terbaik Dunia 1998 di bawah Zinedine Zidane.
Kami juga memilih Ronaldo de Lima sebagai salah satu penyerang terbaik yang pernah membela Inter MilanNamun petaka cedera perlahan mulai merusak karier Ronaldo. Pada pertandingan Serie A antara Inter melawan Lecce pada November 1999, Ronaldo menderita cedera di lutut kanannya. Tendonnya terkoyak cukup parah. Ronaldo pun harus menjalani operasi pembedahan lutut yang mengharuskannya absen lama. Serangkaian program pemulihan pun dijalani Ronaldo untuk kembali ke lapangan hijau secepat mungkin. Pemulihan Ronaldo berjalan cukup cepat dan ia berhasil comeback pada Final Coppa Italia antara Inter versus Lazio pada 12 April 2000. Tak dinyana, comeback Ronaldo berjalan bak mimpi buruk baginya. Ia hanya bertahan selama tujuh menit di lapangan dan kembali menderita cedera di lutut yang sama. Ronaldo mendadak terjatuh saat dirinya berusaha melakukan trik stepover untuk mengelabui lawan. Ronaldo meronta kesakitan dan harus ditandu keluar lapangan. Pertandingan yang awalnya berjalan seru berubah menjadi penuh kesedihan. [caption id="attachment_182929" align="alignnone" width="450"]


Penulis adalah mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Padjajaran, biasa beredar di dunia maya dengan akun Twitter @ibensteven.