“Ages quod agis” yang berarti “lakukan apa yang sedang kamu lakukan”. Pepatah Latin ini mengandung pesan untuk berfokus dan mencurahkan perhatian penuh pada tugas yang sedang dijalankan, tanpa terganggu oleh hal-hal lain. Prinsip itu yang dijalankan oleh seorang penjaga gawang berumur 43 tahun bernama Marco Ballotta.
Ya, dalam usia senjanya, ia masih ditugaskan untuk menjaga pertahanan Lazio pada musim 2007/2008 lalu. Pada musim yang sama, ia menjalani debut sekaligus menciptakan rekor sebagai pesepakbola tertua yang bermain di Liga Champions dan Serie-A.
Musim panas 2007, penjaga gawang utama Lazio, Angelo Peruzzi, memutuskan mengakhiri karir profesionalnya. Kiper lainnya, Matteo Sereni, dilepas ke Torino secara gratis. Lazio bergerak cepat memburu pemain untuk mencari pengganti Peruzzi. Didatangkanlah Fernando Muslera dari Nacional dengan banderol sekitar 5,2 juta Euro untuk diproyeksi menjadi pemain utama. Sementara itu, Ballotta disiapkan menjadi pelapis, sedangkan Tommaso Berni menjadi kiper ketiga.
Saat musim berjalan, ternyata Delio Rossi, allenatore Lazio saat itu, punya pemikiran yang berbeda. Entah pertimbangan apa yang membuat ia berani mengambil kebijakan lebih memilih Ballotta sebagai penjaga gawang utama dibanding memasang Fernando Muslera (22 tahun) ataupun Tommaso Berni (25 tahun) yang usianya jauh lebih muda.
Pemain Tertua di Serie A dan Liga Champions
Alhasil, setelah 25 tahun berkarir menjadi pesepakbola profesional, Ballotta akhirnya menjalani pertandingan pertamanya di Liga Champions. Pria kelahiran 3 April 1964 ini mencatatkan debut saat Lazio berhadapan dengan Olympiakos pada 19 September 2009.
Ballotta melakoni tugas selama 90 menit menjaga gawang Lazio. Pertandingan berakhir 1-1. Sebuah hasil yang tidak buruk untuk seorang pesepakbola berusia senja. Pada saat teman-teman seusianya sudah memutuskan gantung sepatu dan merintis karier kepelatihan, Ballotta masih mendapat mandat untuk mengawal garda pertahanan Lazio dari gempuran Real Madrid, Werder Bremen, dan Olympiakos di Liga Champions.
Pada laga terakhir Lazio di Grup C, bermain di Santiago Bernabeu yang notabene merupakan kandang Real Madrid, Ballotta bertanggung jawab mengawal mistar gawang Lazio. Dia bermain cukup apik sepanjang laga. Sayang, hasil akhir tidak sesuai dengan ekspektasinya. Ballotta kudu memungut bola yang bersarang di jaringnya sebanyak tiga kali. Lazio pun menelan kekalahan 1-3 dari tuan rumah. Meski tersingkir dari fase grup, Ballotta mengukir sejarah sebagai pemain tertua yang bermain di Liga Champions dalam usia 43 tahun dan 253 hari.
Di Serie A, Ballotta menjalani 29 laga dengan hasil Lazio bertengger di urutan 12 klasemen pada akhir musim. Dalam musim yang sama ia juga membuat rekor sebagai pemain tertua di Serie-A saat usianya 44 tahun, 1 bulan, dan 8 hari. Dilansir dari footballdatabase.eu, secara keseluruhan pada musim 2007/2008, Ballotta dimainkan sebanyak 39 kali dengan catatan kebobolan 51 kali dan clean-sheets 10 kali.
Sempat Jadi Striker dan Akhir Karier
Setelah menjalani musim yang cukup hebat pada 2007/2008, kontrak Ballotta ternyata tidak diperpanjang oleh Lazio. Ia pun memutuskan berlabuh ke tim kasta rendah Calcara Samoggia sebagai striker. Ya, sebagai striker. Ballotta punya rasa penasaran untuk mencetak gol. Unik.
Setelah berpindah-pindah klub dari Calcarea – Arzano – Castelvetro, pada 1 Juli 2022 Ballotta memutuskan untuk gantung sepatu. Ia berhenti dari profesi yang membesarkan namanya. Mengambil data dari transfermarkt.com, sepanjang kariernya, Ballotta bermain selama 48.175 menit dalam 543 pertandingan dengan memegang rekor sebagai pemain tertua di Serie-A dan Liga Champions.
Ballotta benar-benar mengaplikasikan istilah: “Lakukan apa yang sedang kamu lakukan”. Hingga usia tuanya, ia tetap fokus pada apa yang dilakukan dan memberi perhatian penuh pada karirnya. Bagi Marco Ballotta, usia hanyalah angka. Kualitasnya yang berbicara.
Questo giocatore è fortissimo. Una leggenda!
Penulis:
Nama : Pramudito Hadi
Akun IG : @pramuditohadi_
Akun X : @pramuditohadi