Tinjauan Paruh Musim Liga Primer 2015/2016

Tinjauan Paruh Musim Liga Primer 2015/2016
Font size:

Liga Primer Inggris sudah tepat sampai paruh musim di pekan ke-19. Persaingan papan atas terjadi sangat ketat dengan Leicester City tampil sebagai kesebelasan kejutan yang sempat beberapa kali memuncaki klasemen. Bahkan, sebenarnya sekarang mereka bisa saja berada di puncak jika selisih gol mereka bisa lebih baik daripada Arsenal di peringkat pertama.

Selain Leicester, kejutan lainnya juga tercipta dengan juara bertahan Chelsea yang terpuruk  di peringkat ke-14 dan sudah kalah sebanyak 9 kali. Manchester United yang diasuh Louis van Gaal juga tak kalah mengejutkannya. Sempat tampil konsisten (membosankan) dengan pertahanan kuat dan memuncaki klasemen, tapi sepanjang Bulan Desember mereka malah tidak pernah menang. Sementara itu dari daftar pencetak gol sementara, ada nama Jamie Vardy yang sudah mencetak 15 gol dan mengangkangi rekor Ruud van Nistelrooy untuk mencetak gol dalam 11 pertandingan berturut-turut. Romelu Lukaku juga tampil semakin beringas dengan jumlah gol yang sama dengan Vardy. Kemudian Odion Ighalo menjadi penyerang yang konsisten mencetak gol untuk Watford yang sementara ini berada di peringkat kesembilan. Liga Primer 2015/2016 sudah setengah jalan dan bahkan masih terus berjalan meskipun dalam periode Natal dan Tahun Baru. Dari setengah musim sejauh ini juga banyak hal yang menarik yang terjadi, entah itu dari penampilan sebuah kesebelasan, pelatih, atau pesepakbola secara individu. Berikut kami akan bahas secara mendalam. Kesebelasan Terbaik: Leicester City Leicester_City_FC' Tidak ada yang tidak jatuh cinta kepada Leicester City di musim ini, bahkan kami berani bertaruh, pendukung Arsenal (peringkat pertama) atau Manchester City (peringkat ketiga) sekalipun. Pada prinsipnya, memang tidak ada yang tidak suka dengan underdog. Leicester ditinggal manajer sebelumnya, Nigel Pearson, menjelang musim bergulir. Penunjukkan Claudio Ranieri juga awalnya dianggap tidak akan membuat banyak perubahan untuk kesebelasan sekelas “sukses karena berhasil lolos degradasi” musim lalu tersebut. Dari segudang skuat yang dimiliki kesebelasan berjuluk The Foxes tersebut, banyak nama-nama yang juga tidak kalah underdog-nya seperti Vardy yang sudah sama-sama kita tahu latar belakang ceritanya. Selain Vardy, ada Kasper Schmeichel yang pernah dibuang Manchester City, kemudian Ritcie de Laet, Matty James, Danny Drinkwater, dan Danny Simpsons yang pernah dibuang Manchester United, belum lagi jika kita menyebut Robert Huth (Chelsea), Marc Albrighton (Aston Villa), sampai Riyad Mahrez. Tak dapat dimungkiri lagi, umumnya memang kita semua cinta Leicester City. Namun, bukan rasa cinta tersebut yang membuat kami memutuskan kesebelasan ini menjadi yang terbaik sampai paruh musim. Leicester adalah kesebelasan yang paling menghibur, mereka memang memiliki tingkat penguasaan bola (peringkat 17) dan kesuksesan operan (peringkat 20) terendah di liga, tapi cara bermain mereka yang direct itu lah yang membuat mereka begitu menghibur. Mereka bermain layaknya kesebelasan inferior dengan mengandalkan bola panjang dan serangan balik. Dengan cara yang tidak neko-neko seperti itu, The Foxes berhasil mencetak 37 gol (terbaik di liga) sambil juga kebobolan banyak (25 gol; terburuk ke-7 di liga). Jadi, bisa dibayangkan apa rasanya menonton pertandingan Leicester sepanjang paruh musim ini: main langsung to the point, banyak gol (mencetak maupun kebobolan), dan