Ma-FI(F)A!
27 May 2015Agak terdengar miris memang. Di sebuah hotel berbintang lima yang elegan, disaat pembicaraan satu sama lain akan menjadi serius, justru mereka harus dikepung penegak hukum di Swiss yang mengenakan pakaian bebas.
Agak terdengar miris memang. Di sebuah hotel berbintang lima yang elegan, disaat pembicaraan satu sama lain akan menjadi serius, justru mereka harus dikepung penegak hukum di Swiss yang mengenakan pakaian bebas.
Ancelotti sadar kalau anak-anak (asuhnya) tak membutuhkan luapan emosi berlebihan. Dan barangkali ia juga sadar kalau pemecatan kali ini memang perihal yang biasa terjadi dan karenanya tak perlulah bersikap berlebihan. Sikapi dengan seperlunya.
Improvisasi seorang musisi yang baik tidak akan pernah sama, ia akan menghasilkan lagu berbeda walaupun dimainkan dalam kerangka lagu yang sama – perbedaan yang membuat baik versi master maupun alternate sama-sama layak untuk didengar. Dan saya pikir, sep
Barangkali jauh lebih mudah merenovasi lima ribu stadion, ketimbang mereformasi FIFA, badan tertinggi yang mengelola sepakbola. FIFA menjadi begitu lekat dengan korupsi dalam arti luas. Andrew Jennings telah memaparkan satu bagian kecilnya dengan begitu j
Menariknya lagi, dalam genre football writing ini, nyaris tidak ada “pusat”. Jika ada kantung-kantung yang menjadi kiblat penulisan sastra, film atau musik, dalam rupa komunitas atau majalah atau organisasi, tidak demikian dengan genre football writing. T
Europa League atau “Liga Malam Jumat” merupakan kompetisi Eropa kelas dua. Bagi kesebelasan besar, lolos ke Europa League memiliki derajat yang lebih rendah ketimbang Liga Champions (UEFA Champions League/UCL). Selain gengsi, uang yang bisa didapat dengan
Jika Indonesia dihukum FIFA, apakah akan merugikan? Ya, pasti. Tapi sabar dulu. Ada contoh menarik dari kasus hukuman dari FIFA pada sebuah negara. Dan hal tersebut terjadi pada dua tahun yang lalu pada negara asal Afrika, Kamerun.
Ki Hajar Dewantara memiliki tiga prinsip pendidikan: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Prinsip tersebut sepertinya harus dimiliki juga oleh para kapten lapangan hijau.
Di kalangan penggemar sepakbola, terdapat sejumlah istilah seperti hipster, karbit, dan plastic. Istilah-istilah tersebut umumnya bermakna negatif karena menggolongkan suporter kepada kasta-kasta tertentu.
Kompetisi tertinggi di Indonesia tiba-tiba saja diliburkan sementara. Lagi-lagi PSSI dan PT Liga mempraktikkan inkonsistensi kembali. Tapi mau bagaimana lagi: jika bisa inkonsisten, buat apa harus konsisten?