Perkembangan formasi dan taktik yang begitu pesat dalam sepakbola seringkali membuat kita bingung akan berbagai istilah taktik terkini. Salah satu istilah sepakbola yang kerap membuat kita kesulitan mendefinisikan adalah perbedaan antara wing-back dan full-back. Untuk dua istilah ini terkadang kita tak akan dengan mudah menjelaskannya meski kedua istilah ini cukup familiar. Terdapat banyak kesamaan di antara keduanya yang membuat makna sebenarnya menjadi kabur. Wing-back dan full-back keduanya berposisi (ya, ini istilah terkait posisi bukan peran) di sayap atau sisi lapangan. Salah satu contoh pemahaman yang kerap membuat bingung adalah full-back yang kita sering menyebutnya bek sayap. Padahal secara harfiah, bek sayap jika di-Inggris-kan akan menjadi wing-back; wing yang artinya sayap dan back berarti bek atau pemain belakang. Sedangkan tentu saja wing-back berbeda dengan full-back. Untuk memahami keduanya, kita memang harus memahami dulu lebih jauh tentang awal berkembangnya formasi sepakbola. Dan khusus untuk posisi full-back dan wing-back ini, kita perlu memahami formasi 2-3-5. Perkembangan Formasi dan Sejarah Full-back Pada formasi 2-3-5, yang menurut Jonathan Wilson dalam bukunya Inverting the Pyramid sudah digunakan sejak 1870-an, lima pemain terdepan disebut forward, tiga di belakang penyerang disebut half-back, sedangkan untuk dua pemain paling belakang disebut full-back. Pada masa itu, full-back benar-benar pemain yang bertugas untuk bertahan. Full-back kemudian berevolusi hingga seperti sekarang ini karena pada formasi 2-3-5 pemain half-back yang beroperasi di tengah, centre half-back, kerap turun membantu pertahanan sehingga ??membelah?? area bermain dua full-back. Mundurnya pemain centre half-back membuat pemain full-back lebih bertugas menjaga pertahanan di sekitar area sayap. Garis besarnya, full-back pada praktiknya lebih sering menjaga lebar lapangan meski secara pakem formasi 2-3-5, dua pemain full-back berada di area tengah lini pertahanan. [caption id="attachment_191477" align="alignnone" width="236"] Formasi 2-3-5[/caption] Perkembangan taktik kemudian mulai bergeser dari 2-3-5 ke formasi andalan Vittorio Pozzo dengan metodo (2-3-2-3), hingga formasi WM (3-2-2-3) yang diciptakan oleh legenda Arsenal, Herbert Chapman. Pada era ini, pemain paling belakang masih disebut full-back, entah itu dua pemain atau tiga pemain. Meskipun begitu, formasi WM sebenarnya menjadi ??pintu masuk?? full-back untuk menjadi pemain bertahan di lebar lapangan secara posisi. Karena full-back yang ditempatkan di tengah pada formasi WM atau 3-2-2-3, diciptakan untuk menjadi penjaga pemain centre-forward lawan. Namun karena saat itu full-back masih identik dengan pemain bertahan, centre-back masih disebut full-back. [caption id="attachment_191478" align="alignnone" width="237"] Formasi WM atau 3-2-2-3[/caption] Ketika formasi 4-2-4 digunakan timnas Brasil pada 1950-an, barulah saat itu mulai mengenal istilah centre-back. Pada formasi empat bek ini, terdapat dua pemain centre-back di mana kedua pemain ini diapit oleh dua full-back di sisi kanan dan kiri. ??Lahirnya?? dua centre-back ini agar lini pertahanan tetap kuat dan tak kurang jumlah pemain, sementara di lini depan memiliki daya serang tinggi dengan enam pemain (dua forward, dua winger, dan dua half-back. Dua half-back di tengah ini lebih aktif membantu penyerangan sehingga dibutuhkan dua pemain untuk memperkokoh area tengah pertahanan, kedua pemain itulah yang disebut centre-back. [caption id="attachment_191479" align="alignnone" width="234"] Formasi 4-2-4[/caption] Pada pola 4-2-4 ini, area bermain full-back mulai bergeser ke sayap, benar-benar di sayap. Meskipun begitu, secara fungsi, full-back pada formasi ini tak jauh berbeda dengan full-back pada skema dua bek atau tiga bek yang sering bermain melebar. Sementara itu, adanya posisi centre-back merupakan posisi yang dipertegas bahwa pemain ini benar-benar difungsikan untuk menjaga area tengah pertahanan. Sejak skema empat bek itulah full-back mulai identik dengan bek sayap karena pemain yang berposisi sebagai full-back benar-benar beroperasi di sisi sayap lapangan. Halaman selanjutnya, Wing-back Berkembang Bersama Bangkitnya Pola 3-5-2