pastinya menghibur. Jangan heran jika pendukung, atau hanya sekadar simpatisan, Leicester akan semakin bertambah ke depannya. Hanya saja, satu hal yang perlu kita camkan, mari mulai lah menyebut nama mereka dengan baik dan benar, karena “Leicester City” cukup dibaca “Lester Siti” (l?st?r ?s?ti) saja menurut pengucapan Bahasa Inggris yang baik dan benar. Halaman berikutnya, Pelatih dan Pemain Terbaik Pelatih Terbaik: Alan Pardew (Crystal Palace) Ranieri memang berhasil membawa Leicester menjadi kesebelasan yang mengejutkan, Arsène Wenger juga tidak kalah berkualitasnya dengan berhasil membuat Arsenal berada di puncak, atau Manuel Pellegrini yang jenius dan disukai media. Namun, jika kita membicarakan pelatih atau manajer terbaik sampai sejauh musim ini di Liga Primer, nama Alan Pardew dari Crystal Palace tidak bisa tidak kita sebutkan. Sekarang berada di peringkat kelima (lebih baik daripada United, Liverpool, dan Chelsea), ternyata hanya Arsenal dan City saja yang memenangkan lebih banyak pertandingan Liga Primer daripada Crystal Palace sepanjang tahun 2015 (paruh kedua musim lalu juga dihitung). Pardew mungkin bukan sosok pahlawan idaman semua orang. Dia bahkan terkenal sombong, tapi jika kita tahu lebih jauh mengenai dirinya, kita pasti akan membenarkan kesombongan tersebut. Dia dibuang oleh Newcastle United untuk pergi ke London Selatan dan bertemu belahan jiwanya. Dari zona degradasi ke posisi lima, dia mengubah mental “kesebelasan yoyo” Palace untuk mencapai mentalitas kesebelasan Liga Primer sesungguhnya. alan-pardew-crystal-palace-selhurst-park_3380647 Kekuatan utama Palace saat ini adalah kecepatan, permainan melebar, dan kemampuan eksekusi bola mati mereka. Dengan pemain-pemain seperti Yohann Cabaye, Yannick Bolasie, Wilfried Zaha, sampai Scott Dann di belakang, Palace sudah benar-benar menjadi kesebelasan yang ditakuti di Inggris. Ditambah, Pardew adalah salah satu dari (hanya) empat manajer berkebangsaan Inggris di Liga Primer saat ini. Selain Pardew, ada Eddie Howe (AFC Bournemouth), Steve McClaren (Newcastle United), dan Sam Allardyce (Sunderland). Atau jika kita menghitung seluruh Britania, kita bisa menambahkan nama Alex Neill (Norwich City), Mark Hughes (Stoke City), Alan Curtis (caretaker Swansea City), dan Tony Pulis (West Bromwich Albion). Jangan heran jika Pardew menjadi manajer kesebelasan negara Inggris selanjutnya. Pemain Terbaik: Riyad Mahrez (Leicester City) Riyad-Mahrez Apa jadinya Leicester tanpa Jamie Vardy dan Riyad Mahrez? Pertanyaan itu memang belum terjawab. Ketika Vardy terus-menerus hadir di tajuk utama berita karena gol-golnya dan juga dua gelar Player of the Month-nya, adalah Mahrez yang menjadi nyawa sesungguhnya bagi “Si Rubah”. Musim ini Mahrez menjadi pemain tengah yang paling produktif di Liga Primer dengan 13 gol dan 7 asist (4 di antaranya adalah asist kepada Vardy). Selain itu, total ia sudah mencetak 35 peluang dan 63 dribel sukses (terbaik di liga). Kontribusinya pada performa Leicester sangat mengesankan. Ia juga sudah menjadi pemain idaman para pemain Fantasy Premier League. Pemain sayap asal Aljazair ini adalah tipikal pemain yang bisa memengaruhi hasil akhir sebuah pertandingan. Halaman berikutnya, Best Eleven Paruh Musim Liga Primer Best Eleven Paruh Musim Liga Primer Untuk 11 pemain terbaik Liga Primer hingga paruh musim, di bawah mistar kami memilih Jack Butland yang berhasil mencetak 8 clean sheet (terbaik di liga bersama Petr ?ech, Heurelho Gomes, dan Joe Hart). Mantan kiper