Font size:
Sempat ada pertanyaan mengapa seorang pemain hanya bisa berkembang di kesebelasan tertentu. Ambil contoh Lionel Messi yang tidak bisa menunjukkan kehebatannya sama seperti saat ia membela Barcelona. Konon, taktik serta posisi pemain di suatu kesebelasan amat memengaruhi kinerja pemain itu sendiri.
Pelatih pemain muda asal Amerika Serikat, Zac Ludwig, berargumen kalau posisi pemain dalam suatu pertandingan sebenarnya membatasi pemain itu sendiri. Dalam tulisannya di The Coaching Journey, ia ragu kalau taktik serta posisi pemain yang ditetapkan oleh pelatih mampu menemukan bakat baru dari sang pemain. Tidak Seperti Video Game Video Game seperti Football Manager, FIFA dan Pro Evolution Soccer, sempat memiliki fitur yang lengkap soal biodata si pemain. Mereka memberitahu posisi mana saja yang cocok bagi pemain tersebut. Dalam ketiga game tersebut, pemain bisa dicoba ditempatkan di berbagai posisi. Lalu, sistem akan memberi tahu apakah ia cocok atau tidak di posisi tersebut. Misalnya, Alvaro Morata yang mendapatkan poin 85 saat menempati posisi penyerang tengah, dan 87 saat menempati pos di belakang penyerang. Namun, poinnya turun drastis menjadi 62 saat ia ditempatkan menjadi bek tengah. Namun, hal-hal tersebut hanyalah bagian dari imajinasi saja karena tidak ada yang seperti itu di dunia nyata. Pelatih hanya bisa menerka lewat insting di mana sebenarnya bakat pemain tersebut. Bahkan, tidak sedikit pelatih yang tidak peduli jika pemain tersebut bermain buruk di tempat yang memang bukan posisi alaminya. No Position Untuk menemukan bakat-bakat tersebut, Ludwig memberi saran agar sang pemain tidak diberikan posisi yang khusus dalam formasi dan taktik sang pelatih—ia menyebutnya “no position”. Ini penting karena posisi hanya membatasi kreatifitas pemain. Sejumlah pelatih pemain muda biasanya menempatkan pemain di banyak posisi mulai dari penyerang hingga penjaga gawang. Tujuannya agar pemain tersebut bisa bermain di mana saja. Dengan perkembangan taktik dan formasi saat ini, banyak pelatih yang menginginkan pemainnya untuk bisa main di lebih dari satu posisi. “Aku pikir ini salah,” tulis Ludwig, “Mereka harus belajar bermain dengan ‘tanpa posisi”. Yang dimaksud Ludwig “tanpa posisi” adalah membiarkan mereka bermain mengalir begitu saja tanpa terikat posisi. Kita barangkali tidak akan pernah mengetahui kalau Wayne Rooney punya kemampuan yang baik saat ditempatkan menjadi gelandang, andai Louis van Gaal tidak menaruhnya di pertandingan. Pun dengan Ashley Young maupun Valencia yang ternyata bisa bermain baik saat ditempatkan menjadi fullback. Bayangkan jika ada pemain yang selalu ditempatkan di pos tersebut, padahal ia punya bakat lain di posisi lainnya. Ludwig sendiri menyarankan pelatih untuk memainkan mereka dalam sebuah pertandingan dengan “no position”. Dengan semakin ketatnya penggunaan formasi yang berpengaruh pada posisi pemain, maka sulit di jaman seperti ini menemukan pemain yang benar-benar kreatif yang menjelajah ke segala sisi. Mereka akan terbentur dengan taktik yang sudah diterapkan pelatih. Menciptakan Keuntungan Taktikal [caption id="" align="alignnone" width="650"]