Wing-back Berkembang Bersama Bangkitnya Pola 3-5-2 Menurut Guardian, saat formasi dengan empat bek (khususnya dari 4-2-4 beralih ke 4-4-2) mulai banyak digunakan, pelatih timnas Argentina di pertengahan 1980-an, Carlos Bilardo, muncul dengan pola 3-5-2. Formasi ini ia gunakan untuk mengakomodasi potensi yang dimiliki kapten timnas Argentina saat itu, Diego Armando Maradona, dengan menempatkannya sebagai penyerang di antara lima gelandang dan satu penyerang tengah. Saat ia dan timnas Argentina tur Eropa pada 1984, jurnalis asal Swiss (karena Argentina saat itu hendak dijamu timnas Swiss) keheranan karena Bilardo menyebut akan menggunakan tiga bek. Apalagi sebelumnya, ia hanya menang tiga kali dari 15 pertandingan. ??Mereka bilang saya keliru ketika saya hanya menyebut tiga pemain bek tengah,? ujar Bilardo seperti yang ditulis Guardian. ??Tapi saya mengatakan pada mereka bahwa saya tidak sedang kebingungan. Karena kami akan menggunakan tiga bek, lima gelandang, dan dua penyerang. Kami telah melatihnya selama dua tahun, dan saya akan memasangnya pada latihan pertandingan yang berat ini.? Bilardo menyebut bahwa ia hendak memainkan lima gelandang kala itu. Dan formasi 3-5-2 yang ia rencanakan adalah dengan memasang lima gelandang untuk menopang Maradona. Di sayap, ia tak memasang pemain bertahan, melainkan Ricardo Giusti yang berposisi gelandang bertahan dipasang di sayap kanan. Swiss kemudian dikalahkan dengan skor 2-0, begitu juga dengan timnas Belgia. [caption id="attachment_191485" align="alignnone" width="238"] Formasi Argentina saat menjuarai Piala Dunia 1986[/caption] Skuat Billardo itu kemudian bertemu dengan timnas Jerman Barat di final Piala Dunia 1986. Saat itu, pelatih timnas Jerman Barat, Franz Beckenbauer, berhasil membuat skuat asuhannya begitu tangguh dengan satu libero, dua bek tengah, dua pemain bek sayap, dua gelandang bertahan, satu playmaker, dan dua penyerang yang jika digambarkan akan membentuk formasi 5-3-2. [caption id="attachment_191481" align="alignnone" width="234"] Formasi Jerman Barat saat dikalahkan Argentina di PD 1986[/caption] Jerman Barat saat itu hanya menempatkan satu pemain di sisi kanan dan satu pemain di sisi kiri, seperti taktik Bilardo. Meskipun begitu, Jerman Barat gagal menaklukkan Bilardo karena pertandingan berakhir dengan skor 2-3 untuk Argentina. Jerman Barat baru juara dengan skema tiga bek empat tahun kemudian. Masih ditukangi Beckenbauer, ia sedikit mengubah permainan bek sayapnya untuk menjadi lebih ofensif. Menurut Guardian, tak ada lagi pemain libero dengan memainkan sweeper pada pola ini. Dan hasilnya, Beckenbauer kali ini berhasil mengalahkan Bilardo yang menggunakan formasi tak jauh berbeda seperti pada Piala Dunia sebelumnya dengan skor tipis 1-0. [caption id="attachment_191482" align="alignnone" width="241"] Formasi Jerman Barat saat kalahkan Argentina di PD 1990[/caption] Dari sini wing-back mulai identik dengan pemain sayap yang cukup ofensif. Dalam formasi 3-5-2, pemain sayap pada formasi ini merupakan satu-satunya pemain sayap di masing-masing sisi. Hal ini menyebabkan baik penyerangan maupun pertahanan dari sisi tersebut hanya dipertanggung jawabkan oleh satu orang. Meskipun begitu, formasi 3-5-2 lebih identik dengan skema yang lebih defensif. Hal ini memang akan memancing perdebatan, mengingat wing-back biasanya ikut turun hingga sejajar dengan tiga bek sehingga akan lebih banyak pemain bertahan di area pertahanan. Namun skema 3-5-2 pun tak menutup kemungkinan untuk bermain lebih ofensif. Skema tiga bek akan menjadikan adanya bek lain yang siap meng-cover sisi sayap, centre-back akan berperan seperti full-back di era 2-3-5, 2-3-2-3 atau 3-2-2-3. Karenanya pemain yang bermain sebagai wing-back sering diisi oleh pemain yang memiliki kemampuan ofensif yang lebih menonjol (di samping stamina dan kecepatan) serta memiliki kemampuan track back yang baik. Itulah mengapa Kwadwo Asamoah yang awalnya berposisi gelandang tengah tak kesulitan bermain sebagai wing-back dalam formasi 3-5-2 Juventus era Antonio Conte atau Louis van Gaal yang lebih membutuhkan Ashley Young atau Antonio Valencia ketika hendak memasang formasi 3-5-2.