Birmingham City ini pastinya akan mengancam posisi Hart sebagai kiper nomor satu Inggris untuk Euro 2016. Ia berhasil mencetak 79,81% penyelamatan dari seluruh tendangan yang menghujam gawangnya, angka ini adalah yang terbaik dibandingkan dengan seluruh kiper yang sudah memainkan lebih dari 20 pertandingan di Liga Primer. Setelah Jack Butland, kami memilih trio Scott Dann, Chris Smalling, dan Jan Vertonghen sebagai tiga bek terbaik Liga Primer. Ketiganya adalah bek tengah. Untuk Scott Dann, pemain berusia 28 ini memang mengejutkan karena belum sekalipun dilirik masuk ke kesebelasan negara Inggris. Sementara di Palace, pemain yang memiliki kesebelasan favorit Liverpool ini menjadi tulang punggung lini belakang dan bahkan berhasil mencetak tiga gol. Tidak ada hal positif yang menarik dari Manchester United musim ini, kecuali tentunya Chris Smalling. Bek Inggris ini belum pernah sekalipun membuat kesalahan, dan ia akhirnya sekarang menjadi komandan di lini belakang “Setan Merah”. Spurs sudah menjadi kesebelasan terbaik di Liga Primer dalam urusan bertahan (baru kebobolan 15 kali, terendah di liga) karena Jan Vertonghen. Statistik pun mencatatkan bahwa bek asal Belgia ini pun masuk dalam tiga bek terbaik di lima liga top Eropa. Beralih ke lini tengah, kami memilih Mesut Özil dan N’Golo Kanté sebagai gelandang tengah. Özil sudah membuat Arsenal sangat ketergantungan kepadanya, di antaranya dengan 16 asist dan 79 peluang yang berhasil ia hasilkan. Sementara N’Golo Kanté dari Leicester kami nilai menjadi pemain tengah yang paling bekerja keras di Liga Primer sejauh ini dengan 54 tekel (terbaik ketiga di liga). Kemampuannya membaca permainan juga patut disorot dengan 77 intersep, angka yang terbaik di liga. Untuk posisi sayap kanan, kami memilih Riyad Mahrez. Sepertinya kami tak perlu menjelaskan secara panjang-lebar lagi karena kami sudah membahas mengenai pemain Leicester ini di atas. Di seberang Mahrez, kami memilih Kevin de Bruyne yang juga pandai berkreasi. Sampai paruh musim ini, KDB sudah mencetak 5 gol, 8 asist, dan 51 peluang (peringkat kedua di bawah Özil) untuk Manchester City. Kemudian di posisi penyerang, kami memilih tiga penyerang. Tidak sulit bagi kami untuk memilih ketiganya. Pertama, Odion Ighalo yang sudah mencetak 58% dari seluruh gol Watford sejauh ini. Selanjutnya ada nama Romelu Lukaku yang sudah mencetak 15 gol untuk Everton. Angka ini adalah angka yang sama dengan, siapa lagi kalau bukan Jamie Vardy. Selain dari sebelas nama pemain di atas, sebenarnya kami memiliki 7 pemain cadangan yang kontribusinya juga patut kita soroti. Antara lain ada David de Gea yang terus diandalkan Manchester United, Virgil van Dijk dari Southampton yang berhasil memenangkan 69 duel bola udara (terbaik di antara semua bek tengah), Robbie Brady yang memenangkan 49 tekel untuk Norwich, Dele Alli yang semakin bersinar bersama Spurs, Georginio Wijnaldum yang diandalkan Newcastle mskipun mereka tidak bermain gemilang, Ross Barkley yang mencetak 55 dribel untuk Everton, dan Olivier Giroud yang kontribusinya terus terlupakan meskipun ia sudah berbuat banyak bagi Arsenal. EPLXI  
Tips: Agar bacaan lebih mengalir dan bercerita, bisa sambil meng-klik tautan-tautan yang kami pilihkan di beberapa kalimat di tulisan atas.
Serba-Serbi Lionel Messi Usai Laga Barcelona-Betis
Artikel sebelumnya Serba-Serbi Lionel Messi Usai Laga Barcelona-Betis
Tinjauan Paruh Musim La Liga 2015/2016
Artikel selanjutnya Tinjauan Paruh Musim La Liga 2015/2016
Artikel Terkait