Font size:
Kecuali bagi para pendukungnya, dominasi Paris Saint-Germain di Ligue 1 musim ini sudah keterlaluan. Mereka unggul 19 poin dari peringkat kedua. Daya tarik Ligue 1 musim ini tidak tersimpan dalam perburuan gelar juara seperti musim lalu, namun dalam keberadaan kesebelasan kecil, SM Caen, dan kesebelasan promosi, Angers SCO, di papan atas. Sementara itu kesebelasan besar tradisional seperti Olympique de Marseille, Olympique Lyonnais, dan AS Saint-Étienne tidak tampil begitu baik musim ini. Lyon bahkan sampai harus berpisah jalan dengan manajernya, Hubert Fournier.
Kesebelasan Terbaik: Paris Saint-Germain Dengan jumlah raihan angka mencapai 51 poin, sulit untuk tidak melihat Paris Saint-Germain sebagai yang terbaik di Ligue 1 sejauh ini. Dalam 19 pertandingan Ligue 1 musim ini PSG tidak pernah kalah. Bermain imbang pun hanya tiga kali. Soal jumlah gol yang dicetak dan jumlah kebobolan pun mereka yang terbaik. PSG mencetak 48 gol (terbaik kedua adalah OGC Nice dengan 32 gol) dan hanya kebobolan sembilan kali (terbaik kedua adalah Angers SCO, sebelas kali). Menurut Ardy Nurhadi Shufi, yang membedakan PSG musim ini dengan musim-musim sebelumnya adalah kedalaman skuat mereka. Empat pemain baru yang didatangkan musim ini memperbaiki kedalama skuat dan dengan sendirinya meningkatkan kualitas PSG secara keseluruhan. Kevin Trapp dan Ángel Di María memperbaiki kualitas PSG di posisi penjaga gawang danb penyerang sayap. Layvin Kurzawa dan Benjamin Stambouli, sementara itu, menjadi pelapis berkualitas sehingga ketika Laurent Blanc menerapkan kebijakan rotasi, kualitas kesebelasan tidak terlalu menurun. Pelatih Terbaik: Stéphane Moulin Penghargaan pelatih kepala terbaik putaran pertama Ligue 1 musim ini rasanya pantas jatuh ke tangan Stéphane Moulin, pelatih kepala Angers SCO. Kualitas pemain seadanya tidak menjadi masalah bagi Moulin untuk membawa Angers SCO bertengger di papan atas. Yang membuat Moulin hebat adalah kemampuannya menerapkan kebijakan rotasi dan memilih susunan pemain yang berbeda-beda untuk setiap lawan yang berbeda. Moulin tidak selalu bergantung kepada formasi 4-3-3 (dengan beragam variasinya); ia juga beberapa kali terlihat menggunakan formasi 4-1-4-1. Di bawah arahan Moulin, 24 pemain berbeda tampil dalam 19 pertandingan. Soal taktik, kesebelasan Moulin bermain seperti ini. Bertahan bersama-sama, menyerang bersama-sama. Pertahanan rapat membuat lawan sulit mendapat peluang yang cukup baik untuk melepas ancaman ke gawang Angers. Serangan cepat yang dilakukan secara bersama-sama (melibatkan semua pemain kecuali kedua bek tengah) membuat lawan kewalahan karena jumlah. Walau demikian Moulin tidak sepenuhnya tidak bergantung kepada satu atau lebih pemain tertentu. Ia sangat mengandalkan kegemilangan Ludovic Butelle jika pertahanannya berhasil ditembus. Sang penjaga gawang selalu bermain dalam 19 pertandingan Angers musim ini. Sama halnya dengan Thomas Mangani, sang eksekutor bola mati. Selanjutnya: Pemain terbaik dan best eleven. Pemain Terbaik: Michy Batshuayi Banyak nama, sebenarnya, yang pantas menjadi penerima status pemain terbaik putaran pertama Ligue 1 musim ini. Ludovic Butelle karena penampilan gemilangnya menggagalkan peluang-peluang lawan, Benjamin Moukandjo karena ketajamannya sebagai juru gedor Lorient, Wahbi Khazri untuk kreativitasnya di lini tengah Girondins de Bordeaux, atau Zlatan Ibrahimovi? karena ia Zlatan Ibrahimovi?. Namun jika ukurannya adalah