Saat Juventus mengalahkan Fiorentina, peran Juan Cuadrado begitu vital saat dipasang sebagai wing-back kanan dalam mematikan sisi kiri Fiorentina.
Sementara itu, full-back lebih identik dengan aksi defensifnya. Full-back diisi oleh pemain yang handal dalam melakukan tekel, penjagaan pemain, positioning yang baik atau fisik yang kuat. Karena idealnya, full-back memiliki tugas utama untuk menahan serangan pemain sayap lawan dengan tugas tambahan yaitu sesekali membantu serangan. Namun tak bisa dimungkiri juga bahwa full-back masa kini kadang bermain layaknya wing-back, lebih ofensif. Tapi biasanya semakin ofensifnya permainan full-back sebuah kesebelasan, kesebelasan tersebut akan memiliki gelandang bertahan yang difokuskan menemani dua bek tengah atau penggunaan formasi dengan double pivot (dua gelandang bertahan). Bisa jadi pula hal ini yang menyebabkan menjamurnya formasi 4-2-3-1 di era sekarang ini. Halaman berikutnya, Pergeseran Makna yang Membuat Kita Kebingungan
Full-back identik dengan skema empat bek, sementara wing-back identik dengan skema tiga bek. Tapi jika berbicara wing-back, hati-hati pula dengan penggunaan istilah pemain sayap pada formasi 3-4-3. Pemain sayap pada formasi 3-4-3 secara posisi bisa saja disebut wing-back. Namun jika berkaca pada 3-4-3 Pep Guardiola bersama Bayern Munchen, Pep, yang mengaku mempelajari benar taktik Marcelo Bielsa, tak menyebut pemain sayapnya sebagai wing-back, melainkan wide midfielder. Hal ini cukup beralasan karena terdapat pemain lain yang lebih bertugas untuk menyerang sisi sayap di lini depan (diisi oleh Douglas Costa, Kingsley Coman, Arjen Robben, Franck Ribery, atau Mario Goetze). Sementara itu wide midfileder-nya (biasanya ditempati David Alaba, Phillip Lahm, Rafinha, Juan Bernat, Sebastian Rode, atau Pierre Hoejbjerg yang merupakan gelandang tengah) pergerakannya hanya sebatas hingga tengah lapangan layaknya seorang midfielder. Ini artinya, wide midfielder dalam formasi 3-4-3 Bayern hanya bermain di sekitaran tengah lapangan ketika menyerang namun ketika bertahan menjaga area lebar lapangan. Bahkan sebenarnya tidak menutup kemungkinan 3-4-3 Pep ini akan berubah menjadi 4-3-3 atau 4-2-3-1 saat bertahan, tergantung bentuk permainan yang diinginkan sang pelatih. Pergeseran Makna yang Membuat Kita Kebingungan Munculnya kebingungan arti atau pemahaman mengenai full-back dan wing-back sebenarnya lebih karena adanya pemelencengan makna. Karena jika merunut sejarah, sebenarnya cukup keliru jika memiliki pemahaman bahwa full-back adalah bek yang bermain di kanan dan kiri lapangan (bukan di tengah). Justru akan jauh lebih tepat, secara harfiah, jika bek yang menjaga lebar lapangan disebut side-back. Pun begitu dengan wing-back. Kurang tepat sebenarnya jika menyebut bahwa wing-back merupakan bek yang berposisi di lebar lapangan dengan tugas utama membantu penyerangan. Karena back, bagaimanapun, secara harfiah memiliki arti pemain belakang. Dan pemain belakang tugas utamanya tentu saja bukan untuk menyerang. Kecuali jika wing-back yang dimaksud merupakan singkatan untuk winger-back di mana winger sejak formasi 2-3-5 memang identik dengan pemain sayap untuk menyerang. Namun setidaknya, dengan tulisan ini, kita bisa lebih memahami mana wing-back dan full-back secara posisi. Karena sebenarnya wing-back dan full-back pun akan memiliki gaya bermain berbeda jika peran yang dimainkannya lebih spesifik yang melahirkan peran complete wing-back, inverted wing-back, limited full-back. Hal ini tentunya perlu penjelasan yang jauh lebih mendalam lagi. foto: clingendael.nl