persentase keterlibatan dalam gol-gol kesebelasan, Michy Batshuayi tidak memiliki lawan. Kesebelasan mana pun tentunya akan lebih suka memiliki penyerang yang, selain dapat diandalkan untuk mencetak gol, juga bisa menjadi penyuplai umpan-umpan matang untuk rekan-rekannya. Ibrahimovi? bisa melakukannya. Jumlah golnya terbanyak di antara semua pemain Ligue 1; 14 gol. Jumlah assist-nya, enam, lebih banyak dari Batshuayi (lima) atau Moukandjo (dua). Namun total keterlibatan langsung dalam 2o gol PSG hanya membuat Ibrahimovi? memberi sumbangan langsung sebanyak 41,67% dari seluruh gol Ligue 1 PSG musim ini. Jumlah tersebut masih kalah besar ketimbang Moukandjo (48,14%). Dibandinkan dengan Batshuayi, jumlah tersebut semakin terlihat kecil. Dengan sebelas gol dan lima assist, Batshuayi adalah penyumbang terbesar terhadap produktivitas Olympique de Marseille dengan persentase sebesar 57,4%. Persentase jelas hanya angka. Keberadaan Batshuayi di kesebelasan utama jauh lebih penting dari itu. Kehadirannya membuat Marseille tidak perlu lagi mencari pengganti untuk Andre-Pierre Gignac yang telah pergi. Best Eleven Kevin Trapp tampil sangat baik di musim pertamanya bersama Paris Saint-Germain. Namun (tanpa mengecilkan kualitas Trapp) ia banyak terbantu oleh pertahanan kelas satu lini belakang PSG. Ludovic Butelle tidak selalu mendapat kemudahan itu karena ia “hanya” penjaga gawang Angers SCO. Kualitas kepemimpinan dan permainan Thiago Silva – baik di Paris Saint-Germain auat bersama tim nasional – yang sudah terbukti tidak bisa tidak membawanya masuk ke dalam best eleven ini. Berpasangan dengannya adalah bek tengah Anger SCO, Romain Thomas, yang memiliki kebiasaan mengamati dan mencatat permainan lawan yang akan ia hadapi. Thomas adalah seorang bek tengah pekerja keras yang cerdas dan memperhatikan detil. Serge Aurier (PSG) mendapat satu tempat di sisi kanan pertahanan best eleven karena ia adalah gabungan kecepatan dan kekuatan. Menyerang atau bertahan, ia bukan lawan yang mudah bagi lawan. Di sisi yang berseberangan ada Ricardo Pereira, pemain pinjaman OGC Nice dari FC Porto. Pereira yang sudah mencetak tiga assist dalam sebelas pertandingan musim ini dapat menyerang dan bertahan sama baiknya. Ia menorehkan catatan 4,2 tackle dan 3,3 interception per pertandingan. Bermain sebagai poros ganda adalah Wahbi Khazri (Girondins de Bordeaux) dan Cheikh Ndoye (Angers SCO), dua gelandang yang memiliki gaya bermain berbeda. Khazri adalah pemain kreatif yang telah menciptakan 46 peluang dalam 19 pertandingan sementara Ndoye adalah teror di dalam kotak penalti lawan. Walau bermain sebagai gelandang ia adalah sasaran umpan silang para pemain Angers. Sepanjang musim ini ia telah mencetak lima gol. Hatem Ben Arfa telah bangkit dari keterpurukannya sehingga pantas berada di sini. Kelebihan berat badan yang menjadi masalahnya semasa di Inggris tak lagi terlihat saat ini. Malah, dengan hilangnya masalah tersebut, Ben Arfa menjadi masalah bagi lini belakang lawan. Namun ia bermain di sisi kanan serangan karena di posisi favoritnya ada Zlatan Ibrahimovi?. Melengkapi susunan tiga pemain di belakang penyerang adalah Ángel Di María yang sudah mencetak enam gol dan sembilan assist musim ini. Peran ujung tombak dipercayakan kepada Michy Batshuayi. Dengan kemampuan menahan bola yang baik, Batshuayi dapat menjaga penguasaan bola sembari memberi ruang dan peluang kepada para pemain lain. Tugasnya tidak hanya mencetak gol.